Delapan

494 29 0
                                    

"(Namakamu)!"

Di tengah panasnya mereka berciuman, tiba- tiba suara seseorang yang sedang menyerukan nama (Namakamu) berhasil membuat Iqbaal melepas lumatannya dari bibir (Namakamu). Mereka terlihat kelelahan dengan adegan ini. (Namakamu), gadis itu cemas saat melihat sosok Aldi berada sekitar 5 meter di depannya. Sekujur tubuhnya tiba- tiba terasa kaku. Tangannya membungkam mulutnya, (Namakamu) bingung harus melakukan apa dan Ia bingung harus beralasan apa pada Aldi supaya tidak ada kesalah pahaman di antara mereka.

"elo?---" (Namakamu) membiarkan kalimatnya menggantung.

Sementara Aldi? pria itu terperanjat saat mengetahui Iqbaal berada di samping (Namakamu). Tentang adegan ciuman antara Iqbaal dan (Namakamu), sebenarnya Aldi tidak melihatnya.

Perlahan Aldi memutar tubuhnya, berusaha untuk menghilang dari (Namakamu).

"Ald!" Teriak (Namakamu) seraya berlari mendekati Aldi.

~o0o~

"Bocah ingusan!." Pria itu menghela nafasnya sebelum terus memarahi seseorang di depannya, "nama baik keluarga papa tercoreng gara- gara kamu, dengar itu!" Suaranya seakan membuat seluruh isi kepala si pendengar ingin keluar.

"Tapi aku cuman satu kali ngelakuin itu pa."

'Plak' Sebuah sentuhan tangan berhasil mendarat kasar di pipi orang yang baru saja membela diri.

"Sekarang satu kali, besok? besok lusa? dan besok- besoknya lagi? harapan papa cuma kamu nak, tapi... arghh" Orang yang menyebut dirinya sebagai papa, menggerutu. Stres. Nama baiknya sebagai kepala sekolah seakan tercoreng karena perilaku anaknya sendiri.

"awas! satu kali lagi papa dengar kamu melakukan itu lagi, papa langsung antar kamu ke pesantren!" Pria itu kembali melontarkan kalimat geramnya, lebih tepatnya ancaman.

Aldi menatap nanar punggung papanya yang setiap detiknya semakin menjauh dan hilang dari sorot bola matanya.

'Arghh' Aldi mengacak- acak kasar rambutnya. frustasi. Bagaimana tidak?. Baru saja Ia mendapatkan bentakan yang pertama kalinya Ia dengar dari bibir papanya sendiri. Orang tua yang meng-anak emaskan dirinya seketika menjadi orang tua yang paling galak baginya.

"Serumit inikah hidup gue?" Gumam Aldi seraya menatap hambar langit- langit rumahnya, berharap tuhan dapat membalas tatapannya tersebut.

Sesekali bola matanya bergeser ke sembarang arah.

"(Namakamu)!" Gumam Aldi, "Ini semua demi elo (Nam...)" lanjutnya lagi, suaranya terdengar parau di telinganya.

Aldi rela melarikan diri dari sekolah hanya karena ingin mempersiapkan surprize valentine untuk (Namakamu). Tapi apa yang Ia dapat? bahagia. tidak. Bukan kebahagiaan yang Aldi dapat melainkan cobaan yang mengharuskan dirinya untuk menahan emosi atas kecemburuan yang Ia dapatkan (lagi). Dan... setelah kemarin Aldi senang karena mendengar (Namakamu) untuk sementara tinggal di samping rumahnya, kini kesenangan itu tak lagi ada pada dirinya ketika mengetahui bahwa (Namakamu) tinggal di rumah pria yang disukainya. Iqbaal. sangat menyakitkan, jika ada kata lain yang lebih dari kata 'sangat' itulah perasaan Aldi yang sesungguhnya.

~o0o~

"Argh lo gila ya baal? gimana kalo tadi Aldi ngeliat kita? main cium orang sembarangan lagi" (Namakamu) menggerutu. Kakinya tak pernah diam mondar mandir di depan Iqbaal.

"Suruh sapa main pergi aja?, lagian lo juga merasa nyaman kan?" Balas Iqbaal seraya mengibas rambutnya.

'Nyaman sih iya, tapi gak di sini juga kali baal.' Batin (Namakamu) berteriak. Memang benar apa kata Iqbaal, (Namakamu) merasa nyaman dengan ciuman panas yang Iqbaal berikan padanya. Tapi (Namakamu) tidak ingin mengatakan itu, Ia harus tetap menjadi gadis yang mempunyai malu.

IDOL KISSWhere stories live. Discover now