Sebelas

380 28 0
                                    

"Sebenernya gue juga cinta sama lo, gue juga sayang sama lo Ald, dulu? yah.. dulu gue memang pernah nolak lo, tapi gue punya alasan tersendiri di balik itu semua, dan setelah tadi lo ngungkapin semuanya, gue jadi tersentuh untuk ngungkapin perasaan gue ke lo, tapi.." (Namakamu) menggantungkan kalimatnya, menghirup oksigen cukup dalam sebelum akhirnya melanjutkan kalimatnya kembali. Dan lihat! gadis itu kembali memperlihatkan kristal- kristal di bola matanya, lantas apa yang membuatnya berkaca- kaca seperti ini?.

"Gue gak bisa jawab sekarang, gue butuh waktu untuk memikirkan itu lagi, gue gak mau grusa- grusu dalam mengambil keputusan" Gadis itu menunduk, di wajah Aldi seakan terdapat sesuatu yang membuatnya tidak ingin untuk menatapnya, (Namakamu) tidak ingin melihat raut muka Aldi, Ia merasa cukup bersalah pada pria itu.

Berbeda dengan Aldi, pria itu justru ingin sekali menatap muka gadis di depannya, "Iya iya, gue gak maksa lo buat jawab ini sekarang kok, lo bebas mau jawab kapan, ini juga bukan pertama kalinya lo harus jawab permintaan dari gue kan?"

(Namakamu) menengadahkan kepalanya sesuai irama suasana yang melow, Aldi benar, ini bukan kali pertamanya Ia mengungkapkan perasaannya kepada (Namakamu), tapi... sangat sulit rasanya jika Ia harus menjawab dengan jawaban yang sama, dulu (Namakamu) sangat gampang mengucapkan kalimat penolakannya, akan tetapi sekarang? Gadis itu sama sekali tak ada niatan untuk mengulanginya lagi, perhatian yang telah Aldi berikan padanya seakan memaksa (Namakamu) untuk tidak mengulangi semuanya, "Gue jawab tepat hari ulang tahun gue deh Ald" Ujarnya.

Aldi hanya membalas dengan sekali anggukan, pertanda menyetujui usulan dari calon gadisnya.

~o0o~

Clek...

"(Namakamu)! dari mana aja lo? ini sudah malam" Iqbaal menyambut kedatangan (Namakamu) dengan sebuah pertanyaan yang biasa diucapkan oleh kebanyakan ibu- ibu rempong.

(Namakamu) melirik jam tangannya untuk memastikan bahwa ucapan Iqbaal tidak benar, "Itu lebih baik, daripada berlama- lama di dalam rumah bersama orang yang sama sekali tak punya hati." Ketusnya seraya melipat angkuh kedua tangannya di perutnya.

"Hm," Iqbaal lebih memilih diam daripada harus menanggapi keangkuhan dari (Namakamu), Ia kembali focus pada buku pelajaran ditangannya.

(Namakamu) mengerlingkan matanya kearah Iqbaal, sebenarnya Ia berharap Iqbaal menanyakan lebih detail atas kepergiannya, tapi sialnya Iqbaal malah membalas tak kalah angkuh darinya.

"Menyebalkan!" Gumam (Namakamu) seraya melangkah menuju kamarnya, Iqbaal tersenyum tipis melihatnya.

~o0o~

Tap... tap.. tap.

(Namakamu) menapakkan kakinya tak berdaya, memposisikan dirinya di depan cermin berukuran besar yang berdekatan dengan kasurnya, "Tidak terlalu buruk" ucapnya menilai penampilannya di depan cermin, lebih tepatnya gadis itu sedang introspeksi diri.

"Apa yang membuatnya tertarik ke gue? padahal jelas- jelas dia tahu kalo gue suka sama Iqbaal, secantik itukah gue di matanya?" Oceh (Namakamu) (lagi), seraya mengerucutkan bibirnya di depan cermin.

Sret..

(Namakamu) membuka resleting tas selempangnya, tangannya mulai merogoh isi tas yang sudah ada dalam pangkuannya, "Hp mana?" Tanyanya sepintas terlihat sedang bertanya pada bayangannya di balik cermin.

Gadis itu berdiri dari duduknya, sepertinya Ia sedang mencari ponselnya.

Clek..

Ia membuka pintu menuju balkon kamar, menurut ingatannya, Ia terakhir meletakkan ponselnya di meja, tapi...

IDOL KISSWhere stories live. Discover now