ENAMBELAS - HUDA

192 32 4
                                    

"TAAA!!! BAHAYA, TAAA!!!" Meli yang baru datang langsung mengampiriku dengan paniknya. "Drama Queen." pikirku.

"Calm down, Mel. Ada apa?"

"Dito kayaknya suka sama gue, deh..."

"Cieee... Akhirnya ada yang suka..."

"IH, NATA!" Meli memukul lenganku.

"SAKIT ASTAGA!" aku menggosok-gosok lenganku yang perih itu.

"Emang kenapa kalo Dito suka sama lu? Ada cowo laen yang lu suka?" tanyaku.

"Dia itu sodara jauh gue, Ta! SODARA JAUH!"

"HAAHH?? Jadi selama ini kalian bersaudara?"

"IYAAA! Gue juga baru tau kemarin pas gue ceritain tante-tante nyebelin, saudara jauh papa gue. Eh, taunya itu adik mamanya si Dito, Ta, SI DITO!"

"Teruz?"

"Terus, yah, semenjak hari itu dia tau gue sodaranya, dia hampir tiap hari ngechat. Abis itu anterin gue pulang les. Abis itu tiap kali berpapasan, jijik gitu mukanya, kaya, "Eeehhh, Melinaaa...". GUE GABISA GINI TERUS, TA!!! GUE BISA GILA!!!"

"Lah, emang udah pasti kalo Dito suka sama lu? Atau jangan-jangan... Lu yang suka sama dia?" tanyaku sambil tersenyum melihat Meli yang semakin salah tingkah.

"IDIH. AMIT-AMIT DAH!"

"Lagian lu kenapa baru cerita, ih!"

"Abis... Malu gue, Ta... Ehehehe... Takut kegeeran juga, sih..."

"O, jadi, Melina Baskara udah punya rasa malu, toh?"

"Ehhh... Melinaaa..." aku dan Meli berbalik, itu Dito. Ia memegang pundak Meli.

"AAAAAAAAAAAA!!!" Meli tiba-tiba teriak, aku dan Dito terkejut.

"TAAAAA!!!!! AYO KITA KE DEPAN RUANG KEPSEK, YUK, LIAT PENGUMUMAN JURUSAN!!!" Meli menggandeng tanganku dan "menyeret" aku untuk ikut dengannya, dia berlari.

Meli autis. Meli autis. MELI AUTIS!

"Emang beneran udah ada, Mel, pengumumannya?"

"Kebetulan iya. Sekalian buat mengindar dari si Dito."

Aku dan Meli segera melihat pengumuman yang ditempel itu. Aku dan Meli sekelas! Kelas IPS-1!

"HIDUP IPS, TA!"

"HIDUP IPS JUGA, MEL!"

"Coba liat yang lain."

"Eh... Ini Fio IPA-1."

"Gile, lah, Fio. Coba cari Darrel."

"Kok, ga ada, sih?"

"Ta."

"Hadir, Mel."

"Darrel sekelas kita."

"Hah?"

"Darrel IPS."

"DARREL IPS?!" 

  Aku dan Meli terkejut bersamaan. Tanpa sadar, Darrel sedang berdiri di belakang kami.

"Ehh... Ta, Mel..."

"Rel, kenapa lu..."

"Gue ke toilet dulu, ye, ehehe..."

Jelas Darrel menghindar. Aku mengejarnya, meraih tangannya dari belakang.

"Lu ga serius ngerjain tesnya, kan, Rel? Gue tau lu harusnya IPA."

"Ta."

"Lu kenapa? Lu mau jadi dokter, kan? Terus kenapa waktu kemaren gue tanya lu udah belajar apa belum, jawaban lu selalu ragu-ragu?"

Aku menghela napasku. Tiba-tiba Darrel memegang kedua tanganku.

"Gue ga bisa pisah dari lu."

Kami bertatapan.

"Maksud lu?"

"Gue mau lu di IPA bareng gue, atau gue relain gue di IPS."

"Gue ga ngerti."

"Gue mau kita terus sama-sama. That's what a relationship means, right?"

Aku memegang keningku, tak percaya ia mengatakan ini.

"Rel, listen to me. Kita memang pacaran, tapi bukan maksudnya harus sama-sama terus. Gue ga mau gue jadi penghalang lu ngeraih cita-cita lu. Beda jurusan bukan berarti kita pisah."

Darrel tiba-tiba memelukku. Aku terkejut, tidak membalas pelukannya.

"Makasih, Ta, udah nyadarin gue."

Aku tersenyum.

"That's what a relationship means, right?"

"Tapi, Ta, emang bisa ganti jurusannya lagi, Ta?"

"Makanya, sekarang ayo kita ke kepsek."

Akhirnya kami menuju ke ruang kepsek.

"Permisi, Bu..."

"O, ya, silakan masuk. Ayo duduk."

Aku menyenggol siku Darrel.

"Gini, Bu, kalo saya mo pindah ke IPA bisa?"

"O, jadi kamu mo pindah juga. Kamu, tuh, tau gak... Nilai rapor SMP kamu, tuh, sangat mencukupi di IPA, tapi nilai tes kemarin... Bisa, sih, di IPA, 68, sangat mepet. Terus di pilihan jurusan, kamu juga tulis IPS. Kamu kenapa, toh, Nak Darrel? Sakit panas atau apa?"

Darrel hanya menunduk, tidak tau mau menjawab apa. Ibu Anna, kepsek, menghela napas.

"Iya, kamu boleh di IPA. Toh, pembagian kelasnya juga masih sementara, mengingat pasti banyak yang ingin pindah jurusan."

"Makasih, ya, Bu!"

Kami meninggalkan ruang kepsek.

"Makasih, ya, Ta, tadi udah nemenin."

"Iya, sama-sama. Makanya lain kali otak jenius, tuh, dipake."

"Siap, komandan!"

NADA NADIku 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang