Part 24

631 54 2
                                    


"Lun lo pergi ke ruangan Alang sendiri dulu ya? Gue ke kamar mandi bentar," ujar Aldric yang lalu diangguki Aluna. Cowok itu lalu segera berbalik arah dan meninggalkan Aluna yang sudah kembali berjalan menuju ruang rawat Alang yang sudah diberi tahu oleh suster.

Tepat saat Aluna akan mengetuk pintu ruang rawat Alang, seseorang keluar dari sana. Mereka lalu sama-sama terkejut saat melihat satu sama lain.

"A--Aluna?" sapa Lexa gugup. Cewek itu lalu buru-buru menutup pintu di belakangnya.

"Lexa? Lo di sini?" tanya Aluna heran. Ini kali kedua dia melihat Lexa berada di sekitar Alang. Setelah kejadian di koridor lalu sekarang. Apa mereka dekat? Tapi mereka sama sekali tidak terlihat dekat. Tapi jika tidak dekat, untuk apa Lexa di sini?

"Eh lo mau jenguk Alang?" tanya Lexa tak mempedulikan pertanyaan Aluna. Aluna mengangguk untuk menjawab pertanyaan Lexa.

"Gue mau masuk," Aluna sudah hendak meraih kenop pintu kamar, saat Lexa berujar. "Alang baru aja tidur. Dia pasti butuh istirahat kan Lun?"

Aluna berhenti lalu terdiam. Ditatapnya Lexa sekali lagi. "Ngga apa-apa Lex. Gue cuma mau mastiin aja."

"Tunggu tunggu, boleh kita ngomong sebentar?" cegah Lexa sekali lagi hampir saja membuat kesabaran Aluna habis.

"Ngomong apa?" tanya Aluna tak sabar.

"Ngga di sini Lun," Aluna sudah hampir berkata tidak saat melihat Lexa memohon padanya.

"Please Lun. Sebentaaar aja, ya?"

Aluna menghela nafasnya pelan, mengumpulkan kembali kesabarannya untuk melihat keadaan Alang. Kenapa sih banyak sekali yang menghalanginya untuk bertemu dengan Alang?

"Oke. Di mana?"

***

Dan di sinilah Aluna dan Lexa. Taman rumah sakit yang cukup asri. Mereka duduk bersisian dengan jarak sedikit membentang diantara mereka, entah siapa yang memberi jarak sejauh itu. Mereka duduk sambil memandangi air kolam yang tenang tidak beriak di bawah pohon yang cukup rindang. Tapi Aluna tidak peduli. Aluna hanya ingin cepat-cepat melihat keadaan Alang, lalu bertanya apa cowok itu kesakitan atau tidak, apa sebenarnya penyebab cowok itu jatuh pingsan di lapangan tadi. Dan ingatkan Aluna untuk memarahi Alang karena tidak memberinya semangat, karena membuatnya khawatir setengah mati, karena membuatnya--

"Lun gue minta sama lo buat jauhin Alang."

Aluna tersadar dari lamunannya saat mendengar permintaan Lexa, permintaan yang tak pernah disangkanya. Mata Aluna membesar dan menatap Lexa tak mengerti. Kenapa sih semua orang nggak langsung ngomong aja yang sebenarnya? Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa harus bertele-tele seperti Aldric--tadi siang--dan sekarang Lexa. Aluna lalu berdiri dari duduknya dan hendak pergi.

"Gue nggak ngerti lo ngomong apa. Nggak penting. Gue ke kamar Alang dulu," ujar Aluna datar.

"Gue serius Lun, jauhin Alang. Gue mohon banget sama lo," Lexa benar-benar memohon pada Aluna, mata Lexa bahkan memerah siap menangis. Lexa jadi merasa sama seperti Ana kalau begini, meminta orang lain untuk menjauhi orang yang dicintainya.

Aluna berhenti dan kembali menatap Lexa. Mengamatinya sebentar lalu tersenyum kecut. "Apa alasan buat gue jauhin Alang? Lagian lo kenapa sih?" tanya Aluna.

"Gue..gue.." Lexa tergagap menjawab pertanyaan Aluna. Masih ragu antara ingin memberi tahu Aluna yang sebenarnya atau tidak. Cewek itu harus tau apa benefit yang akan diperolehnya jika ia memberi tahu Aluna yang sebenarnya, tapi cewek itu juga harus siap dengan konsekuensi yang akan diterima jika keputusannya tetap bulat untuk memberi tahu Aluna.

"See? Lo nggak punya alasan kan buat minta gue jauhin Alang?" tanya Aluna malas.

"Tunggu Lun, gue punya."

"Apa kalo gitu?"

Aluna terdiam melihat tatapan Lexa yang sebelumnya ragu-ragu kini bersinar penuh tekad. Kenyataan apalagi sebenarnya yang akan kembali ia terima?

"Gue mohon lo jauhin Alang karena dia calon tunangan gue."

Bibir Aluna mengatup sebelum tertawa kecil. "Apa nih? Jadi lo salah satu dari fansnya si Alang? Please deh Lex," Aluna menggelengkan kepalanya tak mengerti.

"Gue serius. Gue sama Alang udah dijodohin dari kecil. Dan kita akan tunangan besok abis ujian kelulusan. Jadi Lun gue mohon banget sama lo, jangan ganggu Alang lagi."

Entah kenapa mendengar suara Lexa yang sangat bersungguh-sungguh dan melihat tatapan cewek itu, Aluna sangat ingin mempercayainya. Tapi Aluna juga lebih ingin menyangkal. Seorang Alang yang selama ini berusaha keras mengejarnya, ternyata sudah mempunyai calon tunangan?

Menyebut Alang mempunyai calon tunangan entah kenapa membuat dada Aluna sedikit tersentil. Rasanya sakit dan perih. Apa Aluna harus mempercayai ini? Tapi Alang nggak pernah menceritakan apapun tentang masalah ini. Atau Aluna yang memang nggak pernah peduli pada kehidupan Alang?

"Gue kenal Alang sejak kecil sampe sekarang. Dulu sikap Alang ke gue nggak kaya sekarang. Dulu dia slalu memprioritaskan gue, sebelum lo dateng. Sebelum orangtuanya sering berantem. Ah apa lo tau hal yang satu ini? Kayanya enggak ya," Lexa sudah memulai kisahnya.

"Pas SMP lo dateng ke hidupnya Alang, dan semua berubah. Alang selalu cerita soal elo, elo dan elo. Elo yang segalanya, elo yang baik, elo yang lucu. Gue sampe capek dengernya Lun."

"Sampe akhirnya gue bilang ke Alang, kalo gue suka sama dia dan benci setiap dia cerita tentang lo. Seorang Aluna yang Alang cintai bahkan nggak ada apa-apanya dibanding gue. Apa lo tau makanan yang Alang suka? Lo tau band favorit dia? Lo tau kalo Alang benci pisang? Apa lo tau apa-apa yang Alang suka dan nggak suka? Lo nggak tau apa-apa Lun. Yang lo tau cuma gimana caranya bikin dia sakit. Lo sama sekali nggak menghargai perasaan Alang."

"Lexa berhenti," ujar Aluna sebelum dadanya semakin terasa menghimpit dan membuatnya sesak. Sebelum air matanya jatuh karena tak kuat menahan sesak yang menghimpit dadanya. Otak dan hatinya membenarkan semua kalimat yang terlontar dari mulut Lexa.

"Apa? Gue belum selese. Lo harus dengerin semuanya Lun."

"Nggak Lex, lo nggak ngerti apa-apa soal perasaan gue."

"Gue? Nggak ngerti apa-apa? Lo pikir gue nggak tau kalo lo suka sama Dika tapi di sisi lain lo juga mengikat Alang buat nggak kemana-mana?"

Tubuh Aluna limbung dan akhirnya kembali jatuh terduduk di kursi taman. Otaknya kembali membenarkan kata-kata Lexa barusan. Apa ia memang sepicik itu? Sejahat itu pada Alang?

Lexa ikut duduk di samping Aluna dan meraih tangan cewek itu lalu menggenggamnya erat, benar-benar memohon kepada Aluna. "Lun, gue udah capek. Gue capek berbagi Alang dengan lo, gue cuma pengen Alang sepenuhnya jadi milik gue. Gue akan kejar Alang dan lo kejar Dika. Begitu kan seharusnya?"

Kata-kata Lexa mengingatkan Aluna pada Aldric dulu yang juga memintanya untuk tetap bersama Dika.

Aluna lalu menatap Lexa dengan pandangan mengabur sebelum akhirnya airmatanya menetes dan Aluna menangis terisak-isak diikuti Lexa yang juga ikut menangis di sampingnya.

"Lun gue kangen Alang yang dulu. Bantu gue ya buat balikin dia yang dulu? Bantu gue juga ya buat bikin dia suka ke gue? Ya?"

Aluna tak menjawab. Cewek itu semakin mengeraskan tangisannya. Apa harapan yang sudah Aluna tanam untuk Alang harus mati secepat ini? Secepat kedipan mata? Apa sebuah kesempatan memang nggak akan pernah menjadi milik Aluna dan Alang?

***

Yeay upadate lagi! Semoga bisa cepet kelar ya aamiin.
Eh ini panjang loh ya, 1133 words loh btw hehe.

Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang