16

4.7K 344 3
                                    

"Lo ngomong sekarang." Ujar Rafka.

Rafka berjalan menuju kursi taman yang terlindung di bawah pohon yang ada didekatnya kemudian mendudukkan dirinya di kursi itu. Tak lama, Lea juga ikut duduk disampingnya.

"Lo menghindar dari gue?" Ujar Lea pelan.

"Kalo iya, kenapa?" Jawaban yang tak disangka Lea meluncur begitu saja dari mulut Rafka.

"Ke-kenapa lo jauhin gue?" Entah kenapa Lea menjadi gugup.

"Kalo gue bilang, gue ngga suka lo ada di deket gue, lo percaya? Gue risih di deket lo, lo-" Ucapan Rafka yang belum selesai langsung terpotong oleh suara Lea.

"Kenapa lo ngga suka kalo gue ada di deket lo? Apa selama ini keberadaan gue segitunya bikin lo risih?" Tanya Lea dengan wajah memerah dan mata berkaca-kaca. Ia terus menunduk, tak berani bersitatap dengan Rafka.

"Lo...lo kok nangis sih?" Rafka mulai panik melihat Lea yang hampir menangis. Apa kata-katanya tadi terlalu kasar? Ya tuhan, ia tak pernah bermaksud untuk membuat gadis itu menangis. Ia berusaha menyeka air mata Lea yang mulai menganak sungai dipipinya, tapi belum sampai ia menyekanya, tangannya lebih dulu ditepis oleh Lea. Gadis itu berdiri dari duduknya, kemudian menatap Rafka.

"Oke, kalo lo merasa terganggu dengan kehadiran gue di dekat lo, lo tenang aja. Lo juga ngga perlu cape-cape menghindar lagi, karna gue yang akan menghindar. Dan untuk tugas kelompok tadi, gue bakal bilang ke Bu Harti buat ganti pasangan." Ucap Lea dengan cepat. Ia berusaha menghapus air matanya yang masih saja turun, lalu berbalik meninggalkan Rafka yang termenung di kursi taman itu.

***

Lea terus berjalan, melewati koridor dengan tangan yang terus berusaha menghentikan air matanya. Ia melangkah menuju toilet.

Harusnya ia tak sesakit ini, harusnya hatinya tak sesesak ini, bahkan kebersamaannya dengan Rafka tak ada yang begitu istimewa. Tapi mendengar pernyataan itu langsung dari Rafka membuat hatinya begitu sesak, bernafas pun rasanya begitu sulit.

Setelah puas menangis tanpa suara di dalam bilik toilet dan membilas wajahnya, ia berjalan menuju UKS. Ia tak mungkin masuk ke kelas dengan mata merah seperti itu.

Koridor sekolah sudah mulai sepi ketika Lea menuju UKS, bel masuk sudah berbunyi beberapa menit lalu. Ia mengambil ponsel dari saku roknya, lalu mengabari Jia bahwa ia sedang berada di UKS. Setelah mengirimkan pesan, ia langsung mematikan ponselnya agar Jia tak menanyainya macam-macam.

Ia memasuki ruang UKS yang kosong, berjalan menuju salah satu tempat tidur lalu mengistirahatkan matanya yang habis menangis.

***

Lea mengerjapkan matanya saat seseorang mengguncang tubuhnya pelan, berusaha menyesuaikan cahaya diruangan itu. Ah, ia sepertinya tertidur di UKS dan disampingnya telah berdiri sepupu tersayangnya.

"Ah, gue ketiduran. Ngapain lo disini?" Ucap Lea masih berusaha mengumpulkan separuh nyawanya.

"Harusnya gue yang nanya, lo kenapa bisa sampe masuk UKS gini? Trus itu mata lo kenapa bengkak kayak gitu?" Tanya Jia bertubi-tubi.

"Tadi gue agak pusing, males belajar juga. Ya udah, gue ke UKS. Dan soal mata gue, efek kelamaan tidur kali." Jawab Lea dengan cengirannya. Ya, ia berbohong. Ia belum siap menceritakan peristiwa tadi.

"Ya udah, balik ke kelas yuk. Udah istirahat kedua nih." Ajak Jia.

"Ok, tapi temenin ke toilet dulu. Mau cuci muka." Jawab Lea dengan cengiran.

Merekapun berjalan bersama menuju toilet.

***

Hoi...hoi...
Saya balik lagi, ada yang nunggu kah?
Udah ngga ngaret lagi kan? Iya dong😂😂
Feel-nya ngga dapet ya?😫😫

Sorry for any typos...
Keep vomment😆😆

Bye...bye...

RainDy_xo

Ketua Kelas[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang