Chapter 19

2.6K 362 179
                                    

Diangkatnya kepala dan Illa melihat bahwa sang guru sudah berada di depannya, berdiri sambil memegangi perutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diangkatnya kepala dan Illa melihat bahwa sang guru sudah berada di depannya, berdiri sambil memegangi perutnya. Kemeja putihnya yang koyak di beberapa bagian, tampak basah oleh cairan berwarna merah. Wajahnya pucat dan dipenuhi keringat. Napasnya tersengal sementara genggamannya pada pedang terlepas.

Illa membelalakkan mata ketika melihat tubuh kecil itu limbung dan tumbang.

"GURU!!!!"

Segalanya seakan terjadi dalam gerakan lamban, lutut gadis itu tertekuk, genggaman tangannya terlepas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Segalanya seakan terjadi dalam gerakan lamban, lutut gadis itu tertekuk, genggaman tangannya terlepas. Soul Wind perlahan terburai dan kehilangan bentuknya, membuat jantung Illa seakan lenyap dari rongga dada. Pikiran-pikiran terburuk berputar di kepala sementara kakinya terus melangkah. Pemuda itu hanya meminta satu hal, agar dia dapat tiba di samping gurunya untuk menahan gadis itu. Dia mengerahkan seluruh kekuatan yang tersisa, bila masih ada, memeras setiap sel dalam tubuhnya untuk mengeluarkan sisa sihir terakhir. Ayolah! Hanya ada beberapa meter yang memisahkan dirinya dan gadis itu. 

Illa melihat lutut sang guru menghantam tanah, gerakannya terhenti sejenak sebelum tubuhnya condong ke kanan, tumbang seperti sebatang pohon. Mata Illa terbelalak. Dia berusaha sekali lagi untuk teleportasi sambil memohon kepada Tuhan, jika Dia benar-benar ada. 

Doanya terjawab. Sekejap, Illa merasakan tubuhnya melayang dan sedetik kemudian telah berada di belakang sang guru, tepat untuk menahannya agar tidak membentur tanah. Illa segera mengulurkan tangan menangkap gadis itu lalu meletakkan dengan hati-hati kepalanya di pangkuan, berusaha membuatnya nyaman. Celaka, wajahnya sepucat mayat. Jantung Illa berdentam begitu keras seperti sebuah palu besi dihantamkan tepat di dadanya.

"Guru!" panggilnya nyaris putus asa.

Sunyi.

Illa menelan ludah. Dia berusaha mengamati tanda-tanda kehidupan pada tubuh itu.

"Aku tidak apa-apa," bisiknya sambil tersenyum lemah lalu membuka matanya. Illa menghembuskan napas lega ketika dapat melihat pantulan wajahnya di iris hijau yang menatapnya lembut. "Aku hanya lengah."

Gadis itu berusaha bangkit, menopang seluruh berat tubuhnya pada tangan agar dia bisa duduk, membuatnya meringis ketika lukanya terasa perih, mati-matian menahan sakit. Rasa ngilu ikut merambati tubuh pemuda itu.

[Sudah Terbit] I'mmortal Series: Reminiscentiam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang