Part 16

2K 133 25
                                    

Imagination - Shawn Mendes

In my dreams you're with me

We'll be everything I want us to be

And from there, who knows?

***

Setelah beberapa saat berjalan—menghindar dari Aluna—Alang baru menyadari bahwa cowok itu sudah berada cukup jauh dari sekolahnya.

Alang mengedarkan pandangan sebelum menghela napasnya dalam. Lalu berniat kembali ke sekolah saat mendengar pekikan nyaring milik seorang cewek.

Cowok itu menyipitkan mata dan menajamkan pendengaran, lalu mulai mengedarkan pandangan ke seluruh sudut jalan yang sepi. Cowok itu celingak-celinguk mencari sumber suara sambil berlari kecil. Setelah beberapa saat, cowok itu akhirnya menemukan letak suara berasal.

"Shit!" umpat Alang. Cowok itu lalu berlari dan menanggalkan tasnya di aspal.

"Lo nggak papa?" tanya Alang pada cewek yang kini memeluk tubuhnya sendiri dengan gemetar.

"Alang....tolong gue, gue takut..." ujar Lexa--si cewek pemilik suara nyaring tadi--dengan suaranya yang tercekat.

Alang lalu mencengkeram pundak Lexa erat. "Kalo gitu sekarang lo mundur."

Lexa mengangguk, menuruti perintah Alang. Cewek itu mundur lalu berdiri di dekat di mana tas Alang tadi ditanggalkan. Dan mengamati Alang yang kini harus melawan si preman tadi sendirian dengan tangan kosong pula. Bukan. Bukan Lexa mengabaikan kemampuan Alang dalam berkelahi, bagaimanapun juga melihat Alang terluka apalagi karenanya nanti membuat Lexa mau tak mau dilanda perasaan cemas dan khawatir luar biasa.

Kini giliran Alang yang harus berhadapan dengan preman yang mengganggu Lexa tadi. Cowok itu menelisik ingatannya saat melihat laki-laki--berbadan tak terlalu kekar juga tak terlalu kurus--di hadapannya dengan matanya yang setajam elang. Tatapan membunuh milik Alang. Jika dengan sekali tatap saja Alang bisa benar-benar membunuh setiap jiwa, mungkin preman di hadapannya sudah tergeletak, mati tak bernafas sejak tadi.

"Kalo berani jangan cuma sama cewek! Lawan gue," Ujar Alang. Laki-laki yang memiliki tatto di lengan kanannya itu menyeringai saat melihat Alang menantangnya. Bagi preman itu, Alang lebih terlihat seperti bocah ingusan yang mencoba menjadi pahlawan kesiangan bagi tuan putri yang harus dilindunginya. Tatapan mata Alang sama sekali tak berefek pada sang preman.

Padahal sang preman tak tau, Alang punya jurus andalan yang tak main-main. Sabuk hitam pernah diraihnya kala dulu masih ikut pendidikan bela diri yang yang cowok itu ikuti.

"Ayo!" Saat sang preman mengamini permintaan Alang, cowok itu langsung memasang kuda-kudanya. Cowok itu ingat sekarang, preman di hadapannya adalah preman yang sama dengan preman yang sering mengganggu teman-teman sekolahnya.

Baku hantam terjadi beberapa detik kemudian. Sang preman berkali-kali jatuh tersungkur saat Alang benar-benar mengeluarkan semua jurus andalannya. Cowok itu juga berkali-kali menghantam perut, wajah dan punggung sang preman. Rasanya sudah lama sekali ia tak pernah lagi berkelahi setelah setengah tahun yang lalu cowok itu mendapatkan surat peringatan dari sekolahnya untuk tidak lagi berkelahi. Dan kini, cowok itu benar-benar memanfaatkan semuanya dengan baik. Segala emosi yang terpendam dalam hatinya, cowok itu salurkan di tiap ayunan pukulannya pada sang preman. Cowok itu benar-benar menjadikan sang preman sebagai ajang pelampiasan. Salah memang. Tapi tak ada lagi yang bisa cowok itu jadikan samsak. Hitung-hitung ini juga sebagai aksi atas pembalasan dendam teman-temannya yang pernah berhasil kena palak. Bagaimanapun sifat Alang, cowok yang satu ini harus diacungi jempol soal solidaritas pertemanannya.

Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang