Part 4

3.1K 160 18
                                    

"Hati gue jatuh di hati lo yang bahkan lebih rumit dari pada soal matematika," -Aldric.

***

Lexa berlari kecil menghampiri pintu rumahnya. Saat ia membuka pintu, ia melihat seorang cowok berdiri di sana masih dengan baju seragam yang sama dengan miliknya, membalut tubuh atletisnya. Disertai senyumnya yang kalem.

"Gue pikir lo nggak dateng," Lexa agak memundurkan badannya dan mempersilahkan si cowok masuk lalu kembali menutup pintu rumahnya. Cowok itu hanya tersenyum.

"Muka lo kenapa sih? Kusut gitu," tanya Lexa, ia mulai membuka-buka buku matematikanya.

"Nggak apa-apa," sahut cowok itu kalem. Lexa mengangguk-ngangguk walau sebenarnya tidak begitu yakin.

"Berantem sama Briana ya?" Tebak Lexa yang masih belum menyerah. Aldric--cowok itu hanya terkekeh lalu menggeleng.

"Jadi udah sampai mana minggu kemaren?" Tanya Aldric mengalihkan topik pembicaraan. Membuat Lexa manyun karena pertanyaannya tidak diacuhkan. Tapi cewek itu tak peduli, ia tetap mencecar Aldric.

"Lo tau, hubungan lo sama Ana tuh aneh. Lo tuh kayak adem ayem aja sama dia, apa lo nggak penasaran sama alasan dia ngajak lo backstreet? Gue tuh ampe greget liat lo cuma bisa ngeliatin dia di kelas tanpa berani ngedeket, padahal ya ampun Aldric! Dia cewek lo sejak 2 tahun lalu! Kalo gue jadi lo, ayan deh gue," ujar Lexa sebel.

Ya siapa yang nggak sebel coba, Aldric bener-bener udah kayak kucing rumahan penurut yang slalu ngikutin kemauannya si majikannya. Dan majikannya di sini itu ya si Ana. Aldric nggak boleh ini nggak boleh itu, takut semua orang curiga sama hubungan mereka berdua.

"Ya untung aja bukan lo, jadi gue nggak punya siswa ayan," sahut Aldric, ia mulai menyiapkan buku-buku dan alat tulis yang diperlukan. Aldric adalah mentor Lexa. Cewek itu sendiri yang memintanya untuk mementorinya pelajaran matematika. Lexa sangat sadar, ia tak memiliki kemampuan di bidang itu.

Lexa memberikan tatapan tajam seribu belati mendengar sahutan Aldric.  "Gue ngomong panjang lebar tapi yang lo denger cuma bagian ayannya? Jahat!" Rajukan Lexa membuat Aldric tertawa terbahak-bahak tapi tak lama ia kembali mengatupkan bibirnya saat melihat Lexa menatapnya dengan mimik muka serius.

"Apa?" Aldric berdehem pelan lalu bertanya polos.

"Dric apa lo nggak curiga, Ana ngajak lo backstreet karena diem-diem ada perasaan cowok lain yang harus Ana jaga?" Tanya Lexa pelan tapi entah kenapa itu benar-benar mengena di hatinya. Menohok hati Aldric.

Cowok itu terdiam dan memandang buku di depannya dengan tatapan menerawang. Ia tak pernah berpikir sejauh itu. Paling hanya mentok di 'Ana nggak mau hubungan mereka terlalu diekspos oleh banyak orang'.

Tapi kenyataan lain kembali menghantam dadanya telak. Bagaimana kalau yang diucapkan Lexa benar? Bagaimana kalo alasan Ana ingin backstreet karena hati Ana tidak sepenuhnya milik Aldric? Bagaimana kalau cowok itu adalah Dika? Bahkan tadi Ana tidak menolak saat Dika mengajak pulang bareng dan mulai berbohong padanya. Damn.

Setelah mengatur nafasnya yang mulai tersengal, Aldric kembali tersenyum--sedikit memaksakan tersenyum.

"Jadi minggu kemaren kita sampai mana?" Tanya Aldric-lagi. Kali ini Lexa menyerah mencecar cowok itu, apalagi saat baru saja ia melihat ada sinar sedih juga kaget dalam waktu yang bersamaan memancar bergantian dari bola mata coklat terang milik Aldric.

***

"Jadi kemaren lo dianter pulang sama Alang lagi?" Tanya Dika menyelidik di tengah-tengah acara makan siangnya dengan Aluna di kantin.

Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang