DUAPULUHLIMA - ?YHW

149 17 0
                                    

#FioMeliDitoSteffanDarrelStory #AuthorPOV #YEY #apasih

"Bel, gih." Dito menyenggol siku Meli.

"Idih kenapa jadi gue. Stef, bel, Stef."

"Si Dito aja, tuh. Lu, kan, lebih deket sama Darrel daripada gue."

"STTTTT. Ribet amat, sih, kalian." Fio dengan sigap langsung memencet bel rumah Darrel.

"Ini baru cewe guaaa..." Steffan menaruh sikunya di bahu Fio.

"Ish! Apaan, sih?!" Fio mengerakkan bahunya untuk menjatuhkan tangan Steffan.

Tante Lita keluar.

"Siang, Tante. Darrelnya ada?" Fio memulai pembicaraan.

"Kalian masuk dulu, yuk. Tante mau bicara."

Mereka semua masuk ke ruang tamu rumah Darrel.

"Darrelnya masih ga mau keluar dari kamar, Tante?" tanya Steffan.

"Kemarin, Nata berhasil bujuk Darrel buat keluar kamar."

"Mantab jiwa si Nata." kata Dito sambil mengacungkan kedua jempolnya, entah pada siapa.

"Terus sekarang Darrelnya ada di mana, Tante?" tanya Fio langsung ke intinya.

"Dari pagi, dia di pemakaman. Tante pun ga boleh ikut sama dia. Dia bilang dia mau sendiri."

"Oke. Let's go kita ke pemakaman!" kata Meli bersemangat.

"Tante minta kalian hibur Darrel, ya. Balikin Darrel Tante yang ceria." Tante Lita memandang mereka semua dengan yakin. Matanya terlihat sedikit berkaca-kaca.

Mereka semua kembali ke mobil Steffan. Steffan di bangku supir, Fio duduk di sebelahnya. Sementara Meli duduk di bangku tengah bersama Dito. #doubledate #BUKAN

"Guys, coba jelasin gimana caranya kita bisa nemuin seekor Darrel, sementara pemakaman ini luasnya 5 hektar." ucap Steffan.

"Tau dari mana lu 5 hektar?" kata Dito sambil memajukan dagunya ke arah Steffan.

"Fi, gimana, nih, Fi?" tanya Meli.

"Coba kita telpon." Fio mengeluarkan ponselnya.

Tut... Tut... Tut...

Tidak ada jawaban.

"Ga diangkat, guys."

"DAMN IT, REL!" Dito menendang ban mobil Steffan.

Sementara Steffan, Dito, dan Meli berdebat, Fio memperhatikan keadaan sekitar, berharap menemukan Darrel. Kuburan sejauh mata memandang.

"Itu Darrel bukan?" Fio menyipitkan matanya sambil berjinjit. Ia menunjuk ke suatu arah.

"Tapi, kok, lagi sama cewe, tuh." Meli ikut melihat.

"O, iya, tuh... Tapi siapa?" Dito menambahkan.

"Kalian apaah, sih? Mana?" Steffan masih mencari-cari arah yang mereka maksud.

"Makanya jangan kebanyakan main DOTA. Ayo kita samperin!" sekarang dipimpin Fio.

Steffan masih garuk-garuk kepala --Fio masih mempermasalahkan DOTA--.

"Rel?" Fio menyapa duluan.

"Eh, ada si tante..." Dito menatap Sabrina dengan malas.

Ya, Sabrina lagi sama Darrel berdua, duduk di pinggir makam.

"Kalian kenapa di sini?" Darrel bertanya.

"Kita, tuh, nyari lu, tau!" Meli membalas Darrel.

"Nih, mba-mba ngapain lagi?" tanya Steffan.

"Enak aja mba-mba! Gue ke sini nemenin Darry, keleus!"

"Seriusan, Rel?! Lu minta Sabrin nemenin lu?" Fio tak percaya.

"Ga percaya banget, sih! Ya daripada kalian, ngakunya, sih, temen. Giliran temen lagi susah ga ada yang peduli. Btw gue balik dulu, ya, Darry... See you tomorrow..." Sabrin melempar senyum princess-nya pada Darrel.

Sabrin melangkah pergi dengan muka juteknya kepada Fio, Meli, Dito, dan Steffan.

"Explaination, please..." Meli melipat kedua tangannya, menatap tajam Darrel.

"Seperti yang kalian liat. Gue di sini, di makam papa gue. Ya... Mudah-mudahan gue bakal kuat ngadepin kepergiannya."

"Bukan itu, sih, yang mau kita tau." Meli mengangkat satu alisnya.

"Sabrin tadi chat gue. Nanyain gue ada di mana. Terus dia dateng ke sini. Ya, dia cukup nenangin gue." jawab Darrel sambil masih menatap makam.

"Lu bisa ngebalesin chat Sabrin tapi lu ga angkat telpon Fio?" tanya Steffan sambil menunjuk Fio.

"Sorry, Fi. Hape gue lowbat." Darrel menunjukkan ponselnya yang berlayar hitam itu.

"Gue ga terlalu nanya soal itu juga." Meli berdeham.

"Apa, Mel?" Darrel menatap Meli dengan polosnya.

'Cowo ga ada yang peka, ya Allah...' batin Meli.

"Gue mau tau soal Nata."

"Tanya ke orangnya." Darrel mengalihkan pandangannya.

"Rel, gue tau kalian lagi ada masalah. Kita, tuh, sahabatan. Ce-ri-ta. Kita selesaiin masalahnya sama-sama." kata Fio dengan lembut sambil memegang pundak Darrel.

Tringgg... Tringgg... Tringgg...

"Mama lu telpon." Steffan menyerahkan ponselnya pada Darrel.

"Halo?"

"Darrel? Ini kamu?"

"Iya."

"Syukurlah. Kamu pulang, ya."

Tut... Tut... Tut...

"Lu mutusin telpon dari Mama lu gitu aja?" protes Meli.

"Gue pulang duluan." Darrel mengembalikan ponsel Steffan lalu mengayuh sepedanya pergi.

"Gue ga percaya itu Darrel yang kita kenal." kata Dito sambil memperhatikan sepeda Darrel yang menjauh.

"Ya, udah. Kita pulang aja. Kita pikirin lagi malem ini." kata Fio.



NADA NADIku 2Where stories live. Discover now