15 || JOGJA

554 72 10
                                    


Hey boys and girls! Duchi is back dan bisa uplod2 lagi XD

Doain supaya bisa cepet2 pasang wifi ya ahaha-- jadi itu kuota nggak ada abis2nya.. TT^TT

Makasih buat kalian yang udah bersabar sama Duchi dan terus mendukung Road Trip! Duchi mau minta bantuan kalian nih, lovelies. Niatan Duchi saat menulis RT adalah supaya orang-orang (terutama anak muda) bisa memetik hikmah dari persahabatan - perjalanan Rora dan Kandar, dan, semoga bisa lebih peduli sama lingkungan.

Kalau kalian senang dan ingin mendukung ide cerita RT, Duchi mau minta tolong kalian supaya bantu menyebarkan cerita ini lebih luas--entah melalui sosmed atau mouth to mouth. Kalau ada keluarga / teman yang suka baca kalian bisa ikut promosi. Nggak di votepun nggak masalah, yang penting makin banyak yang baca dan bisa terdorong nuraninya.

Oke deh, sekian dari aku, enjoy this chapter guys! Dan jangan merasa tertekan dengan permintaan Duchi, kalau nggak bisa jangan dipaksa. Dengan mengikuti RT sampai akhir 'aja kalian udah mendukung dan membantu penulis ^^

 Dengan mengikuti RT sampai akhir 'aja kalian udah mendukung dan membantu penulis ^^

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

I have learned now that while those who speak about one's miseries usually hurt, those who keep silence hurt more.

- C. S. Lewis -


Kandar mengucap terima kasih pada Mbok Ratmi yang baru mengurutnya. Seluruh tubuhnya terasa berat dan Iskandar tahu kalau dia sedang tidak fit, dia butuh istirahat. Tapi entah mengapa, pemuda itu merasa gelisah. Dia tidak melihat Rora selama empat puluh menit, merasa kalau mereka terpisah terlalu lama. Mungkin karena rentetan kejadian yang telah dialami berdua, Kandar merasa hidupnya tidak akan sama lagi tanpa Rora. Yah, setidaknya untuk sekarang.

Menghiraukan tangannya yang berdenyut kesakitan, si bintang emas bergegas keluar dan bertanya pada Pak Sugeng apakah dia melihat temannya. Menit berikutnya, Kandar bergerak ke sayap kanan rumah, berdasar petunjuk laki-laki tersebut.

Rumah Ronggo begitu besar dan tidak peduli sudah seberapa seringnya dia kesini, Kandar merasa kalau dia masih bisa tersesat.

"Hei!" serunya lega saat melihat Rora berdiri di bagian galeri rumah. Saat keluarga Ronggo yang eksentrik datang berkunjung, mereka biasanya berkumpul di sini, menikmati karya seni dan dekorasi serba artistik.

Si cabe rawit terlihat lebih segar, setidaknya rapi. Kandar tersenyum melihat dress merah lengan pendek yang ia pakai. Warna-warna berani sangat cocok dengan Rora. Pemuda tersebut juga senang menemukan gadis itu di sini, artinya Ronggo memberi Rora kamar yang terdekat dengan galeri. Mengingat betapa berbedanya si remaja putri, dia pasti suka di sini.

Satu-satunya komplain Kandar hanyalah jarak yang terlalu jauh. Tapi masalah itu tidak sulit dipecahkan. Yang harus pemuda itu lakukan hanyalah mengelilingi satu rumah dalam beberapa kali sehari. Toh bukan kakinya yang terluka.

ROAD TRIP! (COMPLETE)Where stories live. Discover now