Chapter 27

2.6K 296 131
                                    

Illa terdiam, merasa bahwa dia baru saja bermimpi, nyaris tidak mempercayai pendengarannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Illa terdiam, merasa bahwa dia baru saja bermimpi, nyaris tidak mempercayai pendengarannya. Baru sedetik kemudian tubuhnya bereaksi, menarik pinggang kecil itu dalam pelukan yang sangat erat, menghilangkan seluruh jarak di antara mereka. Illa berjanji tidak akan melepaskan gadis yang dicintainya apapun yang terjadi. Setelah sekian lama, akhirnya, perasaannya terbalas.

Dia merasakan hembusan napas Airlann menghangatkan dadanya. Tak lama kemudian, gadis itu mengangkat tangan dan memeluk lehernya, membuat jantungnya makin berdetak kencang.

"Kamu baru saja menjadikan aku pria paling bahagia, Airlann," bisik Illa gemetar, menghirup dalam-dalam wangi Airlann, merasakan wajahnya menghangat.

Prosesi pemakaman kali itu mengingatkan dirinya akan pemakaman lain yang dia alami beberapa puluh tahun silam, saat ia berduka atas kematian orang yang dianggapnya ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prosesi pemakaman kali itu mengingatkan dirinya akan pemakaman lain yang dia alami beberapa puluh tahun silam, saat ia berduka atas kematian orang yang dianggapnya ayah. Kali ini dia memandanginya dari sudut yang tak terlihat, alih-alih di tempat kehormatan bersama keluarga dan kerabat. Illa berdiri jauh, di bawah sebuah pohon yang baru saja menumbuhkan dedaunan hijau setelah musim dingin yang cukup keras. Di sampingnya berdiri seorang gadis yang baru saja resmi menjadi kekasihnya. Tangan mereka tergandeng erat, saling memberikan kekuatan dan penghiburan atas duka yang sama.

"Setelah pemakaman untuk orang awam, akan diadakan penghormatan dari kalangan penyihir," jelas Airlann, dengan mata yang tetap terarah pada sosok berjubah putih yang sedang mengucapkan doa. Kepala-kepala tertunduk mengikuti ayat-ayat yang dibacakan dari kitab suci.

"Tapi tetap saja kita tidak bisa bergabung di dalamnya, bukan?" Pertanyaan retoris keluar dari mulut pemuda berambut hitam itu, disertai sebuah senyum canggung.

"Ya," balas Airlann, mengalihkan pandangannya dan menatap Illa. "Hanya tiga belas ketua klan terbesar yang mengetahui keberadaanku. Sedangkan di upacara penghormatan akan ada banyak orang yang hadir. Akan ada terlalu pertanyaan bila orang yang sama dengan muka yang tidak menua muncul di setiap penghormatan terakhir kepala keluarga Walker."

Illa menghembuskan napas ketika tatapan Airlann kembali ke prosesi pemakaman. Timothy sedang memberikan kata-kata penghormatan pada ayahnya. Dari gerak tubuhnya terlihat bahwa dia berusaha menahan tangis.

[Sudah Terbit] I'mmortal Series: Reminiscentiam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang