LOVABLE BAD BOY-21

Mulai dari awal
                                    

"Itu panggilan baru aku buat kamu." Kayla meniru ucapan Nathan, yang membuat sudut-sudut bibir Nathan tertarik ke atas.

"Gak ada yang lebih ganteng namanya?" decak Nathan, yang membuat Kayla terkekeh.

"Gak ada. Kamu yang paling ganteng." Sahut Kayla.

"Makasih, aku emang ganteng dari lahir."

"Cih," cibir Kayla, sambil melipat kedua tangannya di depan dada, "pede kamu overdosis, Po."

Nathan tertawa kecil, lalu kembali menarik Kayla mendekat, tetapi tangannya tidak memeluknya.

"Kamu peluk aku, biar aku lindungi kepala kamu dari hujan. Kita lari sama-sama." Ucap Nathan pelan, sambil menekuk kedua lengan kokohnya di atas kepala Kayla, dan satu tangan Kayla melingkari pinggang Nathan.

Mereka berlari menerobos hujan, menuju mobil Nathan, yang terparkir tidak terlalu jauh dari koridor.

Nathan membuka pintu penumpang untuk Kayla, yang membuat Kayla langsung menghempaskan tubuhnya ke dalam. Lalu, Nathan berlari kecil mengitari mobil, dan masuk ke kursi kemudi.

"Brrr," Kayla memeluk tubuhnya sendiri, dengan gigi gemeletuk. Meskipun Nathan sudah melindungi kepalanya dari hujan, tetap saja air hujan bisa menembus ke tubuhnya.

Melihat Kayla kedinginan, membuat Nathan melongokkan tubuhnya ke jok belakang, untuk mengambil jaket abu-abunya, dan menyampirkannya di kedua bahu Kayla.

"Makasih, Po ku tersayang." Kata Kayla, lalu tertawa geli.

"Sama-sama, Lala tersayang." Balas Nathan, sambil tertawa mendengus.

Tak lama kemudian, mobil tersebut melaju dengan kecepatan standar meninggalkan halaman sekolah.

Tanpa mereka sadari, sejak tadi seseorang mengawasi mereka dari dalam mobil Pajero berwarna hitam, yang terparkir agak jauh dari mobil Nathan.

Orang tersebut menatap nanar ke arah mobil Nathan yang sudah menghilang dari pandangannya. Ada rasa sesak yang belakangan ini menyiksanya, saat melihat Nathan dan Kayla bersama.

Dia menenggelamkan wajahnya di atas setirnya, untuk menepis perasaannya.

"Gak, gue gak boleh ganggu kebahagiaan mereka dengan perasaan tolol ini." gumam orang itu, frustasi.

*****

"Aku duluan ya, La." Ucap Nathan, saat Kayla hendak membuka pintu mobil Nathan, yang sudah berhenti di depan teras rumah Kayla.

"Gak mau mampir dulu? Minum susu hangat?" tawar Kayla, basa-basi.

"Nggak. Jessie mau main ke apartemen, jadi dia suruh aku pulang cepet."

"Ooh, yauda. Hati-hati, Po." Kekeh Kayla, lalu mengecup pipi kiri Nathan secara kilat, sebelum turun dari mobil.

Nathan tersenyum manis, ke arah Kayla yang sudah berlari kecil ke arah teras rumahnya.

"Daaaag, Popo!" teriak Kayla, sambil melambaikan tangannya ke arah Nathan, yang hanya tersenyum tulus, sambil memutar mobilnya keluar dari halaman rumah Kayla.

Kayla membuka pintu rumahnya, lalu melangkah memasuki rumahnya sambil mengeratkan jaket berwarna abu-abu milik Nathan, yang hangat dan beraroma khas Nathan.

"Hayolooo elo dari mana, de, sampe jam setengah empat baru balik!" tiba-tiba Bara melongokkan kepalanya dari sandaran sofa, ruang tengah, yang membuat Kayla menjengkit kaget.

"Astaganaga! Lo kayak syaiton aja, ba, tiba-tiba muncul!" decak Kayla.

"Gue bukan syaiton. Tapi, Angel." protes Bara, sambil menaik turunkan alisnya, "Heh! Lo belom jawab pertanyaan gue, yak!"

"Gue tadi nemenin Nathan ekstrakurikuler basket! Ribut aja lo, ah."

"Manja amat pake ditemenin. Gue aja gak pernah." Cibir Bara, kesal.

"Minta ditemenin aja sama kak Rena. Punya pacar tuh jangan dianggurin mulu, entar pergi 'kan lo yang mewek."

Bara mendelik tajam, "Enak aja lo, de. Tiap hari gue selalu sama Rena, bahkan dia pengen pipis aja suruh nganterin gue. Dia tembus juga minta beliin gue. Kurang perhatian apalagi coba, gue?"

"Iya deh." Kayla memutar bola matanya malas, lalu melangkah menaiki tangga ke kamarnya.

"De! Tanyain ke Nathan dong, dia beli bucket mawar putih buat elo itu di mana?" seru Bara, yang membuat Kayla mengernyitkan dahinya.

"Cie, mau tiru-tiru! Gak boleh! Inisiatif sendiri!"

Bara mendecak sebal, "Pelit, elah!"

*****

Nathan berbohong kepada Kayla mengenai kedatangan Jessie ke apartemennya. Dia buru-buru, karena Gerald, mengajaknya bertemu untuk berbicara hal penting dengannya.

"Papa sudah mengurus tentang Arga. Keluarganya sudah setuju tidak akan menuntut kamu ke penjara, kalau Arga kenapa-kenapa." ucap Gerald.

Saat ini, Nathan sedang berada di ruang kerja Gerald, yang berada di dalam rumahnya. Rumah yang sudah lama tidak dia kunjungi.

Nathan mengernyitkan dahinya, saat mendengar ucapan Gerald.

"Pasti ada imbalannya, 'kan?" tanya Nathan, curiga.

"Tentu saja." Sahut Gerald, sambil menghela nafas kasar.

"Apa?" tanya Nathan, dingin.

"Simple. Dan Papa tidak merasa keberatan sama sekali dengan syarat yang mereka ajukan." Nathan semakin mengernyit, mendengar jawaban Gerald.

"Papinya Arga, meminta Papa untuk memasukkan kembali keponakannya yang setahun lalu dikeluarkan dari sekolah," kata Gerald, santai.

"Keponakan? Siapa dia?" tanya Nathan, penuh selidik.

"Emh, Papa lupa namanya, Nathan. Hari senin, dia sudah mulai sekolah. Kamu bisa melihatnya sendiri." Jawab Gerald, yang membuat Nathan tidak puas.

Nathan yakin, ada alasan tersendiri bagi keluarga Arga memberikan syarat se-simple itu, untuk tidak menuntutnya.

Dan entah kenapa, Nathan merasakan firasat buruk akan kedatangan kerabat Arga tersebut.

*****

A/N :

Pertama, makasihhh banyak sama yang udah nge-vote, sama komentar ! I Love you all! Ku harap kalian gak bosen dan tetep nge vote story ini, supaya tetep lanjut sampe tamat.

Lama, karena udah sibuk sama urusan sekolah. Jadi, mumpung hari minggu bisa ketik-ketik lagi, hehehee.

Oke, gimana?

Semoga readers suka, yaaa.

Jangan lupa VOTE dan KOMENTAR ya biar tambah semangattt

Thanksss

See you on the next chapterrr!

Lovable Bad Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang