BAB 34

1.3K 83 3
                                    


"Sekali aja Vin" Zura menatap sendu laki-laki yang terbaring di depannya itu. Sementara yang di tatap hanya terdiam dan tak acuh.

"Sekali aja lo liat ke arah gue! Sekali aja lo liat gue lebih dari sahabat kayak dulu lagi? Apa susahnya Vin?"

Levin tersentak, tak percaya mendengar Zura mengatakan itu, memintanya menganggap perempuan itu lebih dari sahabat. Levin bukan tak tau kalau perasaan Zura sudah berubah , karena hal itu pernah menjadi harapan besar Levin, saat dirinya masih mengejar Zura sementara yang di kejar seperti tak peduli.

"Telat"

Satu kata yang keluar dari bibir Levin yang saat ini menggeser-geser menu di ponselnya tanpa tujuan.

"Telat?" Sementara Zura dengan seriusnya mengharapkan jawaban Levin.

"Telat kalo lo ngomong gitu sekarang!"

"Kenapa? Kenapa telat? Gue... gue udah nyakitin lo banget ya Vin?"

"Justru lo udah nyadarin gue!" Levin menatap Zura intens, membuat perempuan itu menegang.
"Lo udah nyadarin gue kalau kita emang cocoknya sahabatan Zu, gue nyoba buat beralih dari lo, dan semua itu di permudah setelah gue tau lo sama Leo, saat itu juga, secara perlahan gue bisa nerima semuanya! Kita emang lebih baik jadi sahabat"

"Vin, gue cinta sama lo, semenjak Leo bilang kalau lo suka sama gue, gue ninggalin dia semua buat lo, tapi gue nggak pernah berani buat bilang__" air mata Zura mulai turun secara perlahan.

"Dan semenjak lo sama Leo, perasaan gue udah hilang Zu, kenapa sekarang lo jadi egois gini?"

"Tapi Vin__"

"Lo juga udah manfaatin Adam, lo udah mainin dia, dulu lo ninggalin Leo dan sekarang Adam, apa alesannya karena gue? Ckhh" Levin terkekeh masam.

"Jangan benci gue Vin, gue emang terlambat... ta ta pi" Azura menangis hingga tersengal.

Levin menurunkan kakinya ke lantai menghadap Zura yang tak mampu mengendalikan kesedihannya.

"Gue nggak benci sama lo, gue pengen lo nentuin pilihan sesuai kata hati, bukan sesuai ego, gue juga nggak bermaksud nyakitin lo, karena nyatanya perasaan gue udah bukan buat lo lagi Zu"

"Gi..gim..gimana sa..ma pe..rasaa g..ue" wajah Zura sudah memerah mendengar perkataan Levin karena intensitas air matanya yang tak kunjung mereda. Belum lagi egonya yang juga tak bisa ia kendalikan.

Dengan perlahan Levin menarik tubuh perempuan itu ke pelukannya.

"Semenjak gue kenal sama lo, bokap lo bilang ke gue buat jagain lo, itu artinya, gue juga nggak boleh bikin lo nangis. Tapi sekarang gue ngerasa gagal, gue ngerasa udah nyakitin lo, karena bikin air mata lo jatuh kayak gini Zu"
Levin mengusap-usap rambut belakang perempuan yang kini menungkupkan wajah di dada Levin. Tak ada respon dari Zura selain memeluk erat pinggang Levin sambil menumpahkan kesedihan dan penyesalannya.

"Maafin gue Zu" ucap Levin lembut.

***

Shila baru saja memasuki ruang perawatan Levin beriringan dengan Adam, ada yang aneh denga hati Shila, rasanya ngilu di luar kendali mungkin alasannya karena melihat cowok yang sejujurnya sangat ia khawatirkan itu kini tengah memeluk seorang cewek. Bahkan keduanya sama sekali tak menyadari kehadiran Shila dan Adam. Bukan hanya Shila yang merasakan sakit itu, namun cowok di sebelahnyapun ikut merasakan sakit.

Cukup lama ia berdiri namun Levin dan Zura masih nyaman dengan posisinya, hingga tanpa Shila merasa bahwa dirinya akan merasa tidak nyaman kalau harus terus menjadi penonton adegan di depannya itu.

TURNS LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang