14 || RONGGO

559 78 4
                                    

Maaf baru updet guys.. Ini juga sebenernya udah setengah ngantuk.. Mungkin ini zombie Duchi.. (upload tengah malem nunggu kuota bonus punya adek) //sedih

Hope you enjoy this chapter ^^

Jangan lupa vote, pencet si bintang emas! Dan jangan segan untuk berkomentar, Duchi don't bite~

Jangan lupa vote, pencet si bintang emas! Dan jangan segan untuk berkomentar, Duchi don't bite~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

If you are going through hell, keep going.

- Winston Churchill -


Pernah melihat dua orang menarik berkencan? Seperti atlet sekolah yang berpacaran dengan sang ratu drama? Nah, rasanya seperti itu. Hanya saja keduanya laki-laki.

"Kandar! Ya ampun, udah terlalu lama kita nggak ketemu! Gimana kabar, sehat?"

"T-tanganku agak sakit, mas.."

"Oalah, sini tak tiupin dulu!"

Aurora menonton interaksi di depannya dengan pandangan kosong, agak terpukau. Meski Kandar terlihat biasa saja semenjak perjalanan ini dimulai, dengan senyum lebar malu-malunya sekarang, ia terlihat luar biasa mempesona. Dan kalau saja pakaiannya bisa menyamai apa yang dipakai Ronggo sekarang, sudah pasti kedua pasangan ini akan menyilaukan seluruh dunia.

Kedua remaja sampai di Daerah Istimewa Yogyakarta pada pukul sembilan pagi. Kejadian di pos polisi terasa sangat jauh sekarang, padahal mereka baru berada di sana semalam yang lalu. Sementara malam kemarin dihabiskan dengan menginap di tenda di bawah bintang-bintang. Oke, secara teknis mereka menghabiskan siang di bawah langit terbuka, dan di dalam van. Kandar dan Rora begitu kelelahan dari apa yang terjadi beberapa hari sebelumnya, tapi memutuskan kalau mereka tidak bisa tidur di kantor polisi.

Jadi kedua anak berpamitan pada Pak Joko dan melanjutkan perjalanan ke Jogja, sampai akhirnya Kandar menepi karena kesakitan. Cowok tersebut memastikan mereka berada di tepi jalan raya, tetapi tersamar dari kendaraan lain yang melintas. Tanpa mengatakan apapun, Kandar bergerak ke belakang, menggelar kasur, dan langsung tertidur pulas. Rora yang tercenggang tetapi sama lelahnya ikutan roboh tidak lama kemudian. Waktu itu masih jam tujuh pagi, dan mereka terbangun lagi sebelum magrib dengan perut yang keroncongan.

Si bintang emas bersyukur karena tidak terjadi apapun saat mereka terlelap tadi, dan hei, mungkin berkemah di mobil adalah ide yang bagus untuk ke depannya. Dia hanya harus memastikan kalau lain kali mereka berhenti dekat toilet umum.

Kandar menawari Rora untuk menyetir, dan gadis itu setuju meskipun kakinya masih sakit. Dia berjanji kalau dia akan pelan-pelan dan berhenti jika satu jam sudah lewat, atau jika ia merasa kesakitan. Seperti yang diperkirakan, si juara kelas menyetir dengan aman dan enak. Dia tidak pernah mengerem mendadak, yang merupakan sebuah berkah karena hal terakhir yang mereka butuhkan adalah mabuk kendaraan.

Dan begitulah, kedua teman berhenti untuk makan malam, dan bergantian menyetir sampai akhirnya mereka sampai di alun-alun Jogja. Mereka juga bersepakat bahwa dengan semua insiden ini, dan dengan kemungkinan insiden-insiden di masa depan—plus mereka harus beristirahat sejenak demi memulihkan diri—estimasi waktu maksimal untuk perjalanan ini adalah tiga minggu, berhubung seminggu setelah itu perpisahan sekolah akan diadakan dan mereka adalah bagian penting di dalamnya.

ROAD TRIP! (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang