Part 26

624 43 2
                                    

***

Aldric baru sampai rumahnya setelah terlebih dahulu mengantar Aluna ke rumah cewek itu. Dan tentu saja menenangkan Aluna yang sempat menangis hebat lebih dulu. Aldric tak habis pikir, Lexa akhirnya memberi tahu Aluna yang sebenarnya. Dan Aldric yakin itu semua tanpa persetujuan Alang.

Aldric menekan pangkal hidungnya saat kembali merasakan hatinya remuk ketika Lexa sama sekali tidak membalas tatapannya saat cowok itu menjemput Aluna di taman rumah sakit. Bahkan tidak bertanya mengapa mereka bisa bersama. Apa Lexa benar-benar sudah membencinya?

Aldric menjenggut rambutnya kasar. Cowok itu baru saja menginjakkan kakinya di teras rumah saat pembantu rumahnya memberitahunya bahwa ada yang menunggu di gazebo belakang rumah cowok itu.

"Siapa mbok?" tanya Aldric.

"Mba Briana, Mas," jawab Mbok Lastri lalu pamit kembali ke dapur.

Aldric menghela nafasnya. Mungkin ini memang saat yang tepat untuk mengakhiri semuanya dengan Ana. Tidak ada lagi yang bisa ia pertahankan. Tidak hubungan mereka, tidak juga perasaannya.

"Kenapa ke sini?" tanya Aldric saat sudah sampai di belakang Ana. Membuat cewek itu membalikan badannya dan dengan cepat Ana berjalan menghampiri Aldric.

"Dric, aku minta maaf. Aku--"

"Udahlah Bri. Aku capek, kamu juga kan?" ujar Aldric malas. Langkah Ana seketika terhenti saat mendengar penuturan Aldric yang terasa menyakitkan untuk didengar. Gestur tubuh cowok itu juga seakan sudah tidak peduli apapun, membuat hati Ana menjadi luar biasa sakit.

"Aku udah nggak mempan sama airmata kamu itu. Mending simpan baik-baik. Buat orang yang lebih pantas kamu tangisi, bukan aku."

Tapi Ana benar-benar tidak peduli dengan perintah Aldric. Ana menangis. Di hadapan Aldric. Dan Aldric hanya berdiri diam. Hanya menatapnya. Ana berharap Aldric bisa melihat kesungguhannya kali ini. Tapi Aldric tetap bergeming. Tidak melakukan apa-apa. Tidak ada usapan di kepala atau di pipi. Tidak ada pelukan hangat menenangkan yang biasa cowok itu beri. Apa kesalahannya memang sudah sefatal itu?

"Aldric aku mohon, kasih aku kesempatan sekali lagi. Aku janji--"

"Yang bisa kamu lakuin cuma meminta kesempatan tanpa memperbaiki. Yang bisa kamu lakuin cuma berjanji tanpa menepati. Dan aku udah nggak bisa ngasih apapun lagi buat kamu Bri," ujar Aldric dengan suara parau. Jangan berfikir bahwa Aldric sudah tidak peduli sepenuhnya. Cowok itu tentu saja masih menyayangi Briana-nya. Tapi sayang cewek di depannya bukan lagi Briana yang dulu Aldric kenal. Semuanya sudah tak lagi sama.

"Kejar kebahagiaan kamu sendiri. Maka aku juga akan begitu," ujar Aldric sekali lagi sebelum berbalik, pergi ke kamarnya. Meninggalkan Ana yang terisak-isak. Menangisi nasibnya dan menyesali semuanya.

***

Aluna baru saja membuka gerbang rumahnya saat menemukan Dika yang tengah berjongkok sambil memandang kosong tanaman bunga milik ibunya, tanpa melakukan apa-apa. Bahkan saat Aluna sudah mulai berjalan mendekat pun Dika masih tidak sadar. Melamun.

"Ngapain?" tanya Aluna serak.

Dika yang mendengar suara itu hampir terjengkang sebelum mendongak dan menemukan Aluna. Cowok itu kemudian buru-buru menyeimbangkan tubuhnya dan berdiri. Menatap Aluna dengan tatapan sejuta penyeselan.

"Maaf," cicit Dika. Benar-benar mencicit. Nyalinya seakan-akan hilang, digantikan dengan rasa bersalah yang menggumpal dalam hati Dika, siap untuk diledakan.

Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang