Dua Puluh Dua

Mulai dari awal
                                    

Andre dan yang lainnya mengangguk-angguk.

"Terus, respon dia?" Kali ini Jordan yang bertanya.

Fallen menghela napasnya. "Ya, dia ga terima. Dia neror gue dengan pertanyaan sama, maksud gue ngomong gitu apa, blablabla. Tau lah, pusing gue."

Brian yang duduknya paling dekat dengan Fallen menepuk-nepuk pundak cowok itu. "Berurusan sama cewek emang gitu Fal, bikin capek. Jangan dipikirin melulu," sabdanya.

"Iya, gue 'kan udah bilang semalem. Jangan terlalu dipikirin," ujar Revan. Cowok satu itu malah bersikap lebih tenang daripada yang lainnya.

Jordan mendecak. "Lagipula, tuh cewek juga kesininya gak dalam waktu dekat 'kan? Santai aja, Fal. Gue tau, lo merasa gak enak sama Beca. Tapi, mau gimana lagi? Masa lo mau paksain hubungan hambar kayak gitu?" ucapnya, lalu tertawa.

Fallen dalam hati membenarkan ucapan Jordan. Kesambet apa Jordan sampai bisa berbicara seperti itu?

"Nah," Andre membuka topik baru. "Daripada lo pusingin Beca, mending urusin Alexa tuh," Andre menunjuk Alexa yang berada tak jauh dengan dagunya.

Fallen mengedarkan pandangannya. Mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Andre. Di sanalah Alexa berdiri, cewek yang rambutnya tak lagi berwarna merah separuh itu sedang memesan Bakso.

Rahang Fallen mengeras melihat Alexa yang ternyata tidak sendiri. Ia ditemani oleh seseorang. Dan orang itu adalah Reyhan. Fallen berdecak. Masalah Danton selesai, datanglah masalah baru, Reyhan. "Kenapa mesti sama Reyhan, sih," ucapnya gusar.

"Gue juga bingung, Fal," Kata Andre. "Reyhan kadang sikapnya kayak acuh gitu sama Alexa, tapi kadang juga dia keliatan peduli."

Terdengar helaan napas panjang dari Revan. "Cowok 'kan punya cara masing-masing buat ngelindungin cewek yang mereka sayang."

Fallen, Andre, Jordan, dan Brian diam-diam membenarkan ucapan Revan.

*

Alexa sebenarnya malas berurusan dengan Reyhan. Tapi kalau dipikir lagi, kenapa juga ia harus menghindari cowok itu? Karena Reyhan mantan pacarnya, gitu?

Enggak. Alexa gak pernah begitu kepada mantan-mantan yang sebelumnya. Kenapa juga harus dihindari? Toh, hasilnya juga gak ada.

Tapi kalau urusan Reyhan, entah kenapa Alexa selalu malas. Mungkin penyebabnya karena Reyhan itu termasuk kalangan cowok populer. Jadi, Alexa pasti akan menjadi pusat perhatian, lalu berakhir dengan dirinya yang akan menerima cemoohan dari orang-orang.

Mengenai tentang Reyhan, cowok itu adalah ketua OSIS di SMA Cendrawasih. Walaupun sebentar lagi Reyhan akan lepas jabatan karena sudah kelas dua belas, tetapi kepopulerannya tak pernah habis. Bagaimana tidak? Reyhan pintar, selalu menjadi juara kelas, sering ikut olimpiade, dan ganteng pula. Alexa saja sampai pernah suka. Pernah, ya.

"Lex, denger ga, sih?"

Alexa mengerjap, lalu memandang Reyhan. Ia lupa kalau cowok pintar itu masih berada di dekatnya.

"Sori, lo ngomong apa tadi?"

Reyhan menghela napas panjang. "Lo nanti pulang sama siapa?"

Alexa tampak sedang berpikir. Baru saja ia akan menjawab pertanyaan dari Reyhan, tapi sebuah suara menyelinap masuk di obrolan dirinya dengan Reyhan.

"Sama gue."

Refleks, Alexa dan Reyhan sama-sama menoleh ke sumber suara. Mereka berdua sama terkejutnya. Fallen dengan tampang tak pedulinya langsung duduk di samping Alexa yang masih melongok. Cowok itu dengan santainya tersenyum ke Alexa, lalu kembali menatap malas ke arah Reyhan.

Reyhan sendiri juga kelihatan masih terkejut.

"Fallen?" Alexa memandangi Fallen tak percaya. Ia shock, Fallen selalu bertindak semaunya, tak bisa ditebak.

"Biasa aja kali, Lex, liatin guenya."

Reyhan masih memasang tampang bego. Belum mengerti apa yang sedang terjadi sekarang. "Kalian saling kenal?" tanyanya kemudian.

Fallen mengangguk pasti. "Kita bahkan udah deket, Han."

Alexa membulatkan mata. Apa-apaan! Ia ingin membantah ucapan Fallen, tapi cowok itu menatapnya seolah melarangnya untuk bicara.

Barulah Reyhan mengerti, ia lalu bertanya ke Alexa. "Lex, lo ada hubungan sama dia?"

Alexa ingin menjawab, tapi dengan cepat, Fallen menyela. "Ada dong," jawabnya enteng.

Reyhan mendesis. "Gue ga nanya lo, Fallen."

"Gue berhak jawab lah, kan ada kaitannya dengan gue."

Alexa meringis. Kenapa cowok-cowok ini malah beradu argumen, sih? Alexa yakin, pasti banyak pasang mata yang sedang menatap mereka. Bagaimana tidak? Tiga orang populer sedang duduk dalam satu meja, sedang berdebat, pula.

Reyhan yang sadar atas kecemasan Alexa pun bangkit, ingin menyudahi. Ia sudah hapal betul dengan tabiat seorang Fallen. Maka dari itu, ia memilih mengalah. "Gue duluan, Lex. Nanti di kelas baru gue tanyain lagi." pamitnya, lalu pergi.

"Lo sekelas sama dia, Lex?" tanya Fallen heboh.

Alexa mengangguk.

Fallen berdecak. "Jangan deket-deket sama dia, Lex."

"Apa, sih," Alexa masih kesal, ia bahkan lupa dengan Bakso yang baru saja ia pesan.

"Gue serius, Alexa."

"Hem."

"Batu banget kalo dibilangin."

"Iya, iya."

"Pokoknya kalo lo diajak pulang bareng jangan mau."

"Gue bawa mobil."

"Pokoknya jangan mau kalo dia ngajakin."

Alexa berdecak. "Apa urusan lo, sih? Gue tau Reyhan orangnya gimana. Jadi jangan tuduh dia macem-macem."

Fallen diam. Alexa ternyata galak juga. "Oke, gue tau, dia mantan lo. Tapi emang udah seberapa jauh lo kenal dia? Gue yakin, lo belom tau banyak."

"Bukan urusan lo."

"Tentu aja urusan gue."

"Urusan lo gimana?"

Fallen terdiam lama. "Ya, gue udah janji ke Rafa bakal jagain lo. Termasuk ngelarang lo deket sama cowok yang gue anggep bahaya."

Alexa menertawakan dirinya dalam hati. Tentu saja Fallen melarangnya dekat dengan cowok karena semata-mata hanya untuk memenuhi janjinya ke Rafa. Bukan karena cemburu. Ha. Lagipula, apa yang Alexa harapkan?

"Lex, kok diem?"

Alexa menatap Fallen sebentar. Lalu mencoba fokus ke Baksonya.

"Oh, gue dicuekin nih?"

Alexa masih tak menggubris. Ia memang sudah gila karena berani memiliki rasa ke Fallen. Bahkan sempat berpikir untuk mengutarakannya. Bodoh. Ia tau ia bodoh.

"Ya udah, deh," Fallen bangkit, berniat untuk kembali ke teman-temannya yang masih stand by di meja bagian paling pojok. "Makan yang banyak, ya."

Alexa hampir tersedak kuah Bakso saat merasakan tangan Fallen sedang mengusap pucuk kepalanya. Tanpa banyak basa-basi lagi, cowok itu langsung pergi, meninggalkan Alexa sendiri dengan perasaan yang berkecamuk.

Sial, jantung gue.

***

180°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang