Part 9

2K 127 1
                                    


DUK

Dika tak pernah tau kalau tendangan penaltinya kali ini akan sangat melenceng jauh dari gawang.

Ia tidak tahu kenapa. Teman-temannya juga memandang heran ke arahnya. Dika dikenal sebagai striker yang jitu. Handal dalam permainan juga menjebol gawang milik lawan.

Jadi jangan salah saat sekarang teman-teman satu timnya memandang ke arah cowok itu dengan dahi berlipat-lipat.

"Mampus! Kena orang Dik, bego lo kenapa nggak fokus sih!" Erang Dika kesal. Cowok itu menyugar rambutnya ke belakang dengan asal sambil berlari kecil menghampiri si malang yang terkena tendangan melencengnya. Teman-temannya yang lain pun mengikuti Dika di belakang.

Dika menjambak rambutnya frustasi saat mengetahui si malang tadi ternyata cewek.

Lexa.

Sialan! Sialan! Sialan! Umpat cowok itu dalam hati.

"Lex sori banget gue nggak sengaja sumpah!" Ujar cowok itu dengan nada penuh penyesalan yang teramat sangat.

Dika berjongkok di hadapan Lexa yang sudah lebih dulu duduk di lantai koridor sekolah sambil memegangi pelipisnya yang terkena sepakan melenceng milik Dika. Dika ikut meringis mendengar erangan kesakitan yang terdengar dari mulut Lexa.

"Lex, ngomong dong. Jangan diem aja, sorry oke? Gue anter ke UKS ya?" Tanya Dika.

"Gue nggak apa-apa Dik," jawab Lexa pelan yang membuat Dika semakin menjambak rambutnya frustasi.

"Nggak nggak nggak. Pokoknya gue anter lo ke UKS. Ayo!" Dika sudah mengulurkan tangannya di depan muka Lexa saat sebuah suara membuat Dika mendongak.

"Biar gue aja yang nganter Lexa ke UKS,"

***

Istirahat pertama biasa Alang habiskan dengan bermain basket bersama teman-temannya. Seperti sekarang.

Cowok itu sudah menanggalkan seragam osisnya di pinggir lapangan, menyisakan kaos putih yang mencetak tubuh dan otot-ototnya yang besar.

Tak memperdulikan cewek-cewek fangirling yang meneriaki namanya dari pinggir lapangan hingga kehabisan tenaga. Cowok itu lalu berlari kecil, bergabung bersama teman-temannya dan tak lupa berhigh five.

Alang baru saja berlari dan merebut bola lawan yang langsung dioper kesalah satu anggota timnya sebelum cowok itu membungkuk dan menumpu badan dengan kedua tangan di lututnya. Ia tak pernah merasa bahwa bermain basket akan terasa semelelahkan ini.

Nafasnya tersengal. Salah satu tangannya mencengkeram dadanya yang tiba-tiba merasa nyeri.

Alang mengerutkan hidungnya. Cowok itu yakin sekali ini bukan pertama kalinya ia merasakan nyeri seperti ini di bagian dadanya. Beberapa waktu lalu ia juga sempat merasakannya.

"Kenapa Lang?" Tanya Mika--salah satu teman dekat Alang--sambil menepuk pundaknya.

"Nggak apa-apa," jawab Alang setelah nafasnya kembali normal walau dadanya masih terasa sangat nyeri. Mika mengangguk lalu kembali meneruskan permainan.

Alang kemudian berdiri tegak dan kembali berlari untuk merebut bola lawan saat lagi-lagi cowok itu harus kesakitan menahan nyeri di dadanya.

Kenapa sih! Gerutu Alang kesal dalam hati. Ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan permainan dan berjalan menuju di mana seragamnya ia letakan.

Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang