Dua Puluh Sembilan

Começar do início
                                    

"Tuh kan diem. Berarti mama bener."

"Gak gitu, Ma." Fallen merasakan lidahnya yang mulai kelu. "Gimana ya, susah deh jelasinnya. Bingung, Ma."

"Iya-iya, Mama paham. Cuma, kamu tetap harus berpegang teguh sama janji yang pernah kamu ucapin di depan Papa. Masih inget?"

Fallen memilin bibirnya, kemudian menjawab dengan masam. "Menghargai wanita." Mana mungkin dia lupa.

"Kalo Papa kamu tau sikap kamu sekarang, kira-kira dia bakal gimana?"

Dihajar. Fallen masih ingat dengan jelas kejadian yang menimpa dirinya saat masih tinggal di London bersama Saras, Rasya, dan Papanya. Waktu itu Fallen tidak pulang semalaman dan baru kembali ke rumah saat siang menjelang. Papanya--Deri--dapat mencium dengan jelas aroma rokok dan alkohol masih melekat di tubuh putranya saat Fallen pulang. Membuat Fallen yang kepalanya masih pening terus ditanyai habis-habisan. Bukan itu yang membuat Deri murka. Dia tak masalah putranya merokok atau mengkonsumsi alkohol. Namun setelah mendengar Fallen meniduri wanita malam itu benar-benar membuat darahnya naik. Papanya bilang:

"Papa gak akan melarang kamu buat minum alkohol dan merokok. Kamu mau gak pulangpun Papa gak akan marah. Kamu sudah besar. Dirimu sendiri yang memilih jalan kamu. Tugas Papa menuntun kamu sudah selesai saat kamu beranjak dewasa. Tapi, Papa akan sangat marah kalau mendengar kamu melecehkan wanita seperti itu. Kamu pernah gak mikir gimana nasib mereka? Laki-laki dan perempuan itu tidak sama, nak. Kamu bisa saja lari tanpa jejak, namun mereka tidak bisa. Hargai wanita. Seperti kamu menghargai Mama dan Rasya."

Babak belurlah Fallen saat itu. Kemarahan Deri tak dapat terelakkan. Fallen hanya diam, tak ingin membalas. Merelakan sekujur tubuhnya dihajar bertubi-tubi oleh sang Papa. Beruntung, Saras dan Rasya menengahi. Saras meredakan amukan Deri, dan Rasya membantu Fallen berdiri.

"Masih inget, kan?" suara Saras menepikan Fallen dari pikirannya.

"Gak bisa lupa kalo itu, mah." balas Fallen, jujur.

"Beruntung banget kamu gak langsung dinikahin sama tuh cewek."

Fallen mencebik. "Itu tuh cabe-cabean London, Ma. Dia duluan yang godain. Ada atau enggaknya aku juga dia udah gak perawan."

"Hush!" Saras memelototkan matanya. Kalau Fallen bisa lihat itu, pasti cowok itu akan langsung diam. "Kamu nih kalo ngomong!"

"Iya, sori-sori. Aku jadi emosional kalo inget itu."

Mungkin setahu Deri, itu pertama kalinya Fallen meniduri wanita. Namun sebenarnya tidak. Fallen sudah pernah melakukan itu ke wanita-wanita lain. Di beberapa negeri, hal-hal seperti itu memang bukanlah hal yang serius. Jadi Fallen merasa fine-fine saja dengan itu. Iya, kutuk saja dia sesukamu.

"Ya udah, nanti Mama telpon Hp kamu, awas aja kalo gak diangkat. Inget juga sama pesan Papa kamu. Assalamualaikum."

"Hm, Waalaikumsallam."

tut.

Fallen menghela napasnya keras-keras. Lantas melempar tubuhnya ke atas kasur. Percakapan barusan ternyata mengganggu pikiran Fallen. Cowok itu kini tidak bisa tenang. Memikirkan nasib Alexa dan Beca yang entah akan seperti apa kedepannya.

Beberapa pertanyaan berkocol di kepala Fallen. Dia tidak pernah menjalani kehidupan sedrama ini sebelumnya. Apa ini berupa karma untuknya karena sering mematahkan hati perempuan?

Ah, tidak. Fallen tidak percaya adanya karma. Tapi dia meyakini kalau segala sesuatu memang ada timbal-baliknya.

Apa gue mesti ngomong lagi ke Beca? pikirnya. Iya, kayaknya gue emang harus jelasin baik-baik, deh. Semoga aja Beca ngerti.

Setelah memikirkan itu, Fallen lantas bangkit mencari ponselnya. Benda yang seharian ini tidak disentuhnya.

***

A.N: part ini biarin isinya fallem dulu ya ehe.

Oiyaaaaa mau ganti judul ni.
bukan ganti, sih. Cuma nambahin kata di depannya aja. Yang tadinya 'Bad Girl' jadi 'Don't Call Me Bad Girl'

HAHAHAHAHAHA
EMANG NGACO SIH
ABIS GIMANA YAA
AKU BINGUNG wkwk

Mau gimana lagi, ini tuh cerita dari jaman smp. jadi judulnya emang alay gituwkwk. Pen ganti, tapi bingung. Yaudah ini aja dulu hehehaha.

Dadaaa
Votemu kebahagianku hehehehehehehehehehehhehehehehehehrhrhehehehheheehheheehhrhrhrhrhrhrhrh ehrhrhehrheheheh ehehehe

180°Onde histórias criam vida. Descubra agora