Chapter 17

3.1K 400 176
                                    

"Baiklah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baiklah. Kita akan berjalan menuju pusat kota. Udara di sini tidak stabil untuk melakukan sihir teleportasi terlalu jauh. Di sana kita pasti akan menemukan seseorang yang bertanggung jawab atas semua ini." Sang guru menghela napas, kembali memandang ke arah kota. "Dia sedang tahap akhir untuk menyelesaikan sihirnya. Sebuah sihir yang jahat dan mengerikan, yang akan menganggu aliran kehidupan." Gadis itu terdiam sejanak. "Kita mungkin akan bertemu dengan Soul Eater sebagai akibat Necromancy, berhati-hatilah."

Illa mengangguk sebelum mengikuti langkah kaki gurunya. Tangan kanannya menggenggam erat pedang angin, siap untuk diayunkan.

Illa memandang sekeliling mereka dan merasakan rasa pahit menggumpal di kerongkongannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Illa memandang sekeliling mereka dan merasakan rasa pahit menggumpal di kerongkongannya. Berkali-kali dia harus menahan diri untuk tidak mengeluarkan isi perut, udara yang berbau bangkai bercampur bau toilet yang tidak dibersihkan selama bertahun-tahun, justru memperkeruh keadaan. Biasanya, gurunya akan membuat semacam aliran udara kecil untuk memastikan mereka mendapat pasokan udara bersih tapi kali ini Illa hanya mendapat tatapan serius penuh kewaspadaan yang mengarah ke depan. Gadis itu sama sekali tidak terganggu dengan keadaan di sekitarnya, membuat Illa bungkam. Matanya ikut mengamati sekeliling, waspada, walau dia sebenarnya tidak tahan melihat kehancuran yang begitu sangat.

Dia menahan napas ketika melihat sebuah sosok tergeletak bersandar pada dinding rumah yang dinding-dindingnya telah hancur setengah. Illa ngeri melihat benda yang memiliki bentuk seperti manusia hanya saja rongga matanya kosong dan mulutnya yang berupa sisa-sisa gigi setengah terbuka. Kulitnya berwarna hitam seperti terbakar tapi Illa tahu tidak ada api yang terlibat dalam penghancuran kota kecil itu.

Gurunya menyadari hal tersebut lalu menutup matanya pelan, menelan ludah sebelum berkata, "Mereka adalah manusia, setidaknya pernah menjadi manusia." 

Konfirmasi sang guru membuat pemuda itu berjengit. Illa memandang gurunya dengan mata dipenuhi ketakutan. "Apa yang terjadi dengan mereka?"

Gadis itu mengangkat pandangannya ke arah Illa. "Mereka adalah sisa yang tertinggal ketika jiwa manusia telah diambil sempurna. Rasa sakit diluar nalar membuat jiwa dan tubuh menjadi rusak. Itulah alasan jiwa-jiwa bisa sedemikian murka ...." Dia terdiam sejenak. "Mereka telah mengalami penyiksaan yang tak terkatakan."

[Sudah Terbit] I'mmortal Series: Reminiscentiam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang