Epilog

547 43 2
                                    

London, 6 tahun kemudian...

Bukan hal baru bagi (Namakamu) berkutat dengan kertas dan pensil. Selama pindah ke Inggris, Ia menekuni bidang fashion. Dari hasil kerjanya selama 4 tahun, kini Ia mempunyai butik yang lumayan besar.

"Sorry telat, kesiangan." Sosok wanita bunting, muncul dari balik pintu ruang (Namakamu)

(Namakamu) tersenyum melihat tingkah sahabatnya, "Udah sih.. Telat semenit doang" jawabnya terkekeh.

"Iyasihhh" balas Cessie seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal. Kemudian duduk didepan (Namakamu) yang terhubung dengan meja.

"Lagian udah berisi masih aja lembur ngisi." Sindir (Namakamu) tak bisa menahan tawa.

"Jiahh maklum lah, ntar kalo lo nikah rasanya gak pengen bangun dari ranjang, maunya ngisi terus. makanya cepet nikah, biar tau rasanya. Jangan nungguin yang di indonesia mulu, banyak bule nganggur noh." Cessie tak mau kalah mencibir sahabatnya yang sampai saat ini belum ada tanda- tanda untuk menikah. Lalu tertawa melihat ekspresi (Namakamu) yang dibuat- buat.

"Yaudah deh daripada cemberut, kita mulai rapatnya." akhirnya Cessie mengalihkan topik, merasa kasihan melihat raut sahabatnya.

Cessie bekerja di bidang yang sama seperti (Namakamu). Selama pindah ke London, (Namakamu) kembali bertemu dengan sahabatnya yang kebetulan kuliah di universitas yang sama. Sekarang Mereka sedang merencanakan kerjasama launching produk baru yang akan digelar besar- besaran di awal tahun.

"Lo sendirian aja kesini?" Tanya (Namakamu) seraya mencari sesuatu di laci.

"Nggak, bareng suami, dia di luar."

(Namakamu) membulatkan bibirnya sambil mengangguk. Tangannya masih menyusuri isi laci karena tak kunjung mendapatkan berkas yang Ia cari. (Namakamu) menggerutu kesal dan mengecek ulang laci.

"Sebentar." merasa tak menemukan apa-apa, (Namakamu) beranjak dari kursi dan mengayunkan kakinya menuju pintu.

Meski masih pagi, butiknya sudah mulai ramai akan pembeli. Di ujung tempat gaun pernikahan, terlihat seorang perempuan sedang melakukan fitting baju. Hati (Namakamu) kembali terenyuh melihat pemandangan itu. Ia sudah membuat banyak orang tersenyum bahagia dengan gaun pengantin buatannya, tapi na'asnya sampai saat ini (Namakamu) sendiri tidak tahu kapan akan memakai gaun sakral seperti itu. Menyedihkan, bukan?

Setelah efek pemandangan itu hilang, (Namakamu) kembali berniat mencari berkas yang sepertinya dia sendiri lupa menaruhnya di mana. Namun Ia harus mengurungkan niatnya saat punggungnya ditepuk oleh seseorang dari belakang.

(Namakamu) memutar tubuh dan mendapati pegawainya sedang berdiri di belakangnya. "Ya? Ada apa?" Ucapnya dalam bahasa inggris.

"Apa ini sudah lunas? Christin bilang ingin mengambil gaun ini, katanya sudah lunas tapi saya tidak merasa pernah dapat uang dari dia"

(Namakamu) menepuk jidat mengingat sesuatu, "Ohh.. iya kemarin Christin melunasinya langsung padaku, berikan saja." Lalu Ia berjalan hendak ke ruangnya, Ia pikir menghubingi asisten pribadinya akan cukup membantu menemukan berkas yang Ia cari.

Namun lagi- lagi (Namakamu) harus menundanya karena seseorang kembali menepuk bahunya dari belakang, "Shit!" Umpatnya geram, Ia mendengus kesal dan menoleh kebelekang, dan seketika mulutnya terkatup saat mengetahui siapa yang menepuknya barusan.

IDOL KISSWhere stories live. Discover now