Dua belas

401 31 0
                                    

'Aldi? tidak salah ucap kah Salsha?' Batin (Namakamu) bertanya- tanya. Kini ekspresi cemberut telah beralih pada (Namakamu), Ia masih tidak percaya dengan pengakuan Salsha, bagaimana bisa Aldi yang semalam telah menyatakan perasaan cinta padanya tiba- tiba sekarang mengajak Salsha utuk pergi ke toko emas? mungkinkah?

"Dia?" (Namakamu) mengarahkan jari telunjuknya kearah Aldi, berharap ucapan Salsha tidak benar.

"E'mm" Angguk Salsha antusias.

(Namakamu) hanya membulatkan mulutnya seakan berkata 'oh' namun tak terdengar.

~o0o~

(Namakamu) duduk di pojokan kantin seraya menopang dagunya dengan kepalan tangan di atas meja. Kali ini Ia sengaja menyendiri, menatap kosong orang- orang yang berlalu lalang di depannya. Pikirannya masih tergiang oleh pengakuan sahabatnya tadi.

"Tumben sendiri?" Suara yang sudah familier di telinga (Namakamu).

Gadis malang itu menatap pemilik suara tersebut, sama sekali tak ada ekspresi bangga saat Iqbaal berdiri di dekatnya dan menyapanya. Ada apa sebenarnya? apakah (Namakamu) benar- benar tidak memcintainya lagi? apa mungkin hanya karena kesedihannya sehingga otaknya tak dapat menangkap siapa itu Iqbaal?

"Seharusnya gue yang nanya, tumben lo nyapa, biasanya kayak mayat hidup yang bisanya cuma ngatain orang di depan orang banyak" (Namakamu) mengoceh.

"Ck," Iqbaal berdecak kesal. Pria itupun melangkah meninggalkan gadis yang semalam telah Ia ambil second kiss-nya.

"Baal!" Namun gadis itu malah mencegat pergelangan tangan Iqbaal yang tersimpan di saku celananya, lagi- lagi usahanya untuk membalas kecuekan Iqbaal gagal, Iqbaal malah membalasnya dengan decakan yang tak tak kala menyebalkan dari sikap cueknya.

(Namakamu) menarik Iqbaal, tak peduli orang- orang di sekitarnya melihatnya dan mengeluarkan celetukan- celetukan nyelekit untuk dirinya.

"Lo bener- bener ye Baal! Shh!" (Namakamu) greget, rahangnya mengeras saat gigi atas dan bawah-nya saling menempel. Memang tak ada yang bisa mengalahkan sifat cuek Iqbaal di sekolah, sekalipun penderita tuna rungu.

Iqbaal hanya mengangkat bahunya tanpa mengubah posisi tangannya dari dalam saku celananya.

"Please Baal gue gak kuat sama sikap lo ini, sekali- kali gue kek yang cuek, jangan cuma lo doang!" Ucap (Namakamu) melas, "Lo punya penyakit ato syndrom apa sih? kok jadi aneh gini" (Namakamu) menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Seperti biasa pria itu hanya mengangkat bahunya tanpa bersuara.

"Dicari- cari juga, eh malah nongkrong di sini, gue mau traktir lo tau" Suara Salsha memecah keseriusan antara mereka berdua.

"Sorry tadi gue nyelonong aja, habis di kelas sumpek sih." (Namakamu) bersuara, suaranya terdengar tidak sepadadan dengan sifat ceria yang sebelumnya.

'Brugh..' Iqbaal melempar ponselnya kearah (Namakamu), setelah beberapa detik menangkap bola mata (Namakamu) Ia melangkah menjauhi kedua gadis yang tak dapat dipungkiri sebentar lagi akan menjadi ibu- ibu PKK dadakan.

(Namakamu) menatap nanar punggung Iqbaal yang makin jauh, Ia tak mengerti maksud Iqbaal memberikan ponsel padanya. 'Temui gue setelah bel pulang!' (Namakamu) membaca sebuah text di ponsel Iqbaal, Ia mulai mengerti maksud Iqbaal. Pria seperti Iqbaal memang tidak mungkin bercerita panjang lebar di depan teman (Namakamu), tapi apakah tidak ada waktu lagi selain di sekolah, bukannya mereka tinggal serumah?

"Hem" Salsha berdeham kontan membuat (Namakamu) menoleh, "Main dingin- dinginan nih?" Timpalnya.

"Biasalah kayak yang gak tau dia!" Balas (Namakamu) tersenyum.

IDOL KISSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang