Part 21

1.1K 81 2
                                    

Alang sedang duduk disalah satu kursi ruang ganti saat tiba-tiba pintu menjeblak dan muncul Mika di sana dengan pakaian yang sama dengan yang dikenakannya hari ini.

Alang hanya menengok sebentar--tak mengacuhkan orang yang sekarang berdiri salah tingkah di depan pintu--sebelum membungkuk untuk menguatkan ikatan tali sepatunya. Melihat respon Alang, Mika meringis. Cowok itu menghampiri sahabatnya lalu berdiri tepat di hadapan Alang.

"Apa?" Mika sedikit berjengit saat Alang tiba-tiba mengeluarkan suara. Padahal suara Alang terkesan datar dan tidak membentak tapi entah kenapa sukses membuat Mika deg-degan setengah mati.

"Eh, gue--mau..gue minta maaf."

Alang hanya melirik Mika sebentar sebelum mengencangkan tali sepatu sebelahnya. Kali ini Mika menggaruk rambutnya, bingung harus ngapain lagi. Ia tidak bisa membaca raut wajah Alang yang masih membungkuk.

Alang tiba-tiba berdiri membuat Mika harus mundur beberapa langkah agar Alang tidak menabraknya. "Sejak kapan sih lo jadi gagu gitu?"

"Hah?"

Mika melongo mendengar pertanyaan Alang, mereka melempar tatapan sebentar. Lalu melihat seringai menyebalkan milik sahabat keras kepalanya, Mika langsung menubruknya. Memeluk Alang erat-erat.

"Sakit bego! Tai ya lo!" Umpat Mika saat Alang mendorongnya sampai menabrak tembok di belakangnya.

Walau Alang tau Mika khawatir padanya tapi cowok itu hanya nggak mau ada yang melihat adegan barusan. Tengsin dong. Ntar dikira pindah haluan setelah berkali-kali ditolak Aluna. Walaupun harus pindah haluan toh selera Alang nggak rendah banget begini lah. Eh. Tak mempedulikan Mika yang masih misuh-misuh Alang berjalan meninggalkan ruangan.

Mika lalu berlari menyusul Alang sebelum dari belakang Mika lagi-lagi melingkarkan tangan di pundak Alang, kali ini benar-benar mirip seperti anak kecil. Saat Alang mencoba memberontak, Mika malah semakin mengencangkan rangkulannya.

Dari kejauhan Aluna tersenyum kecil melihat adegan Mika-Alang. Ah betapa senang dirinya saat mereka bisa kembali seperti itu, tidak seperti kemarin yang untuk bertegur sapa saja tidak.

Aluna kembali memfokuskan dirinya kepada coach yang sedang memberikan beberapa peringatan terakhir menjelang pertandingan dimulai. Sebagai kapten, Aluna diberi tanggung jawab yang cukup berat selain harus mempertahankan kemenangan turnamen kali ini. Tapi bermain sportif juga harus diterapkannya agar nama baik SMA Bangsa tidak tercoreng. Sekali lagi Aluna menghela nafas dan mengangguk sesaat setelah sang coach merampungkan pengarahannya.

"Lun," panggil Alang. Aluna lalu menoleh lalu langsung memeluk cowok di hadapannya. Aluna butuh kehangatan, butuh rasa nyaman yang bisa membuatnya rileks sebelum pertandingan dimulai. Karena tidak ada Dika di sini maka Alang akan ada untuk Aluna. Seperti itu kan?

Alang tersenyum lalu membalas pelukan Aluna sama eratnya. Cowok itu mengusap-usap punggung Aluna dan meletakkan pipinya di rambut Aluna yang hari ini dikuncir. "Lo pasti bisa, gue tau," kata Alang.

"Alang, semua baik-baik aja kan?" Tanya Aluna di dalam pelukan Alang. Alang mengangguk dan Aluna semakin mengeratkan pelukannya.

***

"Lo sering ke sini?"

Dika mengalihkan perhatiannya kepada Ana yang masih menggendong kelinci lucu berwarna putih dan mengelus-elusnya. Tersenyum kecil sebentar sebelum menjawab. "Kalo lagi suntuk aja," jawab cowok itu.

"Sama Luna?"

"Luna bahkan ga tau tempat ini Na,"

Ana memutar kepalanya menatap Dika dengan kening berkerut. "Lo ga ngasih tau Luna soal tempat ini?"

"Ngga, gue kan juga butuh privasi"

"Tapi lo ngajak gue ke sini Dik"

Dika memandang langit dengan pandangan menerawang, lalu kembali tersenyum kecil. "Rasanya bukan ide yang buruk kalo gue harus berbagi sama lo"

Ana memandang Dika dengan senyum terukir di bibir. Cewek itu menunduk mencoba menyembunyikan pipinya yang terasa panas.

"Lo sama Aluna--tunggu. Jam berapa sekarang?"

Dika melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Hm. Jam 10 lebih 15. Kenapa?"

"Astaga Dika! Kita kan harus nonton turnamen basketnya Aluna!"

Ana buru-buru meletakkan kelinci di pangkuannya ke tanah lalu berdiri. Dika yang melihatnya ikut berdiri dan berjalan menyusul Ana yang sudah lebih dulu berjalan menuju mobilnya.

"Emang jam berapa sekarang?" Pertanyaan Dika membuat Ana menghentikan langkahnya dan berbalik menatap cowok itu. "Gila apa lo?"

Ana menatap Dika seolah cowok itu orang paling bego di dunia. "Gausah bercanda Dik. Gue udah janji sama Aldric ketemu di sana dan ini udah jam 10!" Di akhir kalimatnya Ana hampir saja berteriak.

"Buruan jalan!"

Dika buru-buru menyalakan mesin mobilnya melihat Ana yang hampir saja meneriakinya. Cowok itu melirik Ana yang sibuk mengutak-atik ponselnya dengan kening berkerut.

"Na everything will be ok. Gue udah janji kan sama lo tadi?" Tangan kiri Dika terulur untuk mengusap-usap kerutan di dahi Ana.

Ana diam. Tangan cewek itu mengambil tangan Dika sebelum menggenggamnya erat. Ana mengecek ponselnya dan ternyata tidak mendapatkan satu pesan pun dari Aldric jadi Ana memutuskan mendial nomor cowoknya.

Tidak aktif. Ana mencoba lagi dan lagi tetapi hasilnya tetap nihil. Nomor Aldric tidak aktif.

Dan Ana tahu sejak saat itu semuanya tidak baik-baik saja.

***

Lexa mondar-mandir di kamar tidurnya sambil menggigiti kukunya. Kebiasaannya jika sedang gugup. Cewek itu berkali-kali mengecek jam yang digantung di dinding kamarnya.

Hari ini, hari turnamen basket berlangsung. Lexa ingin sekali datang melihat Alang seperti hari pertandingan cowok itu biasanya. Tapi di sisi lain Lexa nggak ingin melihat Alang sejak insiden pertengkaran mereka di depan rumahnya. Nggak menutup kemungkinan juga akan ketemu Aldric di sana.

Lexa pusing. Kenapa semuanya jadi terasa semakin rumit? Cewek itu memijit pangkal hidungnya.

Lexa akhirnya memutuskan datang dan berjanji dalam hati bahwa ini yang terakhir. Lexa buru-buru mengambil sweater dan kunci mobilnya. Diam-dian berharap dalam hati semoga tidak bertemu Aldric ataupun Ana.

***


HAI ITS BEEN A LONG TIMEEEE!
NGARET PARAH DARI BULAN JUNI HAHAHA.
tapi seriuuuus nulis bagian part ini susah, susah banget.

Yaa anggap aja kemaren aku lagi kena sindrom writersblock HAHAHA.
Aku juga bukan kenek angkot lho, yang bisanya cuma disuruh lanjut, next, etc.
Aku juga sempet bacain kok komentar kalian dan maaf karena gabisa bls satusatu. Ehe.
Yang kemaren bilang Dika jadi tajir, yahh anggap aja dia dari awal emang tajir yaa:v maapin masih amatiran ehe.


Budayakan setelah baca itu voment❤

Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang