Prolog

18.9K 1.5K 664
                                    

Perlahan, aku dapat merasakan diriku sedang terbaring di atas sesuatu yang keras dan dingin. Itu sensasi pertama yang masuk dalam panca indera. Dari sana, kesadaranku terkumpul hingga aku terjaga. Gelap.

"Di mana aku?" tanyaku dalam hati, berusaha mengingat kejadian sebelum ini. Kosong. Aku berusaha mengingat siapa namaku, juga tidak ada respon dari pikiranku.

Aku mendesah sambil membuka mata, berharap dunia luar dapat menjawab pertanyaanku. Hal pertama yang menyapa adalah bentangan langit malam, biru gelap dengan taburan bintang tanpa awan. Aku tertegun, berusaha mencari informasi apa yang telah terjadi dengan diriku dan bagaimana aku bisa berada di alam terbuka seperti ini.

"Selamat malam." Sebuah suara terdengar, suara rendah seorang pria.

Aku mengerjapkan mata dan berusaha bangkit, mendapati bahwa diriku duduk di atas sebuah batu yang rata. Aku menoleh dan mendapati seorang pemuda berjubah hitam duduk di atas batu yang identik, sekitar semeter dariku. Rambutnya coklat sewarna tanah basah tumbuh melewati telinga berkibar ditiup angin malam. Wajahnya lonjong namun garisnya lembut, memberi tempat pada sepasang mata hitam tajam yang menatapku. Bibirnya tipis melengkung, membentuk senyuman penuh percaya diri. Aku mengerutkan alis, aku tidak ingat dia.

"Siapa?" tanyaku, sambil terus mengamati si pemuda. Dia terlihat berusia awal dua puluhan tapi aku merasa ada sesuatu tentangnya yang terasa begitu tua.

"Perkenalkan, aku Maut," jawabnya membuatku terbelalak.

"Apakah aku sudah mati?" tanyaku menyuarakan satu-satunya kesimpulan yang terpikirkan. Aku memandangi tubuhku.

Badanku masih solid. Kemeja putih dan celana kain berwarna hitam membungkus badan yang ramping tapi berotot. Sepertinya aku cukup cekatan dan terbiasa dengan kegiatan fisik. Hal lain yang kusadari adalah rambut hitam yang tumbuh melewati punggung, membuatku bertanya-tanya mengapa aku memanjangkan rambut walau aku seorang pria.

Maut tertawa mendengar pertanyaanku. Aku kembali memandangnya.

"Tergantung dari sisi mana kamu melihatnya," ucapnya semringah, "yang jelas kamu sudah bukan lagi manusia."

Alisku kembali berkerut heran. Bukan lagi manusia? Lalu apa?

"Oh ya, panggil aku Takuto. Itu nama yang aku pilih untuk menyebut diriku. Maut terdengar sedikit berlebihan," tambahnya lebih santai, dia mengubah posisi duduknya, menaikkan satu kakinya ke atas batu.

Dia terdiam sejenak, memandangku. Aku membalasnya, menunggu orang itu berbicara. Kuharap dia cepat, aku ingin segera tahu siapa diriku dan bagaimana aku bisa ada di sini. Ada sesuatu yang terasa mendesak untuk kuingat, entah apa. Kepalaku kosong. Semakin aku mengais, semakin terasa jauh ingatan itu.

"Jadi begini, waktumu sebagai manusia telah berakhir." Dia mulai berbicara. "Sekarang kamu adalah bangsa Noxis, sama seperti aku. Dulu kamu adalah manusia tapi sejak melewati upacara, kamu sudah melepaskan kemanusiaanmu dan menjadi sama seperti kami."

Aku mendengarnya menjelaskan, berusaha menangkap informasi sebanyak mungkin. Ini semua terasa asing. Takuto kembali mengubah posisi duduknya, mengangkat kaki satunya dan menurunkan yang lain.

"Bangsa Noxis, well, manusia sering mengira kita sebangsa malaikat, tidak salah juga, karena tugas kita memang hampir seperti itu. Tugas kita adalah identitas kita. Aku adalah Maut, jadi tugasku yah, mencabut nyawa manusia. Masih ada Mimpi, Takdir dan banyak yang lain. Kamu pasti akan bertemu mereka." Dia menatapku sambil tersenyum, menunggu pertanyaan, kebetulan aku juga sudah tidak sabar untuk mengeluarkan isi kepalaku..

"Lalu, aku siapa?"

Takuto menyeringai, kurasa aku melontarkan pertanyaan yang dia tunggu.

"Kamu adalah Pemusnah."

-----------------------------------------------------------------

Halo! My first story is up!!! Semoga aku bisa update rutin setiap RABU XD ditunggu krisarnya :3 bahkan yang paling pedes sekalipun hahahahah

Oh ya yg di media itu adalah Takuto :'D aku iseng2 coba gambar dia hehehehe

Hope you all enjoy this story :D

Maaf kalo prolognya pendek hehehe yang berikutnya akan berkisar 1000-1200 kata per chapter :D see you!

[Sudah Terbit] I'mmortal Series: Reminiscentiam [END]Where stories live. Discover now