02 || VAN HITAM

1.1K 112 2
                                    


Lock up your libraries if you like; but there's no gate, no lock,

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lock up your libraries if you like; but there's no gate, no lock,

no bolt that you can set upon the freedom of my mind.

- Virginia Woolf -

*

"Ara-chan, serius mau pergi?"

Mata Kenzo menyipit, menatap dengan khawatir dari tempat tidur adik tirinya. Dia tidak mengerti kenapa Aurora mengurung diri di kamar seharian, papa juga moodnya agak jelek, dan Iskandar bertingkah aneh—meskipun mungkin nggak ada hubungannya sama papa dan Rora. Dua orang itu pasti bertengkar lagi. Lelah rasanya mengurus keduanya, dan bukan karena Kenzo bosan atau semacamnya, justru karena dia peduli dengan mereka yang dianggapnya sebagai darah dan dagingnya sendiri.

Terbukti, saat teman-temannya sudah pulang dan papa dan mama berangkat untuk makan malam dengan rekan kerja, Rora menyentak keluar kamar, membuka paksa pintu kamar tidur Kenzo (dia bersumpah adiknya itu menendangnya sampai terbuka), dan menyeretnya ke kamarnya sendiri. Di situlah, Rora mulai bercerita. Mereka begitu dekat seperti saudara sendiri, meski tidak sedarah. Dan walau umur mereka terpaut 3 bulan, Aurora menghormati Kenzo sebagai yang lebih tua. Dulu, saat Rora tengah berada dalam masa-masa sulit, Kenzolah yang menyelamatkannya. Berkat abangnya itu, semua hal buruk yang terjadi pada Rora akhirnya berhenti. Dan berkat dia juga, papa dan mama nggak perlu tahu.

"Apa pernah gue bercanda?" Rora berhenti memindahkan pakaiannya ke dalam ransel besar yang terbuka di depan Kenzo, nyaris tertawa saat melihat mata cowok tersebut makin menyipit jadi segaris. Kenzo benar-benar mirip dengan almarhumah ayahnya yang merupakan orang Jepang.

"Ya.. nggak, sih," jawab remaja yang biasanya playful itu dengan muram, kini tahu benar kalau adiknya serius. "Tapi lo mau kemana? Mau tinggal sama siapa? Punya uang juga nggak"—Rora punya tabungan, tapi abangnya nggak perlu tau itu—"dan lo benci sama semua orang--kalau ntar ada apa-apa, lo mau minta tolong siapa?" Kenzo menyuarakan semua kekhawatirannya.

Benar, semua orang di sekolah tau kalau Rora tidak menyukai siapapun, bahkan para guru sungkan padanya. Dan orang yang baru pertama bertemu, beuh... Boro-boro melihat pesona sebenarnya dari gadis itu—ada juga mereka ngamuk dan langsung memberinya cap sebagai bocah songong dan tidak tahu terima kasih.

"Gue nggak benci semua orang. Buktinya gue baik-baik 'aja sama lo dan mama," Rora berargumen dengan nada sok benar, melanjutkan berkemas.

"Selain kita berdua, ada nggak?" Kenzo menaikkan sebelah alis, nyaris menyeringgai saat Rora cemberut dan menghiraukannya. Ditatapnya ransel Rora yang sedang menganga. Dia tahu, gadis ini pasti sudah berkemas dengan lengkap dan benar—adiknya itu orang paling teliti dan perfeksionis sedunia, dan juga dia biasa pergi jauh, kalau ikut dalam kegiatan organisasi pembela lingkungannya. Tapi tetap saja, insting seorang abang adalah insting seorang abang..

ROAD TRIP! (COMPLETE)Where stories live. Discover now