10. Menjadi Budak?

3.3K 134 0
                                    

    "Masih berani duduk disini? Uhm?"

    Kelas seketika hening saat Iqbaal berbicara pada ke-empat remaja yang tengah bercanda gurau ditempat duduknya.

    Farah segera bangkit dan mengambil tasnya lalu berdiri sedikit menyingkir. Steffi juga begitu, meraih tasnya dan mengikuti langkah Farah.

    "Gue gak nyuruh lo pergi." Iqbaal duduk diatas meja Danu dengan salah satu kaki yang ia naikkan diatas meja dan sedikit ditekuk.

    "Ma-maaf" Ucap Steffi gugup dengan wajah menunduk.

    "Ucapan gue kemaren belum cukup? Atau lo budek makanya gak denger apa yang gue bilang?"

    Steffi hanya menunduk, menggenggam erat tali tas punggungnya gugup, jantungnya berdebar kencang seperti akan jatuh dari tempatnya, kakinya juga yang lemas seperti tidak ada tulang yang menopangnya.

    "Oh elo budek. Pantesan aja." Ucap Iqbaal dengan kepala yang diangguk-anggukan.

    "Gue gak budek" Ucap Steffi pelan masih dengan wajah menunduk.

    "Heh! Gue disini. Ngapain lo natap kebawah?" Iqbaal mengangkat dagu Steffi, berniat membuat Steffi menatap kearahnya. Namun dengan cepat Steffi memalingkan wajahnya, enggan untuk menatap mata elang Iqbaal yang seakan menusuk.

    Iqbaal tertawa melihat wajah ketakutan Steffi, "gue bakal izinin lo duduk sama gue, dengan satu syarat." Steffi menoleh dan menatap Iqbaal takut.

    "Apa?"

    "Lo jadi babu gue selama lo duduk sama gue"

    "Apa?! Iqbaal kamu apa-apaan sih? Kenapa kamu butuh babu kayak dia? Kalo kamu butuh sesuatu kamu tinggal bilang sama aku. Aku pasti kasih buat kamu, termasuk cinta aku." Sandra. Gadis dengan bando berwarna biru terang dan pakaian mencolok lainnya menyambar dan menggelayut manja dilengan Iqbaal. 

    Iqbaal berdecak kesal dan melepaskan lengan Sandra dari lengannya, "Mak lampir kayak lo, gak usah ikut campur." Iqbaal menolak dahi Sandra dengan telunjuknya, membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal

    "Iqbaal ayolah, aku bisa bantuin kamu kok, jadi gak usah si cewek norak ini yang  bantuin kamu-nya." Sandra memohon dengan suara manja yang terdengar begitu menjijikan di telinga Iqbaal.

    "Gimana, setuju gak lo?" Tanya Iqbaal tanpa menghiraukan ucapan Sandra.

    Steffi menarik napas dalam dan mulai memberanikan diri untuk menatap Iqbaal lalu mengangguk sekilas

    Iqbaal tersenyum miring dan membuat Steffi kembali menunduk.

    "Jangan banyak nunduk deh. Nanti juga tiap hari lo liat muka gue."

    Ucapan Iqbaal tadi tentu saja membuat Sandra geram, pasalnya Sandra tidak akan membiarkan gadis lain menatap pria pujaannya itu lebih dari 3 menit.

    "Bal! Kamu kok jahat sih?" Sandra mengerucutkan bibirnya manja, dan lagi lagi Iqbaal tidak menanggapinya.

    "Sekarang lo ikut gue." Iqbaal bangkit dan berjalan mendekati satu-satunya pintu dikelas itu.

    "Lo gak perlu ikut Sandra." Ucap Iqbaal lagi karena ia yakin Sandra pasti mengikutinya. Dan dugaannya benar, karena Sandra sudah beberapa langkah mendekati Iqbaal.

    "Emang kenapa sih? Aku kan pengen ikut sama kamu"

    "Gue gak ngajak lo Mak Lampir." Iqbaal mendengus kesal.

    Steffi menyimpan tas punggungnya disamping tas milik Iqbaal lalu berjalan perlahan mendekati Iqbaal.

    Saat melintasi Sandra, lengan Steffi ditahan, "gue peringatin sama lo. Kalo sampe lo berani deketin Iqbaal atau keganjenan sama Iqbaal, gue nggak akan tinggal diam" bisik Sandra penuh ancaman.

    Steffi menahan nafasnya dan sedikit berlari keluar kelas, menyusul Iqbaal yang sudah menghilang ditelan pintu.

    "Tuhan. Semoga semuanya baik-baik aja"

Bersambung...
Vote dan komentarnya guys. Kalo suka diadd kereading list kalian ya. Jangan lupa follow penulisnya, hehe.
Salam, Erna🌸

Love Story Iqbaal-Steffi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang