Part 17

2K 129 11
                                    

Love Me or Leave Me - Little Mix

....Love me or leave me

Love me baby please

Cause I could still be the only one you need

The only one close enough to feel you breathe......

***

Kali ini, tak ada yang lebih Lexa benci selain matematika dan Alang. Alang benar-benar membuatnya tak habis pikir. Lelucon macam apa sih yang sebenarnya cowok itu sedang mainkan? Sehingga membuatnya menjadi seperti ini. Mata merah ditambah bengkak yang tidak bisa disamarkan.

Jika hari ini tidak ada ulangan harian sudah pasti cewek itu masih bergelung di bawah selimutnya yang tebal dengan berurai air mata. Ia lebih memilih pusing sama-sama di kelas daripada harus pusing sendirian nanti saat ikut ulangan susulan di kantor guru.

Cewek itu memijit kepalanya yang terasa pening. Efek nangis semalaman dan tidur sebentar.

Ah, ini semua gara-gara Alang. Brengsek, cewek itu tak henti-hentinya mengumpati Alang dengan segala sumpah serapahnya.

Ngomong-ngomong soal Alang, hari ini cowok itu nggak masuk. Lexa juga nggak tau kenapa. Mungkin bolos? Tapi mengingat ujian nasional sudah di depan mata sepertinya tak seharusnya Alang seperti ini lagi. Lagian, bukannya cowok itu sudah lama absen dari kebiasaan buruknya itu?

Tiba-tiba Lexa mendengar bangku di sebelahnya berderit. Cewek itu menengok dan mendapati Aldric duduk di sana dengan membawa sebotol air mineral dan beberapa bungkus roti sobek.

"Makan dulu. Gue tau lo belum makan dari pagi kan?" Tanya cowok itu perhatian sambil membantu membukakan bungkus air dan roti sobek untuk Lexa.

"Mana Ana?" Tanya Lexa pelan tak menyadari raut wajah Aldric yang berubah masam. Rahangnya mengatup rapat.

"Nih makan. Gimana tadi ulangannya, bisa?" ujar cowok itu sambil menyodorkan roti sobek yang sudah dibukanya tadi.

"Dric?" panggil Lexa. Cewek itu yakin cowok di hadapannya ini sedang mengalihkan perhatiannya.

"Lo abis nangis ya?" Tanya Aldric lagi.

"Dric gue tanya mana Ana?"

Rasanya Lexa pengen marah-marah sama Aldric yang masih berusaha mengalihkan perhatiannya. Tapi apalah dayanya tenaga aja nggak punya. Jadi Lexa cuma bisa menghunuskan tatapan tajamnya untuk Aldric.

"Kenapa sih setiap gue sendiri, lo slalu tanya mana Ana. Lo pikir gue sama dia nggak punya urusan sendiri-sendiri?" Tanya Aldric dengan nada sedikit naik.

Cowok itu balik membalas tatapan Lexa sama tajamnya. Membuat mereka saling melempar tatapan tajam sebelum Lexa mengalihkan muka. Matanya masih lelah kebanyakan nangis kemarin. Mungkin kalau hari-hari biasanya cewek itu akan memenangkan adu tatap semacam ini dengan Aldric.

"Gue lagi males berantem," ujar Lexa akhirnya setelah hening cukup lama.

"Iya. Hobi lo sekarang kan nangis," ujar Aldric retoris.

Membuat Lexa mendesis kesal, kok ngena banget? Cowok ini belajar dari mana sih bisa banget ngomong yang nohok hati kayak gini?

"Apa kata lo lah," Lexa akhirnya menyuapkan roti yang tadi dibeli Aldric. Perutnya benar-benar butuh di isi. Siapa tau setelah makan cewek itu bisa membalas kata-kata sarat sinisme yang dilemparkan bagai bom oleh Aldric barusan? Jadi cewek itu menyuap banyak-banyak sampai mulutnya terasa penuh.

Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang