Chapter 11

1.1K 149 20
                                    

Mulmed: Vigo Vallen Biyanto

Andien menunjukkan sebuah album pada Ficil. Tangannya yang lembut itu membolak-balikkan halaman album tersebut, hingga ia berhenti pada satu foto.

Satu foto di mana semua formasi persahabatan Rena—Mama Ficil—sangat lengkap.

Dahi Ficil berkerut, tak mengerti mengapa foto Mamanya dan teman-temannya yang sedang berpose candid itu dipilih Andien.

"Kamu hafal sama semua teman Mama kamu?" tanya Andien. Ficil menggeleng pelan.

Andien tersenyum. Tangannya mengusap foto itu secara perlahan. Andien ingin bercerita bahwa semuanya hanya salah paham, tapi mulutnya terkadang tak mampu untuk berhati-hati.

"Menurut kamu, siapa yang paling dekat sama Mama kamu?" tanya Andien. Ficil bingung. Apa hubungannya?

Ah ya, pasti ini 'sahabat' yang dimaksud Mama dalam diarynya.

Ficil mematut foto itu secara seksama, menimbulkan kerutan tipis di dahinya.

"Ini," tunjuk Ficil mantap pada salah seorang di foto itu. Perempuan yang berdiri paling jauh dari Rena dan sedang berpose menatap Rena, seolah-olah sedang berbicara.

"Kamu tidak berniat untuk menunjuk yang di samping Mama kamu?" tanya Andien menyakinkan.

Ficil menggeleng mantap. "Ada sesuatu yang dipancarkan sama Tante yang diujung itu,"

Andien mengangguk-angguk. "Kamu persis seperti Mama kamu. Feeling kalian benar-benar kuat dan selalu akurat," pujinya.

Ficil tersipu. "Tapi, kenapa Tante nyuruh aku milih di antara mereka?"

Andien mengeluarkan foto tersebut dari albumnya. Kepalanya memikirkan kata-kata yang tepat.

"Tante bingung mau jelasin gimana ke kamu," jawab Andien. Ia lalu menyodorkan foto tersebut untuk disimpan oleh Ficil.

"Ooh, oke. Tapi, Ficil boleh minta nama sama data mereka gak, Tan? Minimal Line sama nomor telepon mereka, atau alamatnya,"

"Tunggu sebentar," Andien lalu meninggalkan Ficil ke kamarnya, mengambil sesuatu.

Sembari menunggu Andien, Ficil kembali memperhatikan wanita tersebut. Rasanya, wajahnya sangat mirip dengan... siapa?

"Nah ini. Tante udah catat semua data yang kamu butuhkan," Andien menyodorkan sebuah kertas.

Ficil mengangguk, lalu pamit. "Makasih, Tan. Ficil pamit dulu,"

"Jangan sampai salah paham dengan insting kamu ya," pesan Andien sebelum Ficil benar-benar meninggalkan rumahnya.

Ficil terdiam sesaat. Berusaha mencerna kata-kata Andien.

Jangan-jangan, wanita itu benar-benar pengkhianat.

Tapi apa maksudnya salah paham?

***

"Gimana perkembangan lo sama si anak baru itu?" tanya Vigo sambil terus sibuk memainkan PS-nya.

Adrian berhenti menatap layar laptopnya.

"Ficil maksud lo?"

"Iyalah. Gimana lo sama dia? Udah ada kode balik, gak?" Vigo lalu memberhentikan aktivitas gaming-nya, lebih tertarik pada topik pembicaraan yang ia mulai.

"Lo kira gue lagi PDKT? Ya kali," jawab Adrian malas.

"Kali kali aja,"

Adrian tiba-tiba berpikir tentang sesuatu, membuat garis halus terlukis di dahinya.

MistakesWhere stories live. Discover now