Part 23

574 49 9
                                    


"Aluna, fokus dong!" Desis Veronica saat istirahat di tengah pertandingan berlangsung. Aluna yang sedang menenggak air mineralnya hanya melirik, lalu menatap teman-temannya yang juga tengah memperhatikannya.

"Lun."

"Iya iya Nic, sorry buat yang tadi. Gue cuma...kepikiran aja, gue kepikiran Alang," jawab sang pemilik nama tersebut, lalu menghela nafasnya pelan.

"Gue tau. Bukan cuma lo yang khawatir, kita juga Lun. Percaya sama gue, dia bakal baik-baik aja. Alang udah dibawa ke rumah sakit kan? Ada yang lain yang bakal jagain dia dulu."

"Iya Lun, sekarang kita fokus. Selesein dulu pertandingan ini. Abis itu terserah lo," ujar Siska sambil mengusap lengan Aluna dan tersenyum meyakinkan.

"Ingat ini pertandingan terakhir kita buat SMA Bangsa kan?" tanya Veronica mengingatkan yang dibalas anggukan oleh Aluna. Dan Aluna tersenyum kepada teman-temannya. "Maaf ya temen-temen. Gue janji, kita pasti bakal bawa piala kemenangan lagi buat SMA Bangsa."

"Kita yakin kita pasti bisa, lo pasti bisa Lun. Do the best!"

Aluna dan teman-temannya lalu kembali melakukan toss untuk membakar kembali semangat mereka yang hampir redup. Saat teman-temannya satu persatu kembali ke lapangan, Aluna kembali mengedarkan pandangan mencari keberadaan Dika di tengah para pendukung sekolahnya. Tapi lagi-lagi nihil. Tidak ada Dika di manapun. Ke mana perginya cowok itu? Mana janjinya? Mana kepastian yang cowok itu berikan?

"Lun!" panggil Veronica dari tengah lapangan, mengingatkan bahwa pertandingan akan kembali berlangsung. Aluna memberi isyarat mengerti sebelum meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia pasti bisa kembali memenangkan pertandingan ini, walaupun tanpa Alang dan Dika di sini.

***

"Lun, ada Aldric di depan nyariin lo."

Aluna baru selesai berganti pakaian saat tiba-tiba Siska memberi tahunya perihal Aldric.

"Aldric?"

"Iya Aldric, cowoknya si Ana," jawab Siska lagi sambil mengemasi barang-barangnya.

Aluna mengerutkan dahinya bingung. Lalu setelah mengambil tas yang berisi barang-barang perlengkapannya, Aluna keluar dari ruang ganti dan menemukan Aldric tengah duduk bersender di tempat duduk agak jauh dari tempat ruang ganti.

"Lo nyari gue?" tanya Aluna saat sudah sampai di hadapan Aldric. Cowok itu hanya diam sambil menatap Aluna, lalu sedikit bergeser dari duduknya.

"Sini duduk," ujar Aldric sambil menepuk pelan bangku kosong di sebelahnya. Alis Aluna semakin terangkat tinggi melihat ketidak normalan yang terjadi. Maksudnya, seorang Aldric yang pintar dan tidak pernah berbicara dengannya, sekarang ingin menemuinya dan memintanya duduk di sebelah cowok itu. Bukannya ini, aneh?

Tapi Aluna tak membantah atau bertanya apapun, cewek itu kemudian duduk di sebelah Aldric dan tasnya menjadi batasan di antara keduanya. Hening beberapa saat menyelimuti Aluna dan Aldric. Aluna yang tak tau apa maksud Aldric ingin menemuinya dan Aldric yang tak tau harus memulai pembicaraan dari mana.

"Ngomong-ngomong selamat buat kemenangan tim lo," ujar Aldric akhirnya setelah beberapa lama bingung harus bicara apa dulu.

Aluna tersenyum kecut. "Thanks. Itu buat sekolah kita juga. Ah btw, lo orang pertama yang ngasih ucapan selamat, setelah coach gue tentu aja."

Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang