31. Ribut? Kebiasaan

2.3K 100 5
                                    

    Tuk. Tak. Tuk. Tak. Itu suara jemari Steffi, dia mengetuk-ngetuknya pada meja cafe. Dia bosan, jenuh, dan ingin sekali menggetok kepala cowok yang kini duduk dihadapannya. Untuk kesekian kali, helaan napasnya terdengar sebal. Wajahnya memberengut, menatap keadaan sekitar yang terasa sangat membosankan.

    “Gak usah kayak gitu mukanya.” Lantas, Steffi menoleh dengan wajah sinis. Iqbaal. Cowok itu sangat ingin dia lenyapkan dari bumi. Bagaimana tidak? Iqbaal yang memintanya datang, dan mengatakan bahwa cowok itu butuh teman ngobrol. Tapi ternyata, sudah hampir 2 jam Steffi di sini. Dan dia hanya duduk seperti orang bego, karena Iqbaal hanya sibuk memainkan ponselnya.

    Steffi berdecak kesal, dia mulai bangkit dan meraih tas selempangnya. “Gue mau balik!” Tukasnya sebal.

    Baru selangkah, Iqbaal lebih dulu menahan lengan Steffi. “Gue butuh saran lo Steff!” kata Iqbaal sebal. Steffi mendelik mendengar ucapan itu, ucapan yang di dengarnya hampir 5 kali sejak dia datang tadi. Tapi cowok itu belum juga mengatakan apa masalahnya.

    “Lo—”

    “Iya! Gue ngomong sekarang!” kata Iqbaal memotong ucapan Steffi dengan nada penuh penekanan. Mendengar itu, Steffi kembali duduk dengan wajah malas. Dia menyilangkan lengannya di depan dada. Menatap Iqbaal dengan wajah sebal.

    “Gue berantem sama Aldi sama Kiki” kata Iqbaal dan menghela napas panjang, “gara-gara Salsha” lanjutnya lagi. Wajahnya sangat santai, seperti tidak ada penyesalan apapun atas apa yang sudah terjadi.

    Steffi menghela napas, entah kenapa, dia yang merasa khawatir, “elo sih! Kan udah gue bilangin dari awal, jangan deketin Salsha! Dia gebetan Aldi” kata Steffi kesal. Dia menatap Iqbaal jengkel, seperti ingin segera menerkam cowok yang hanya duduk santai tanpa wajah berdosa.

    “Ya bukan salah gue lah” kata Iqbaal santai. Dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

    Steffi mengepalkan lengannya kuat. Cowok di depannya itu sungguh memancing emosinya, “terus menurut lo salah siapa? Mang Udin?!” kesal Steffi. Mang Udin itu tukang bersih-bersih di sekolah mereka.

    Iqbaal tertawa hambar, “lawak-an lo garing Steff”

    “Terus ngapain lo ketawa bego!”

    “Oke deh serius, gue juga gak tau semuanya bakal jadi kayak gini. Menurut lo gue harus gimana?” tanya Iqbaal, dia menegakkan tubuhnya, menyimpan kedua lengannya di atas meja lantas menatap Steffi serius.

    Steffi berdeham pelan, tiba-tiba saja dia merasa gugup ditatap seperti itu oleh Iqbaal. Sesegera mungkin dia melengos. “Ya gimana” kata Steffi tidak karuan.

    “Dongo! Gue kan minta saran lo Steff, kalo lo gak kasih saran, ngapain juga gue suruh lo dateng.” Iqbaal mendengus dan melengos jengkel.

    “Ya gue juga gak tau lah lo harus gimana, salah lo sendiri yang mulai semuanya!” kata Steffi. Dia masih belum berani mantap Iqbaal. Takut, jantungnya meledak jika terus bertatapan dengan Iqbaal.

    Iqbaal mendesah pelan. Lantas, dia menatap Steffi yang terus menunduk dengan wajah tak percaya. “Lo bego atau pura-pura bego di depan gue sih Steff?” Tanya Iqbaal sarkastis.

    Lantas, Steffi menoleh ke arahnya dengan wajah memberengut sebal. “Gue gak bego Iqbaal!”

    “Tapi di depan gue, lo selalu keliatan bego”

    Steffi mendengus sebal, “gimana biar gue keliatan pinter?”

    Iqbaal tersenyum miring, “jadi pacar gue” katanya santai.

    Steffi yang sedang minum langsung terbatuk-batuk. Ucapan Iqbaal sungguh diluar dugaan. Dan tentu saja sangat tidak baik untuk kesehatan jantungnya. “Mak—sud lo apa anjir?” Tanya Steffi kaget.

    Iqbaal sedikit berdeham, “jadi pacar gue. Supaya Salsha ngejauh, dan Aldi percaya kalo gue sama Salsha cuma main-main karena gue sukanya cuma sama lo” kata Iqbaal. Dia menunjukan senyum manisnya seraya menyimpan kedua lengannya di atas meja.

    Steffi menelan ludahnya yang seakan berubah menjadi kerikil. Jantungnya semakin berdegup kencang, bahkan, telinganya pun bisa mendengar detak jantung itu. Darahnya mendesir, dan dia bisa merasakan pipinya panas.

   Melihat wajah merona Steffi, Iqbaal berdecak. “Gak usah ge-er. Ini cuma pura-pura” tukas Iqbaal yang seketika saja menghancurkan sayap yang sebelumnya tercipta untuk Steffi.

    Steffi segera melengos, rasa bahagianya langsung terganti menjadi rasa sebal juga sedikit kecewa. “Apaan sih?! Lo pikir gue bakal suka gitu sama lo? Ogah!” kata Steffi dan melengos sebal. Tiba-tiba saja dia merasa enggan menunjukan wajahnya pada Iqbaal.

    Iqbaal mendecih. “Yaudah bagus kalo gitu. Mulai sekarang kita jadian”

    Steffi berdecak kesal. “Gak mau! Siapa lo maksa-maksa gue?!” Kata Steffi sedikit membentak.

    “Gue gak terima penolakan!”

    Steffi mendelik sinis, “jangan buat Salsha makin drop Bal! Dia tau lo cowok brengsek aja udah kayak orang gila, apalagi tau kalo gue jadian sama lo?” kata Steffi dan mendengus sebal. “Lagian, lo juga kan pacarnya Sandra, gue gak mau cari gara-gara sama dia” kata Steffi, kali ini dia melengos, hatinya tiba-tiba terasa nyeri.

    Iqbaal berdecak dengan helaan napas kasar. Kepalanya seakan mau pecah. Dia tidak mau persahabatannya dengan Aldi dan Kiki hancur. Tapi dia juga gengsi jika harus memohon-mohon agar dimaafkan, itu benar-benar bukan gayanya.

    “Dateng ke Aldi, minta maaf ke dia, kalo perlu lo mohon-mohon ke dia” kata Steffi yang membuat Iqbaal langsung melotot ke arahnya. Bagaimana Iqbaal tidak kaget? Steffi seakan tahu apa yang sedang dipikirkannya.

    Iqbaal menatap Steffi curiga, “cenayang lo ya?”

    Steffi balas menatap Iqbaal tak percaya, “stres lo ya?” Steffi menggeleng heran, lantas dia menatap Iqbaal serius, “pokoknya, lo harus selesain masalah lo sendiri, jangan minta bantuan ke gue, gue gak mau nyakitin Salsha. Apalagi, urusan gue di sekolah juga banyak banget gara-gara lo!” kata Steffi yang diakhiri dengan tatapan jengkel nya pada Iqbaal.

    Iqbaal berdecak, “pulang, pulang sana!”

    Steffi mendelik sinis dan segera bangkit, “gue juga males kali lama-lama sama lo!” Setelah itu, Steffi berlalu pergi dengan kaki di dihentak-hentakan kesal. Cowok yang baru saja di temuinya itu sangat membuatnya jengkel.

    Iqbaal terdiam. Matanya terus mengikuti kemana Steffi pergi. Cewek itu terlihat masih sangat sebal, hingga tanpa sadar dia terkekeh sendiri dengan gelengan kepala heran.

    “Cewek bloon, tapi gue seneng kalo liat dia”

Bersambung...
Vote dan komentarnya guys✌
Aku sudah berusaha melakukan yang terbaik, tolong apresiasi itu
Salam, Erna❣

Love Story Iqbaal-Steffi [Completed]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora