35. Jadian!

2.1K 104 50
                                    

    Senin pagi, hampir seluruh sekolah di Indonesia melaksanakan upacara bendera. Begitupun dengan SMA persada. Siswa-siswi berseragam putih abu berbaris rapi memenuhi lapangan, dengan berbagai atribut yang membuat mereka terlihat sama rata.

    Steffi pun begitu, dia berdiri di barisan terdepan bersama Farah. Iqbaal belum terlihat sama sekali, entahlah, Steffi tidak begitu memedulikannya juga.

    Pak Bandi—kepala sekolah— berdiri di atas podium, memberikan amanatnya. Terlebih pada anak-anak kelas 12 yang sebentar lagi akan mengadakan ujian nasional.

    "Bapak yakin, kalian mampu melaksanakan ujian dengan lancar," ucap Pak Bandi, semua orang mengamini dalam hati, "murid-murid Persada kan pintar semua" katanya dengan senyum lembut.

    "Sekian dari Bapak, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu" katanya menutup amanat.

    Siswa-siswi serentak mengubah posisi istirahat menjadi tegak. "Waalaikumsalam" ucap siswa-siswi serentak.

    Upacara di lanjutkan dengan menyanyikan lagu wajib nasional yang dipandu oleh tim paduan suara. Namun tiba-tiba saja terdengar keributan dari arah gudang belakang sekolah.

    Beberapa orang menoleh mencari tahu, sementara Steffi tidak begitu peduli. Beberapa guru keamanan pun berlarian mengecek situasi.

    "Anjing!" Teriakan sangar itu tertangkap jelas telinga Steffi. Suara Iqbaal. Lantas Steffi menoleh, berusaha melihat apa yang terjadi, tapi sulit, dia berada di posisi terdepan, ada banyak siswa-siswi di belakangnya. Suasana di belakang semakin terdengar rusuh, guru-guru yang memantau upacara pun mulai menyusul mendekat.

    "Steff, di liatin Bu Ratu" bisik Farah.

     Steffi mengembuskan napas panjang, kembali menatap ke depan. Mengikuti upacara dengan perasaan gelisah.

    Upacara akhirnya selesai, setelah Steffi menunggu beberapa menit yang terasa sangat lamban. Namun, siswa-siswi tidak di bubarkan, ada pengumuman penting katanya.

    Dua orang lelaki berpenampilan urakan di giring Pak Dani ke tengah lapangan. Iqbaal dan Haris. Mereka habis bertengkar, wajah Iqbaal lebam, sudut bibirnya terlihat sedikit berdarah. Meskipun Haris yang terlihat paling parah, sudut matanya membiru, lubang hidungnya ditutup dengan gulungan tisu, sepertinya berdarah, dan pipinya lebam-lebam.

    Steffi menatap Iqbaal khawatir. Apa lagi tingkah lelaki itu kali ini?

    "Dengar anak-anak, Bapak gak mau kalian mengikuti jejak kedua anak begajulan ini" kata Pak Dani sembari menunjuk Iqbaal dan Haris dengan penggaris kayu besar andalannya.

    Iqbaal dan Haris hanya menundukkan kepalanya.

    "Sekolah cuma numpang pake seragam, pelajaran etika, sosial, akademiknya gak ada yang nempel" katanya lagi dengan wajah sebal.

    Siswa-siswi sibuk berbisik-bisik, ada yang menghujat, ada pula yang mendukung Iqbaal ataupun Haris dan justru mengumpat Pak Dani yang menurut mereka berlebihan.

    "Emang dasarnya barbar mah susah Steff," kata Farah. Lengannya bersidekap di depan dada.

    Steffi meliriknya sekilas lantas kembali menatap Iqbaal tanpa berniat menyahuti ucapan Farah. Iqbaal pun menatap Steffi dengan senyuman, lengannya melambai santai. Sontak mata Steffi membulat sempurna.

    "Iqbaal! Ngapain kamu?!" Bentak Pak Dani sebal.

    "Gak pa-pa Pak, itu pacar saya" kata Iqbaal santai, lengannya menunjuk tepat ke arah Steffi. Seketika Steffi menjadi pusat perhatian, memang sudah menjadi rahasia umum Iqbaal menyukai Steffi, tapi tindakan Iqbaal sungguh di luar dugaan.

Love Story Iqbaal-Steffi [Completed]Where stories live. Discover now