18 || RETAK

512 78 11
                                    

Lmao, Duchi baru nyadar kalau beberapa bab belakangan ini lupa Duchi kasih quote XD

Sekarang semuanya baru diperbaiki, maaf karena mendadak banyak notif ya lovelies, enjoy this chapter!

Sekarang semuanya baru diperbaiki, maaf karena mendadak banyak notif ya lovelies, enjoy this chapter!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Because even the smallest of words can be the ones to hurt you, or save you.

- Natsuki Takaya -


Kandar tidak ingin mempercayai matanya. Di sana ia berdiri, tertegun melihat orang yang paling berarti baginya menggendong seorang anak perempuan ke laut. Lalu tanpa peringatan, semua berubah menjadi mimpi buruk, terlalu cepat untuk dicerna oleh si pemuda polos. Dia ingin menghentikannya, tapi tidak kuasa karena hatinya dicengkram oleh cinta, bahkan kedua kakinya tertanam dengan kokoh di pasir, seperti pohon yang berumur ribuan tahun.

Lalu, momen itupun datang.. Momen dimana Kandar harus bertindak sebelum semuanya terlambat.

Diapun berlari, semua dalam jarak pandang berwarna merah dan sebelum ia tahu, sang Arjuna sudah terlempar ke laut, meninggalkan gadis yang gemetar seperti daun mengapung tanpa tujuan, siap tersapu ombak.

Kandar mencengkram lengan Rora dan dengan kegesitan yang belum pernah dia tunjukkan sebelumnya, menggendong si juara kelas kembali ke pantai. Di belakang, Ronggo dengan hidungnya yang patah memanggil-manggil dengan penuh amarah, tapi Kandar tidak ingin berbalik. Hatinya berdenyut ngilu, merasa bersalah karena menciderai cowok tersebut—Kandar tahu kalau dia ingin, dia bisa mematahkan hidung seseorang. Dia pernah mencobanya saat berumur 13 tahun, saat kakak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang suka melakukan kekerasan. Saat si bintang emas melihat kejadian yang seharusnya tidak ia saksikan, ia melesat bagaikan anak tikus dan meninju hidung si laki-laki brengsek sekuat tenaga, dan bukan hanya itu, Kandar sampai bergelayutan dan menggigit tangan dan kakinya yang terekspos sampai berdarah. Bocah tersebut menangis, tapi serangannya tidak berhenti dan jatuh bertubi-tubi.

Dia harap dia tidak harus melukai Ronggo separah dia menghajar laki-laki itu.

"Mmm.." Di rengkuhan lengannya, Rora baru saja mengerang. Khawatir, Kandar melihat ke bawah dan menemukan bahwa gadis itu belum berhenti gemetar, bahkan bibirnya berwarna kebiruan, gaun cerahnya yang cantik kini lemas seperti kulit pisang yang baru dikupas.

Aurora lumayan berat, apalagi saat berjalan di tengah air, dengan ombak yang bergulung dan siap merampas. Tapi Iskandar menguatkan lengan dan kakinya, melanjutkan perjalanan ke tanah berpasir dengan mantap. Dia tidak akan membiarkan staminanya yang lemah menjatuhkan gadis ini kembali ke laut, apalagi setelah susah payah ia selamatkan.

"Kita udah sampai, kamu aman.." Akhirnya, kedua remaja sampai di pantai. Kandar menurunkan Rora di pasir dan langsung memeluknya, menggosok-gosok lengan gadis itu dengan heboh. Hal terakhir yang ia inginkan adalah ratu dingin yang terkena hipotermia. "Roro, Roro.. kamu nggak apa-apa?" tanya debaran hati SMA 1 di sela-sela proses menghangatkan teman sekelasnya. Mata Kandar yang sayu menyorot prihatin saat gadis dalam rengkuhannya mengangguk. Rora terlihat begitu basah, begitu lemah..

ROAD TRIP! (COMPLETE)Where stories live. Discover now