Chapter 14

3.4K 421 184
                                    

Aku menutup mata dan mengingat-ingat suara itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menutup mata dan mengingat-ingat suara itu. Begitu dekat, begitu manis di telinga. Rasa hangat memeluk hatiku, membuatku tersenyum tipis. Pemilik suara itu pastilah orang yang begitu aku sayangi, mungkin lebih. Entahlah, aku hanya tahu dialah orang yang harus kuingat bagaimana pun caranya.

Kubuka mataku dan menghela napas, memandang langit yang kini telah diterangi matahari pagi. Aku harus menemukan Eibie dan mendapatkan kembali ingatanku.

Tapi dari mana aku harus memulai?

"Arkheo!" seruku seraya menggerakkan tangan secara horizontal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Arkheo!" seruku seraya menggerakkan tangan secara horizontal. Seketika angin berhembus kuat menghalangi aura hitam yang mengarah kepadaku, sementara Soul Wind aku pakai untuk menahan serangan dari kanan. Aku mendorong jauh sisi tajam makhluk itu sebelum teleportasi keluar dari kepungan.

Menghadapi tiga Soul Eater sekaligus adalah sebuah tantangan tersendiri. Aku memutar otak untuk menghadapi mereka. Entah bagaimana mereka selalu mendatangiku, membuatku bertanya-tanya apakah itu bagian dari daya tarikku sebagai sang Pemusnah? Semacam api bagi serangga, memanggil mereka untuk dibunuh. Jika ya, itu akan sangat merepotkan. Aku tidak ingin melawan mereka setiap waktu, aku harus mencari tahu dimana Eibie berada.

Di bawah temaram bulan dan sedikit cahaya lampu darurat, aku melihat mereka melayang cepat, mendekatiku. Tiga sosok bayangan berwarna hitam mengulurkan aura hitamnya berusaha menjangkau. Aku mengumpat dalam hati lalu mengangkat pedang. Di antara gedung yang ditelantarkan di luar kota New York, aku menghadapi mereka. Ketika salah satu dari mereka mendekat dan melebarkan aura hitamnya, aku bersembunyi di belakang pilar, mendengar derak batu tersayat oleh benda tajam.

Aku menghela napas, waktunya kuakhiri semua ini. Kurasa aku bisa mencoba trik yang baru terpikir. Dengan teleport, aku muncul di belakang Soul Eater terjauh dariku, menusuk kepalanya dengan Soul Wind hingga dia berubah menjadi debu. Tinggal dua. Mereka berbalik dan mendekatiku dengan marah. Aku dapat melihat dari geliat aura mereka yang makin cepat, membuatku memasang kuda-kuda.

Sepertinya kali ini aku tidak akan mendengar suara itu, suara seorang wanita yang mampu mengusik kerinduan dalam benakku. Ada kekecewaan yang mengendap. Kukira, dia akan berbicara setiap kali aku terjun dalam pertarungan, memberi petunjuk akan keberadaan dirinya. Aku berharap bisa menggali lebih banyak tentang diriku melalui suara itu tapi kurasa tidak akan terjadi kali ini.

[Sudah Terbit] I'mmortal Series: Reminiscentiam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang