Enam belas

388 30 5
                                    

"Gue gak mau perjodohan itu terjadi!" (Namakamu) memotong ucapan Iqbaal.

Iqbaal terperanjat, mulutnya menganga tak percaya, "Maksud lo?" Iqbaal menggeser duduknya mendekati (Namakamu).

(Namakamu) mengangkat kepalanya perlahan dan disertai gelengan yang terasa berat untuk dilakukan, "Gue gak bisa, pokoknya lo harus tolak perjodohan ini"

"Tapi.. tapi bukannya itu yang lo harapkan?"

"Maaf, itu dulu bukan sekarang, gue udah—"

"Ta..tapi buk—"

(Namakamu) menggeleng, tak memberi kesempatan Iqbaal untuk berbicara, "Gue udah punya Aldi, maaf!"

***

Setelah mendengar pengakuan (Namakamu) bahwa gadis itu telah memiliki Aldi sebagai kekasihnya, sosok Iqbaal tidak lagi terlihat oleh (Namakamu). Hari pertama Iqbaal tak terlihat di sekolah (Namakamu) masih tak menghiraukan dan bersikap biasa saja karena niatnya untuk melupakan Iqbaal masih mapan saat itu. Di hari kedua, Iqbaal masih tak terlihat juga Namun (Namakamu) masih bisa bersikap seolah tak peduli. Hingga hari ke empat, ke lima, ke enam dan seterusnya sampai hari ini hari ke-14 Iqbaal masih tak kunjung menampakkan batang hidungnya, awalnya (Namakamu) mengira bahwa Iqbaal sengaja mengurung diri di kelas, perkiraanya itu tentu beralasan mungkin Iqbaal hanya tak mau keluar kelas dan bertemu dengan gadis yang telah membuatnya malu, tapi ingat itu hanya tebakan (Namakamu) saja, gadis bermata sipit tersebut masih tak mengerti sepenuhnya akan alasan Iqbaal menghilang. Namun prediksi tersebut terasa tak benar ketika mengetahui kegiatan osis yang semestinya dikerjakan oleh ketua osis malah digantikan oleh wakilnya. Setahunya menitipkan pekerjaan yang seharusnya menjadi kewajiban diri sendiri kepada orang lain sangat tidak mencerminkan perilaku Iqbaal. Mulai terbesit rasa khawatir di benak (Namakamu).

***
(Namakamu) meraih ponselnya dari atas kasur, memencet beberapa nomor yang masih Ia ingat, lalu Mengangkat ponselnya ke arah telinganya.

'Tutt..... tut.... tut...'

(Namakamu) menghela napas kesal. Ia sangat berharap Iqbaal membalas panggilannya, namun hanya nada sambung yang (Namakamu) dapatkan. Ini pertama kalinya (Namakamu) mencoba menghubungi Iqbaal setelah 2 minggu kepergian Iqbaal. Entah kenapa pikiran (Namakamu) mendadak kacau setelah 2 minggu terakhir. Dering ponsel membuyarkan lamunan (Namakamu). Seutas senyum mengembang beberapa saat sebelum akhirnya senyuman itu lenyap ketika nama yang tertera di layar ponselnya adalah Aldi, padahal yang Ia harapkan saat ini adalah Iqbaal. (Namakamu) menghela napas sebelum mengangkat telphone.

"I-i--ya, Ald?" Jawabnya, sebisa mungkin menyembunyikan suara paraunya.

***
(Namakamu) menatap kosong makanan didepannya seraya memainkan pisau dan garpu diatas piring.

Aldi yang berada di depannya mengernyitkan alis, "kok gak dimakan?" Tanyanya sembari menyesap minuman dihadapannya.

(Namakamu) terperanjat. Sial. Dia melupakan Aldi. "Emh gak papa." (Namakamu) menggeleng dan melahap makanan dari garpunya.

Aldi hanya mengangkat alis dan melanjutkan makannya. Alisnya kembali terangkat saat menatap jemari (Namakamu).

"Cincin yang gue kasih?" Ujarnya mengharap jawaban.

"Eh. Cincinnya gue simpen Ald" jawab (Namakmu) setenang mungkin.

Aldi  termenung menatap (Namakamu) mengharap penjelasan lebih.

"Iya gue simpen tenang  aja lagi"

Aldi hanya mengangguk, tak ingin memperdebatkan. "ngomong omong hubungan lo sama dia gimana?"

IDOL KISSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang