09

5.5K 448 5
                                    

Saat ini Dani dan Rafka sedang mengantri membeli tiket bioskop untuk film yang akan mereka nonton nanti. Sedangkan Lea dan Jia sedang membeli snack untuk menemani mereka nonton nanti.

"Ihh, Jia. Kenapa harus nonton film horor sih? Trus itu kenapa Rafka ikut segala?" Entah berapa kali Lea melemparkan rutukan itu pada Jia. Tapi Jia tetap acuh tak acuh.

"Ihh, lo mah gitu. Respon kek." Ucap Lea terus mendumel kesal.

Setelah mendapatkan popcorn dan softdrink. Jia berjalan kearah 'pangeran'-nya yang sudah menunggu dengan tiket ditangan. Lea hanya terus mengekor dibelakang Jia.

"Eh, masuk yuk. Udah mau mulai nih filmnya." Ajak Dani yang diangguki dengan semangat oleh Jia.

"Dan, kita duduk sebelahan ya?" Pinta Jia dengan puppy eyes-nya.

"Iya-iya. Tenang aja, semua udah diatur. Sekalian sama mereka berdua." Ucap Dani sambil mengelus lembut kepala Jia yang disambut Jia dengan kekehan.

***

Lagi-lagi Lea terus merutuki nasibnya, mempunyai sepupu seusil Jia memang menyebalkan. Lea tau, acara malam ini pastilah ide Jia. Sekarang, ia harus terjebak dalam situasi yang sangat tidak menyenangkan. Dengan sangat terpaksa, ia harus ikut nonton film yang sangat menakutkan-setidaknya menurutnya. Ditambah lagi ia harus duduk di sebelah Rafka. Sejak film dimulai, Lea sudah menutup matanya dan hanya mengintip sesekali, terserah Rafka mau menilainya penakut atau apapun itu. Yang jelas, ia benci film horor. Jeritan-jeritan ketakutan penonton sudah memenuhi pendengaran Lea sedari tadi, membuatnya semakin takut membuka mata.

"Lo lucu tau ngga. Di kelas aja kek preman, nonton film horor takut." Ucap Rafka sambil menoleh melihat kelakuan Lea yang sedari tadi terus menutup matanya. Suara Rafka yang tiba-tiba membuat Lea menoleh ke arah Rafka dan membuat hidung keduanya bergesekan dengan jarak yang begitu dekat. Rafka menatap Lea tepat di manik mata gadis itu, begitu pun sebaliknya. Keduanya seolah dibekukan oleh tatapan masing-masing. Tidak ada yang bergerak dari posisinya. Hingga teriakan penonton menyadarkan mereka. Lea lebih dulu menjauhkan kepalanya.

"So..sorry Raf." Ucap Lea dengan gelagapan. Baiklah, sekarang jantungnya sedang berpesta di dalam sana.

"Sorry juga, gue ngga sengaja." Balas Rafka dengan sedikit lebih santai. Tapi siapa yang tau apa yang terjadi pada jantungnya, kan?

***

Lea sudah tak bisa berkonsentrasi dengan film yang mereka tonton-meskipun yang tadi itu tidak bisa dikatakan nonton- karna kejadian tadi. Hingga film selesai, ia masih berusaha menghentikan debaran jantungnya yang menggila di dalam sana. Ia belum mengeluarkan sepatah kata pun sejak mereka keluar dari bioskop hingga saat ini mereka sedang menunggu pesanan mereka di sebuah cafe di pusat perbelanjaan itu.

"Lea, kok lo ngga ngomong apa-apa sih dari tadi? Mulut lo kena lem?" Tanya Jia dengan malas. Maksudnya ingin mendekatkan Lea dengan Rafka sepertinya tidak segampang perkiraannya. Lea yang belum pernah dekat dengan cowo manapun dan Rafka yang punya trauma masa lalu dengan cewe. Bukan kah itu hal yang berat?

***

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam ketika mereka memutuskan untuk pulang.

Mereka menghabiskan waktu 20 menit di perjalanan dengan kebisuan. Tak ada yang mengeluarkan suara. Bahkan Jia 'Si Biang Keributan' pun tak mengeluarkan suaranya sejak tadi. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

Saat Kia hendak turun dari mobil Dani karna memang mereka sudah sampai, Rafka tiba-tiba memanggilnya.

"Eh, Jia. Ini Lea kayaknya ketiduran deh."

"Tu anak malah molor di mobil orang. Ya udah Raf, bangunin aja." Ucap Jia pada akhirnya.

"Tapi gue ngga tega nih. Kayaknya kecapean banget. Kan abis kena tifus juga. Gue gendong aja, lo ngga keberatan kan kalo sepupu lo gue gendong?" Tanya Rafka pelan. Jia melirik Dani sejenak sebelum menganggukkan kepalanya.

"Ya udah, tapi ngga ngerepotin kan? Ngga enak nih gue."

"Ya ngga lah." Jawab Rafka dengan kekehan yang jarang ia tunjukkan didepan umum. Sedangkan Jia langsung melirik Dani dengan senyum penuh arti.

Rafka menggendong Lea sampai di kamar Lea, lalu membaringkan Lea dengan pelan di tempat tidur. Mengamati wajah Lea yang begitu lelap dalam tidurnya. Kegiatannya terhenti ketika Jia memasuki kamar Lea.

"Eh, thanks banget loh Raf. Oh ya, Dani udah nungguin di bawah tuh." Ucap Jia sambil membuka sepatu yang Lea kenakan dan menyimpannya.

"Ya udah, gue balik dulu ya." Ucap Rafka diikuti senyum tipis khasnya. Jia mengikuti Rafka turun untuk mengantar Rafka.

***

Dani melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Rafka yang duduk disampingnya diam tak bersuara. Hingga akhirnya Dani memecah keheningan antara mereka.

"Untuk pertama kalinya gue liat lo ketawa sejak kejadian 3 tahun lalu. Gue kangen lo yang dulu, bro." Ucap Dani tanpa melihat Rafka.

"Ngga usah ungkit kejadian itu." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Rafka.

***

Ada yang nungguin cerita ini? Ngga ada ya? Ya udah, saya ikhlas kok😥😥

Maafkan daku yang baru update. Lagi sibuk banget gara-gara tugas menggunung disertai ledakan-ledakan ulangan...

Sorry for any typos...
Vommentnya jangan lupa, ok? Ok lah.

Bye...Bye..

Ketua Kelas[END]Where stories live. Discover now