Part 10

1.9K 131 7
                                    


Dika baru saja memegang gagang pintu UKS saat sebuah teriakan dari dalam menghentikan niatnya. Cowok itu mengerutkan dahinya. Tidak. Ia tidak bermaksud menguping atau apa. Tapi percakapan di dalam benar-benar membuatnya penasaran setengah mati.

"Jaga mulut lo ya!"

"Apa? Gue cuma bilang kalo pacar Aldric lagi sibuk sama cowok lain! Kenapa jadi lo yang marah?"

"Pertama, gue pacar Aldric! Kedua, gue nggak deket sama cowok manapun! Dan lo harus jauhin Aldric karena lo tau poin pertama!"

Dika mematung ditempatnya berdiri. Tanpa sadar genggamannya di gagang pintu menguat, berubah menjadi cengkeraman. Cowok itu tak pernah menyesali keputusannya untuk menemui Lexa di UKS kalau pada akhirnya ia mendapatkan sebuah kenyataan yang menyakitkan. Sebuah kenyataan yang menghantam dadanya telak.

Gue pacar Aldric!

Gue nggak deket sama cowok manapun!

Gue pacar Aldric!

Gue nggak deket sama cowok manapun!

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di pikiran Dika. Membuat kepalanya mendadak pening. Tubuhnya hampir saja limbung jika saja ia tidak berpegangan erat di gagang pintu. Ia bahkan tidak memperdulikan bel masuk yang sudah berbunyi.

Dika akhirnya memutuskan untuk duduk di salah satu bangku di koridor di dekat pintu UKS. Ia tidak tahu apa lagi yang terjadi di dalam karena selama beberapa menit ia tidak mendengar apapun lagi.

Dika menunduk. Tangannya terkepal erat. Apa-apaan ini? Ana pacar Aldric? Drama apa yang sedang Ana mainkan sebenarnya? Dan apa katanya tadi? Tidak dekat dengan cowok manapun? Lalu yang kemarin apa? Dika tersenyum sinis.

Cowok itu mendongak saat mendengar suara derit pintu dibuka. Dan di sana muncul sosok Ana. Ia berdiri dan langsung menarik lengan Ana untuk berbalik menghadapnya.

Seringaian lebar nan sinis tercetak jelas di bibir Dika.

"Apa ini? Elo pacar Aldric?" Tanya Dika yang langsung membuat wajah Ana pias.

"D-dika, sejak kapan di sini?" Ana bertanya balik, berusaha menghindar dari pertanyaan cowok di depannya.

"Gue tanya, lo pacar Aldric?"

Ana menciut mendengar suara Dika yang dingin, sama dinginnya dengan tatapan cowok itu yang terasa sangat menusuk.

"Dik, lo mau jenguk Lexa?" Tanya Ana. Berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan lagi. Membuat Dika lama-lama muak.

"Itu bukan jawaban yang gue mau! Lo cukup jawab ya atau nggak!" Bentak Dika.

Ana tetap diam tak bergeming. Cewek itu menunduk, ia tidak bisa terus-terusan beradu pandang dengan Dika. Apalagi saat ini air matanya sudah memaksa untuk keluar lagi.

Melihat Ana yang tetap tak bergeming membuat kesabaran Dika pada cewek di hadapannya habis. Ia melepas genggamannya di tangan Ana. Dan menatap cewek di depannya dengan datar kemudian berlalu meninggalkan Ana sendiri. Tak memperdulikan teriakan cewek itu yang memanggil-manggil namanya.

Hatinya patah sudah. Bahkan pada saat semuanya baru saja akan dimulai. Saat ia baru saja membuka hatinya untuk seorang cewek, yang ternyata sudah punya pacar. Kenyataan bisa berubah menjadi semenyakitkan ini apabila ia mau.

***

Alang mendengar semuanya. Cowok itu juga melihat semuanya. Bahkan saat setelah Dika pergi meninggalkan Ana sendiri.

Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang