Chapter 16

901 97 18
                                    

Mulmed: Adrian (LOL)

Mulmed: Adrian (LOL)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sebentar lagi pulang.

Adrian dari tempat duduknya tak berhenti memperhatikan Ficil yang duduk di depannya. Cewek itu semakin fokus dengan pelajarannya, mungkin mengingat ujian semester yang sebentar lagi akan dihadapi.

Adrian tersenyum. Hanya dengan melihat rambut Ficil yang terurai dari belakang, sudah cukup untuk menghiburnya setelah menerima fakta menyakitkan.

Tapi kemudian, ia merasa miris. Apa hanya itu saja yang bisa ia lakukan? Diam dan membiarkan alur membawanya.

Ia tak berlari untuk mengejar Ficil, namun ia juga tidak diam. Ia hanya berjalan, di tempat yang sama.

Setelah mengetahui kenyataan bahwa Mamanya yang membunuh Mama Ficil, Adrian sama sekali tidak menjauhkan diri. Ia tidak membentang jarak, tetapi juga tidak menghapus jarak.

Ia masih bersenda gurau dengan Ficil disaat jam kosong, pergi ke kantin bersama, dan mendiskusikan hal-hal yang tidak penting.

Hanya itu yang bisa ia lakukan. Bertindak seolah-olah ia menjalani hidup ini seperti biasanya, namun sebenarnya ia hanya berdiam diri. 

Karena yang Adrian tahu, Ficil tak akan pernah berada di sampingnya selalu.

Mungkin suatu saat, Ficil akan memandang Adrian tak lebih dari seorang anak pembunuh Mamanya.

Oleh karena itu, Adrian tak akan berkutik. Ia hanya perlu menyiapkan mentalnya untuk menyambut saat yang paling ia takutkan.

***

Usai mengemaskan buku dan alat tulisnya, Adrian menghampiri Ficil yang masih sibuk dengan barang-barangnya.

"Lo habis ini ke mana?" tanyanya sehingga membuat Ficil menoleh dan berhenti membereskan alat tulisnya. 

"Gue?" tanya Ficil balik dan dijawab dengan anggukan dengan Adrian. "Paling gue ngumpul ekskul fotografi bentar. Terus gue pulang deh."

Adrian mengangguk-angguk. "Oke. Semangat! Habis ujian lo bakal ikut lomba fotografi kan? Gue doain sukses deh. Gue duluan. Para marmut minta diajarin, katanya mau tobat sebelum orang ujian."

Ficil terkekeh ketika mendengar Adrian menyebut sahabatnya sebagai marmut. "Bye! Jangan galak-galak sama mereka. Kasihan. Nanti yang ada bukannya tambah pinter, tapi mereka malah sakit gara-gara lo."

Adrian cemberut. "Kok mereka sih yang lo peduliin? Sahabat lo yang paling ganteng sejagat ini gimana?" 

Ficil kemudian menepuk jidat Adrian. "Makan tuh ganteng. Dah! Gue pergi dulu!" Ia kemudian meninggalkan Adrian yang kesal sambil mengusap-usap dahinya.

Bibir Adrian mengembang. Ia senang karena setidaknya ia masih memiliki kesempatan untuk melihat Ficil tersenyum tulus kepadanya. 

***

MistakesWhere stories live. Discover now