Dua

640 43 0
                                    

"maksudnya?" lirih  masih mendelik ke arah surat --pojok kanan atas-- yang Ia pegang.

"Yaa saya kasih nilai min D untuk suratmu"

"alasannya satu, tulisannya jelek hampir tak terbaca"

"dua, tidak baik menggunakan tinta merah"

"dan tiga, kata- katanya terlalu alay"

"oh ya satu lagi, saya tidak suka surat menyurat, kalau butuh datangi saya langsung!"

'Njleb'

Dada (Namakamu) terasa sesak saat mendengar jawaban cuek dan menyakitkan dari Iqbaal. Dadanya seakan baru saja membentur bongkahan batu besar. Sakit. Jika ada kata yang lebih dari itu, itulah yang (Namakamu) rasakan.

(Namakamu) tertunduk malu, badannya terasa panas dan gerah. Baru saja Ia terbang oleh ketampanan dan kedatangan Iqbaal tiba- tiba Ia dijatuhkan oleh ungkapan Iqbaal yang halus namun menyakitkan, sangat menyakitkan.

'tap... tap... tap'

Suara hentakan sepatu dan lantai semakin menyesakkan bagi (Namakamu), bagaimana tidak, setelah Iqbaal mengutarakan suatu hal yang sangat menyakitkan bagi (Namakamu), kini dengan santainya Ia ber jalan menjahui (Namakamu).

"Biadab!" hardik Aldi yang posisinya sudah berada di samping (Namakamu). Aldi mendengar semua percakapan (Namakamu) dengan Iqbaal, Ia tak terima melihat (Namakamu), orang yang Ia sayangi dipermalukan di depan teman- temannya.

"lo tidak apa apa kan?" Aldi mengguncang lembut bahu (Namakamu), berusaha untuk mendongakkan kepala (Namakamu).

(Namakamu) menengadahkan kepalanya menatap wajah Aldi yang terlihat begitu cemas, "Nggak papa kok Ald, makasih ya" Alibinya, namun apa daya mata (Namakamu) tak bisa berbohong, kebohongannya sangat kentara dimata Aldi, Aldi yakin itu, sebab tak biasanya ekspresi (Namakamu) sekusut ini.

"huh" Aldi menghempas nafasnya cepat, dengan kondisi seperti ini (Namakamu) tak mungkin menjawab jujur pertanyaannya, pikirnya. kini Ia memilih untuk mengejar Iqbaal dan ingin segera menerkamnya.

(Namakamu) memutar tubuhnya 180 derajat, lalu berjalan menuju bangkunya, kepalanya masih tertunduk menahan rasa malunya terhadap teman-temannya.

"hemm kasihan yah"

"aduhh sakitttt"

"aw aw aw"

"sakitnya tuh disini, hahaha"

berbagai ejekan terlontar dari bibir teman- temannya, (Namakamu) hanya tersenyum miring menanggapinya.

'bugh'

(Namakamu) menghempaskan tubuhnya dibangku sekolahnya, kedua sahabatnya menatap iba (Namakamu).

"maaf kan gue ya (nam...) lo jadi gini gara- gara ide gue yang--"

Belum sempat Salsha menyelesaikan ucapannya, (Namakamu) sudah memotongnya, "tidak apa- apa kok, ini salah gue, gara- gara tulisan gue jelek, gara- gara gue bodoh, dan gara- gara gue gak tahu diri semua jadi seperti ini" lirihnya, bibirnya berusaha untuk tersenyum di depan kedua sahabatnya, namun senyumannya terlihat hambar dimata para sahabatnya.

"jangan terus menyalahkan diri elo sendiri (Namakamu), ini juga salah gue, gue udah salah dalam mengutarakan ide gue" Salsha tidak terima (Namakamu) menyalahkan dirinya sendiri, sebab semua ini terjadi atas dasar idenya, Salsha merasa bersalah.

"tidak! kalian tidak bisa menyebut kata 'Gue' dalam setiap masalah yang ada, gunakanlah kata 'Kita ', karena siapapun diantara kita yang salah, tetaplah kita yang salah, selalu ingat Visi persahabatan yang dulu kita buat, satu sakit semua sakit." Semburan kata bijak dan memotivasi itu bersumber dari bibir Cessie.

IDOL KISSWhere stories live. Discover now