Chapter 21

2.5K 372 308
                                    

"Guru?" ucapnya tercekat ketika menyadari ada seseorang sedang duduk di lantai dan bersandar pada batu persegi di tengah ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Guru?" ucapnya tercekat ketika menyadari ada seseorang sedang duduk di lantai dan bersandar pada batu persegi di tengah ruangan. Mata gadis itu tertutup, rambutnya berantakan, begitu pula dengan bajunya, masih baju yang sama dengan yang terakhir dilihat. 

Illa mempercepat langkahnya dan menghampiri gadis itu. Jantungnya berdentam-dentam dalam rongga dadanya, dia hanya berharap, bahwa nyawa masih ada di tubuh yang lunglai itu. Jangan-jangan firasatnya benar, sesuatu yang buruk telah terjadi pada sang guru.

Tangan Illa langsung merengkuh tubuh itu dalam pelukan dan kelegaan mengalir dalam benaknya ketika menyadari bahwa badan tersebut masih bernapas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan Illa langsung merengkuh tubuh itu dalam pelukan dan kelegaan mengalir dalam benaknya ketika menyadari bahwa badan tersebut masih bernapas. 

"Illa?" tanya sang guru, mendapatkan kekuatannya. Dia perlahan mendudukkan diri. Illa terpaksa melepas pelukan, ada rasa kehilangan menggantung di benaknya.

"Bagaimana bisa--" Kata-kata itu berakhir begitu saja. Gadis itu memilih untuk diam dan memandang anak didiknya dalam sunyi. Pandangan yang kompleks, Illa tidak bisa menebak apa yang tersirat di sana. Dia merasa canggung, diperhatikan secara intens, seakan tatapan itu berusaha menelanjangi pikiran-pikirannya.

"Guru tidak apa-apa?" tanyanya memecah hening yang turun, memutus tatapan sang guru.

"Aku tidak apa-apa," jawab gadis itu tersenyum kecil. "Terima kasih."

Jantung Illa melompat ketika melihat senyum itu. "A-apa yang Guru lakukan di sini?" tanyanya terbata sambil memandang ke sekeliling ruangan, berusaha mengalihkan perhatian.

Gadis itu menghela napas lalu berdiri sambil menopang dirinya pada sarkofagus dan memandang ke arah batu di tengah ruangan. Illa mengikutinya walau canggung. Pada saat itu dia baru menyadari bahwa di atas batu kotak itu ada pahatan patung seorang pria di usia awal dua puluhan sedang terbaring. Wajahnya tegas dan kokoh, matanya dalam dan alisnya tebal. Dia memakai semacam mahkota dan memakai baju zirah, lengkap dengan jubah dan ornamen rumit yang menghiasi pinggiran baju besinya. Pedangnya diletakkan di perut, gagangnya tertutup oleh kedua tangan yang terlipat rapi. Bahkan hanya dengan melihat patungnya, Illa tahu bahwa orang itu adalah orang penting dan hebat. Ada kharisma yang terpancar dari setiap guratan batu, membuatnya bertanya-tanya bagaimana bila dia bertemu dengan sosok itu ketika masih bernyawa.

[Sudah Terbit] I'mmortal Series: Reminiscentiam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang