Part 20

1.8K 119 19
                                    

Ana berdiri di depan cerminnya dengan gugup. Cewek itu beberapa kali membetulkan tatanan rambutnya yang sebenarnya sudah sempurna. Atau bolak-balik mengecek make up-nya, memastikan bahwa tidak terlalu menor.

Siapa yang tau? Ini date pertamanya dengan Dika. Emang sih mereka belum resmi taken. Tapi Ana ingin kali ini saja, ia dandan cantik untuk Dika. Kali ini saja nggak apa-apa kan?

"Oke Ana. Ini cuma date biasa. Ini juga bukan yang pertama kalinya untuk lo. So just stay cool," kata Ana sambil berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

Ting.

Ana buru-buru meraih ponselnya. Dan satu pesan dari Dika membuatnya kembali merasa resah.

Dika Orlando : otw ya na

Ana kembali meletakkan ponselnya di atas tempat tidur berukuran king size-nya tanpa repot-repot membalas pesan dari Dika. Cewek itu lalu melirik jam dinding yang terletak di sudut kamarnya. Masih pukul 07.00. Oke. Mungkin ini terlalu pagi untuk sebuah date. Lagian Ana juga tidak tahu tempat apa yang akan Dika pilih untuk date pertama mereka.

"Ana sayang, ada Dika di bawah" mamanya tiba-tiba membuka pintunya dan mengabarkan kalau Dika sudah ada di depan.

"Suruh tunggu bentar Ma," cewek itu lalu kembali ke depan cermin, memastikan dandanannya sekali lagi. Dan menyugesti dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Kamu yakin mau pergi?" Tanya mamanya tiba-tiba menghentikan Ana yang baru saja akan mengambil tas dan ponselnya.

"Kenapa mama tiba-tiba tanya itu?"

Mamanya lalu mengedikkan bahunya. "Siapa tau kamu berubah pikiran,"

"Maa,"

"Oke oke. Lupakan,"

Mamanya lalu berbalik tanpa menutup pintu kamar anak perempuannya. Meninggalkan Ana yang kembali dipenuhi rasa bersalah.

Ana lalu buru-buru turun mengingat Dika sudah menunggunya di bawah.

"Cantik," kata Dika saat mereka sudah sama-sama di dalam mobil jeep milik cowok itu. Di sebelahnya Ana tertawa kecil.

"Dika, everything will be ok kan?" Tanya Ana pada Dika dengan cemas. Ada kerutan samar di dahi cewek itu.

Dika lalu meraih tangan kanan Ana sebelum mengecup jemari cewek itu. "Everything will be oke. I promise,"

Dengan ucapan janji dan senyum menenangkan dari Dika cukup membuat Ana kembali tenang. Cewek itu lalu membalas genggaman tangan Dika sama eratnya.

Semua akan baik-baik saja katanya. Tapi penentu rencana terbaik hanya yang di atas kan? Siapa yang tau?

***

Aldric Aldiansyah : lexa, sori

Aldric Aldiansyah : lexa gue mohon jawab telfon gue

Aldric Aldiansyah : lexa gue di teras, tolong keluar sebentar aja

Aldric Aldiansyah : gue butuh ngomong lex, bentar aja

Aldric Aldiansyah : please?

Itu hanya beberapa dari ratusan pesan yang di kirim Aldric pada Lexa. Memenuhi notifikasi ponsel cewek yang kini sedang bergelung di atas tempat tidurnya dengan sisa-sisa air matanya yang sudah kering. Lexa menangis sejak sore kemarin. Oh tidak. Lexa sudah menangis sejak 3 atau empat hari yang lalu. Dan pagi ini Lexa merasa lelah. Sangat amat lelah. Cewek itu hanya memandang kosong layar ponselnya tanpa berniat membalas satu dari sekian ratus pesan yang dikirim Aldric.

Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang