13. Terjerat Dalam Masalah

3.4K 159 17
                                    

    Steffi terduduk di bangku taman belakang sekolah. Bel istirahat belum berdering, jadi Steffi memilih untuk diam disini, karna jika Steffi datang ke kelas, sudah jelas Steffi tidak akan diizinkan masuk.

    "Dasar cowok nyebelin! Dia maunya apa sih? Tukang perintah, pemaksa, sok berkuasa." Gerutu Steffi dan menendang rumput dibawahnya dengan kesal.

    "Gue juga, kenapa coba tadi nangis? Gak penting banget!"

    "Lo nangisin gue?" Tanya seorang laki-laki secara tiba-tiba dan terduduk tepat disamping Steffi.

    Steffi kaget dan segera menoleh. Matanya mendapati Iqbaal yang kini tersenyum miring dengan sebelah alis terangkat.

    Steffi membuang pandangannya kearah lain, "gue berhenti jadi babu lo, dan gue juga bakal pindah tempat duduk kok." Ucap Steffi.

    "Kenapa? Karna lo suka sama gue? Tapi lo takut patah hati?" Tebak Iqbaal menyebalkan.

    Steffi menatap Iqbaal kesal, "gak usah geer. Cuma cewek tolol yang suka sama cowok kayak lo." Desis Steffi tajam.

    Iqbaal tersenyum miring, "lo udah berani sama gue?"

    Steffi menaikan dagunya menantang, "selama ini gue gak pernah takut sama lo, gue cuma menghargai lo. Tapi ternyata? Lo itu gak pantes buat dihargai." Ucap Steffi menggebu-gebu.

    Iqbaal semakin menunjukan senyum miringnya. Ia memajukan wajahnya mendekati wajah Steffi, "yakin gak takut?" Tanya Iqbaal pelan.

    Tubuh Steffi menegang seketika. Ia berusaha mundur, namun Iqbaal semakin mendekat, hingga tubuhnya membentur tangan kursi. Dan Steffi tidak bisa bergerak lagi, sementara Iqbaal sudah semakin dekat. Bahkan Steffi bisa merasakan hembusan nafas Iqbaal.

    Jantung Steffi berdegup kencang, kakinya terasa lemas. Matanya menatap Iqbaal yang kini hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya.

    Steffi memejamkan matanya takut, lengannya berusaha menahan dada Iqbaal untuk tidak maju lebih dekat lagi. Dan dalam diamnya, Steffi mengerutkan alisnya bingung saat lengannya dapat merasakan detak jantung Iqbaal yang berpacu cukup cepat. Apa Iqbaal juga merasakan hal gugup? Atau merasakan perasaan aneh seperti yang Steffi rasakan?

    Steffi menggeleng pelan, tidak mungkin Iqbaal merasakan perasaan gugup, ataupun merasakan perasaan aneh seperti yang Steffi rasakan. Karna sudah pasti kejadian seperti ini sudah sering Iqbaal lakukan pada pacar-pacarnya.

    "Iqbaal!" Sentak seorang gadis dibelakang sana.

    Iqbaal segera menjauhkan wajahnya dari wajah Steffi dan segera bangkit. Steffi pun begitu.

    Keduanya menoleh bersamaan kesumber suara dan mendapati Sandra yang kini melangkah mendekati keduanya.

    "Kamu ngapain?" Tanya Sandra dengan mata berkaca-kaca.

    Iqbaal berdeham dan melirik Steffi yang kini menunduk, "bukan urusan lo." Ucap Iqbaal dan menarik lembut lengan Steffi untuk ikut dengannya.

    Sandra geram dan menahan lengan Steffi untuk tidak mengikuti langkah Iqbaal.

    Plak.

    "Dasar, cewek murahan!" Bentak Sandra emosi.

    Steffi menunduk dan memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan Sandra yang cukup kencang.

    "Sandra! Lo apa-apaan sih?" Bentak Iqbaal tak terima.

    Iqbaal menarik lengan Steffi untuk berdiri dibelakangnya, menyembunyikan Steffi dari amukan Sandra yang kadang tak terkendali.

    "Kurang aku apa Iqbaal? Apa?" Tanya Sandra dengan setitik air mata jatuh dari pelupuk matanya.

    Iqbaal mendesah kesal dan menatap Sandra tajam, "gue udah bilang. Gue gak suka sama lo. Jadi, berhenti ngejar-ngejar gue dan ikut campur urusan gue." Desis Iqbaal tajam.

    Iqbaal menarik lembut lengan Steffi untuk ikut dengannya, meninggalkan Sandra yang kini terisak dengan hati yang jelas saja terluka.

    Steffi hanya menunduk dan mengikuti arah tarikan Iqbaal. Air matanya menggenang di pelupuk matanya. Pipinya juga masih sangat terasa panas.

    Iqbaal merangkul lembut tubuh Steffi seraya memasuki kelas. Semua penghuni kelas yang menyaksikan adegan itu menatap tak percaya bahkan takjub. Seorang Steffi, siswi baru bisa digandeng semesra itu oleh most wanted pertama di Persada.

    "Duduk." Perintah Iqbaal.

    Steffi menurut dan menunduk tanpa sedikitpun mendongakkan wajahnya.

    Iqbaal menghela nafas panjang dan terduduk tepat disamping Steffi. Lengannya menyentuh dagu Steffi, berusaha membuat Steffi mendongak, namun Steffi tetap pada posisinya. Menunduk dengan lengan memegang pipi kanannya.

    "Sini, gue liat pipinya." Ucap Iqbaal.

    Steffi menggeleng dan semakin menunduk, menyembunyikan air matanya yang kembali menggenang.

    "Sini liat dulu. Sakit banget gak?" Tanya Iqbaal lembut.

    Steffi diam tanpa pergerakan apapun.

    "Nu, lo kekantin, beli air es sama lap nya." Titah Iqbaal pada Danu yang duduk dihadapannya.

    Danu menghela nafas dan mengangguk samar dengan wajah muram. Karna sejujurnya, Danu sedikit cemburu melihat Steffi dengan Iqbaal.

    Iqbaal menghela nafas dan mengusap lembut kepala Steffi, berniat membuat Steffi mendongakkan kepalanya.

    "Maaf," Ucap Iqbaal. Entah kenapa, melihat Steffi seperti ini, seperti ada perasaan aneh yang menyelusup kedalam relung hatinya. Membuatnya sedikit tidak nyaman.

    Steffi menggeleng dan tetap menunduk.

    "Maaf Steff, lo jangan kayak gini. Gue jadi makin merasa bersalah." Ucap Iqbaal setengah berbisik.

    Steffi menggeleng, "gak usah libatin gue dalam urusan hidup lo lagi. Gue takut." Lirih Steffi bergetar.

    Iqbaal terdiam mendengar lirihan Steffi meskipun samar. Entah kenapa perasaan aneh itu semakin membuatnya tak nyaman. Perasaan apa?

    Iqbaal menghela nafas dan menarik lembut tubuh Steffi kedalam dekapannya. Membiarkan siswa-siswi lain membicarakannya dengan Steffi dengan berbagai artian.

    "Maaf, maafin gue Steffi." Bisik Iqbaal penuh penyesalan.

Bersambung...
Vote dan komentarnya guys. Kalo suka diadd kereading list kalian ya. Jangan lupa follow penulisnya, hehe.
Baca juga cerita saya yang lain, cari di works ya
Salam, Erna💕

Love Story Iqbaal-Steffi [Completed]Where stories live. Discover now