Chapter 20

612 67 12
                                    

You can listen to that song while reading this. Well, I'm sorry for late update but actually I don't mean. Gue udah nulis chap ini sejak tiga minggu yang lalu dan setiap gue udah hampir selesai dengan chapter itu, pasti gue hapus lagi karena nggak yakin. Even tho this will not make you get the feeling, but trust me, this is my best effort.

So, dont forget to give me the star and comment (critics and advices are ok)

**

Gadis itu membelah kerumunan siswa yang memenuhi seluruh bagian di sekolah, terutama lorong kelas. Tas miliknya hanya tersampir di bahu kiri. Ia melangkahkan kakinya menuju parkiran luar sekolah dengan tergesa-gesa.

Tangan kanannya membuka mobil sementara tangannya yang lain sibuk memencet nomor orang yang akan ia temui hari ini. Di dalam hati, gadis itu benar-benar tak sabar karena ia sangat ingin mengetahui apa yang membuat nyawa Rena-mamanya menjadi melayang.

Kiran adalah wanita yang akan ia temui hari ini sekaligus orang yang ia duga sebagai malaikat maut mamanya.

Namun tanpa Ficil sadari, seseorang mengikutinya. Mengikutinya membelah jalanan di Jakarta yang begitu ramai.

Persis seperti tiga bulan yang lalu, ketika Ficil juga diikuti oleh seseorang ketika berziarah ke makam Rena.

Tapi Ficil tetap tidak menyadari bahwa selama ini ada orang yang mengikuti jalan cerita hidupnya.

**

Ficil turun dari mobilnya setelah memastikan kendaraan roda empatnya itu terparkir dengan tepat. Sebuah recorder telah ia siapkan untuk merekam segala perbincangannya dengan Kiran nanti, berjaga-jaga untuk kemungkinan yang tidak terduga sekaligus sebagai alat buktinya yang paling kuat.

Setelah berusaha untuk setenang mungkin, Ficil akhirnya melangkahkan kakinya masuk ke dalam sebuah coffee shop. Ia menyebarkan pandangannya ke seluruh arah, berusaha mencari keberadaan Kiran. Namun telah beberapa kali ia melihat ke segala penjuru, Kiran tak berhasil ia temukan.

Ficil menatap jam tangannya. Jam satu lewat empat puluh lima menit. Padahal janji mereka jam satu. Tapi di mana Kiran? Apa wanita itu tak berani menemui dirinnya?

Dasar Pengecut.

"Kamu Ficilia?" sebuah suara wanita dari belakangnya membuat niatnya untuk menelepon Kiran menjadi terhenti. Ia menoleh, dan mendapati seorang wanita yang lebih tinggi darinya, tampak begitu anggun. Dress selutut warna putih yang mencetak bentuk tubuh wanita itu membuat dirinya tampak seperti malaikat.

"Saya Kiran," ujar wanita itu memperkenalkan diri. Ia mengulurkan tangannya, mengajak Ficil bersalaman. Tak lupa, dengan senyuman ramah yang menghiasi wajahnya.

Dada Ficil yang tadinya bergejolak, mendadak menjadi bingung. Rasa bimbang menyeruak di kepalanya. Apakah benar Kiran yang melakukannya? Wanita yang anggun dan begitu ramah ini?

"Saya Ficil," Ficil balik memperkenalkan diri sambil berusaha menampik sikap baik Kiran yang menjadi pertanyaan bagi dirinya.

Orang yang terlihat terlalu baik menyimpan kesalahan yang tak termaafkan.

"Ayo kita duduk dulu. Maaf sebelumnya saya terlambat," ajak Kiran yang hanya dibalas dengan anggukan kepala oleh Ficil. Kedua perempuan itu akhirnya memutuskan untuk duduk di sudut dekat jendela, agar pembicaraan mereka lebih privat.

Sementara itu di luar ruangan, seorang cowok yang duduk dalam mobilnya bingung ketika melihat Kiran melangkah masuk ke dalam coffee shop tersebut dengan waktu yang hampir bersamaan dengan Ficil.

Berbagai dugaan masuk menghampiri kepalanya, namun satu hal yang sangat ia sadari.

Hari ini, Ficil akan mendengarkan sebuah cerita dari mulut Kiran. Hal itu membuat sebuah pertanyaan timbul di kepalanya.

MistakesWhere stories live. Discover now