26. Abu-abu

2.8K 111 9
                                    

    Steffi dan Farah terduduk di bangku kantin, menikmati makanan yang mereka pesan di jam istirahat kali ini. Keadaan kantin saat ini masih cukup sepi, karena memang jam istirahat masih 15 menit lagi berdering, tapi di kelas mereka sudah tidak ada guru, jadi mereka bisa istirahat lebih awal.

    Dua meja di belakang mereka ada Iqbaal, Sandra, Aldi, Kiki dan beberapa anak kelas dua belas. Iqbaal sedang memainkan gitar akustiknya, sementara Sandra dan yang lainnya menyanyi mengikuti alunan senar gitar yang Iqbaal mainkan.

    “Udah seminggu, kayaknya gue gak pernah liat lo diganggu sama Iqbaal atau Sandra lagi ya?” Tanya Farah setengah berbisik, tatapan matanya beberapa kali terarah pada Iqbaal dan kawan-kawannya.

    Steffi tersenyum dan mengangguk, “gue bersyukur banget, jadi gue bisa sekolah dengan tenang” Ucap Steffi dengan senyum tipis. Ia menghela napas berat, ucapannya barusan berbanding terbalik dengan hatinya. Karena di dalam sana, seperti ada sesuatu yang hilang, yang membuat ia merasa sepi.

    “Iya sih, tapi kayaknya aneh aja Steff, kenapa ngejauhnya tiba-tiba? Dia ada ngomong sesuatu gak sama lo?”

   Steffi menghela napas dan menggeleng pelan, “mungkin mereka udah sadar kalo ngusik hidup gue cuma buang-buang waktu mereka, makanya mereka gak ganggu gue lagi” kata Steffi. Tak sengaja, matanya melihat ke arah Iqbaal yang juga menatapnya. Steffi segera melengos saat matanya menangkap adegan Sandra mengusap kepala Iqbaal. Rasanya sakit, seperti seseorang dengan sengaja mencabik hatinya.

    “Steff” panggil Farah sambil mengernyit, “lo nggak pa-pa?”

    Steffi menggeleng dengan senyum tipisnya, sedetik selanjutnya ia bangkit, “ke kelas yuk, rangkuman biologi gue belum selesai.” Dan mereka pun melangkah bersampingan meninggalkan kantin.

    Iqbaal menghela napas melihat Steffi pergi keluar kantin. Entah apa yang terjadi padanya, dia hanya tidak suka menjauhi Steffi seperti ini. Karena di dalam hatinya yang terdalam, ada gejolak yang selalu memaksanya mendekati Steffi lagi.

   “Gua cabut ya” kata Iqbaal dan beranjak bangkit, baru langkah pertama, Sandra menahan lengannya dan ikut berdiri.

    “Kamu mau kemana? Aku ikut ya” Ucap Sandra dengan senyum manisnya.

    Iqbaal berdecak sebal lantas melepaskan lengan Sandra yang menggelayut manja di lengannya, “apaan sih? Gua mau ke toilet” Ucap Iqbaal, ia kembali berniat pergi dari tempat itu, tapi lagi-lagi Sandra menahannya.

    “Nanti balik lagi kan?” tanya Sandra masih dengan senyum manisnya yang dibalas dengan anggukan samar oleh Iqbaal seraya melepaskan kembali lengan Sandra dari lengannya, setelah itu ia berlalu pergi keluar kantin.

    “Susah ya, yang baru jadian. Di tinggal bentar aja bawaannya pengen ngikut” ledek Gita yang membuat Sandra tersipu.

    “Apaan sih lo”

    Semua yang ada di situ tertawa, kecuali Aldi. Cowok itu mengernyit melihat pesan singkat dari Salsha. Pasalnya, sudah hampir dua Minggu Salsha tidak pernah menghubunginya —kecuali dia yang menghubungi duluan, “ada apaan ya?” Beberapa detik berpikir, akhirnya Aldi mengetikkan pesan balasan untuk pesan yang dikirim Salsha beberapa menit yang lalu.

Salsha
085xxxx

Di, lagi sama Steffi?

Enggak Sha, ada apa?

    Aku mengetuk-ketukan jarinya pada meja, sambil terus melihat ponselnya. Seakan tak sabar mendapat balasan dari Salsha, cewek yang sampai saat ini masih berkuasa di hatinya. Beberapa detik kemudian, ponselnya bergetar, pertanda sebuah pesan masuk, dari Salsha.

Love Story Iqbaal-Steffi [Completed]Where stories live. Discover now