Chapter 32

1.1K 170 125
                                    

Tatapan Takuto mengarah ke belakangku sambil tersenyum miring

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tatapan Takuto mengarah ke belakangku sambil tersenyum miring. Leherku seketika terasa kaku, tahu ke siapa dia memandang.

"Eibie adalah dia. Kamu yang memberinya panggilan itu."

Aku menoleh perlahan,  sementara jantungku bertalu-talu. Apakah itu berarti aku harus--

Gadis itu tersenyum penuh arti.

"Halo, Pemusnah."

Tawa parau keluar dari mulutku, lelucon macam apa ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tawa parau keluar dari mulutku, lelucon macam apa ini?

"Tidak mungkin," ucapku dengan dengusan. "Aku harus membunuh orang yang menjadi alasanku untuk mencari ingatan?"

Takuto hanya mengedikkan bahu. "Terserah, aku sudah melakukan tugasku untuk mengantarmu padanya."

Pemuda itu berjalan menjauh tanpa peduli, meninggalkan diriku yang gamang. Sekali lagi aku memandang ke arah gadis yang masih tersenyum, berusaha mencari arti dari segala kejadian ini.

"Mengapa?" tanyaku pada akhirnya, masih dipenuhi teka-teki. "Bukankah suaramu yang menuntunku?"

Senyumnya memudar sebelum akhirnya dia memutus tatapan. Tiba-tiba aku merasa kosong, sesuatu seperti terambil dari dalam jiwa, membuatku memandangnya putus asa, masih berharap bahwa semua ini adalah mimpi.

"Takuto, apakah dimensi ini sudah stabil?" tanyanya seraya menuliskan mantra-mantra di sekeliling dirinya. Jejak jarinya meninggalkan tulisan dengan pendaran warna perak mengelilingi gadis itu, membuatku menahan napas. Itu adalah mantra pelepas segel. Dilihat dari berlapisnya penghalang, itu adalah segel yang sangat kuat.

Aku menelan ludah. Dia benar-benar harus kuhadapi. Seharusnya aku menyerangnya sekarang, sebelum kekuatannya sempurna, tapi seluruh tubuhku kaku. Diriku bimbang, antara mengikuti kata hati untuk tidak membunuhnya atau mengikuti kata pikiran yang meneriakkan tugasku.

 "Aman," balas Maut memandang ke kejauhan. "Apapun yang terjadi di sini, tidak akan sampai ke luar."

Eibie mengangguk sambil menyelesaikan sihirnya.

[Sudah Terbit] I'mmortal Series: Reminiscentiam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang