BAB 45 (Fakta pahit)

1.1K 65 6
                                    

Shila tidak mengerti kenapa Adam justru memberikan alamat hotel beserta nomor kamar kepadanya, ada perasaan yang bergejolak di dadanya, mengingat ia akan segera menemui laki-laki yang amat sangat dinantikannya, dengan tenang Shila mencoba mengatur nafas dan berjalan menuju nomor kamar yang Adam berikan padanya, dan Adam bahkan tidak mengantarkannya karena ada urusan.

Shila terus melangkah seraya menyusuri lorong demi lorong untuk menemukan kamar nomor 207. Dan sesampainya di depan kamar bernomor 207 itulah Shila terdiam, tak tau apakah ia siap atau tidak untuk melihat kembali sosok yang selama ini ia tunggu, entah Levin mau menerima kehadirannya atau tidak, Shila tak peduli. Shila cuma ingin melihat iris mata cokelat laki-laki itu, melihat senyuman itu dan semua hal yang membuatnya sangat merindukan sosok itu.

Baru saja ia menghirup nafas dalam untuk melawan gugup sekaligus perasaan bahagia di hatinya dan memantapkan tekad untuk mengetuk pintu kamar itu, tiba-tiba pintu terbuka lebar dan menunjukkan sosok perempuan.

"Shila...?" Perempuan itu, Azura terkejut melihat kehadiran Shila.

"Zu...."

"Siapa Zu?" Seorang laki-laki menyusul dari belakang seraya merangkul leher Zura.

Kehadiran sosok itu membuat Shila termanggu, seketika seluruh tubuhnya terasa lemas tak bertulang, tapi dia tetap diam membeku di tempat sambil menatap setiap jengkal pahatan wajah seseorang yang telah lama ia cari.

orang itu masih hidup, dia masih hidup, bisa berdiri, bahkan berjalan dan....

Merangkul Azura.

"Levin?" Ucap Shila dengan nada bergetar. Rasanya Shila seperti bermimpi, lidahnya kelu tak tau harus berkata apa. Ia melihat Levin, iya Levin pacarnya yang hilang 5 tahun yang lalu, 5 tahun itu waktu yang sangat lama, waktu yang dapat merubah banyak hal, waktu yang bisa membuat dunia jungkir balik dan waktu itu, Levin pergi dalam keadaan tak sadar, tanpa sepatah katapun.

Sesaat keadaan menjadi awkward.

"Iya?" Tanya Levin yang justru menunjukkan ekspresi bingung.

"Ehmm Vin... ini Shila, lo masih inget kan?" Tanya Azura, seolah-olah ia lebih kenal Shila dibanding Levin, seolah-olah Levin lupa, seolah-olah Shila orang asing untuk Levin.

"Shila?" Tanya Levin bingung.
Shila sedikit kaget saat mengetahui Levin tampak tidak mengenalinya.

"Ap... apa kabar Vin?" Shila tak dapat mengalihkan pandangannya dari laki-laki itu, matanya menatap lekat wajah Levin, rasanya ia ingin menghambur ke pelukan laki-laki itu, tapi Shila harus tahu diri. 5 tahun mungkin sudah mengubah Levin, 5 tahun mungkin sudah membuat Levin melupakannya, karena apa yang Shila lihat kali ini lebih dari cukup untuk menjelaskan kalau laki-laki itu dan perempuan di sebelahnya.

"Baik" jawab Levin santai, tapi masih sedikit bingung sambil menatap Zura seolah butuh penjelasan.

Apa Levin amnesia?

"Ehmm Shil, gue sama Levin mau pergi buat nyiapin acara ...."

Kring kring kring

omongan Zura terpotong karena dering ponsel Levin, laki-laki itu pamit untuk berjalan lebih dulu seraya menjawab panggilan di ponselnya. Shila hanya bisa menatap lekat kepergian Levin dengan mata berkaca-kaca.

"Shil, gue...." Zura menggantung ucapannya, sementara Shila masih menatap lekat tembok yang menelan tubuh jangkung Levin. Sakit rasanya, ketika orang yang sangat ia rindukan bahkan menganggap kehadirannya seperti angin lalu atau bahkan serpihan debu.

"Gue sama Levin mau tunangan besok lusa Shil, gue... gue ke sini jemput Levin tadi..." jelas Zura dengan kikuk dan merasa tak enak pada Shila.

"Tunangan? Jadi lo ... bukan kak Adam?" Tanya Shila tersengal dan tercekat seketika.
Zura hanya mengangguk sendu.

TURNS LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang