BAB 39 (Reason)

1.4K 82 3
                                    


Tak ada hal yang membuat Levin tertarik dari pelajaran yang di jelaskan guru di depan. Bahkan setiap ocehan pak Mulyadi ,guru geografinya, justru mengingatkan Levin pada kemarahan Shila pagi tadi yang lagi-lagi membuat rasa sesak di dadanya.
Ya tentu saja sejak Levin menginjakkan kakinya di sekolah, ia berusaha mencari keberadaan Shila, ke kelas dan beberapa tempat. Namun gadis itu tak kunjung di temuinya, Levin bahkan mengira bahwa Shila memiliki sudut rahasia di sekolah, di mana ia bisa bersembunyi apabila ada sesuatu yang mencarinya. Tapi itu tidak mungkin, memangnya Shila akan bersembunyi dari siapa? Levin, iya, itupun baru terjadi hari ini saat di sekolah. Dan kalaupun sudut itu ada, kemungkinan adalah toilet, jelas Shila tidak mungkin akan berlama-lama di toilet.

"Iya Levin, kamu baca penjelasan fenomena Antrofosfer dengan keras"
Levin tersadar dari lamunannya saat satu suara menyebutkan namanya dan memintanya untuk membacakan materi pelajaran, orang itu tentu saja pak Mulyadi, dan sontak Levin langsung membuka-buka buku cetaknya serta mulutnya komat kamit bertanya pada Farhan "halaman berapa?" tanyanya seraya menyikut farhan, sementara Farhan yang sedikit budeg itu justru menatap Levin bertanya-tanya.
"Apaan?" tanya Farhan.
"HALAMAN BERAPA BEGO?" sentak Levin membuat seisi kelas kini benar-benar menoleh ke arahnya di tambah dengan tatapan tajam pak Mulyadi.

"LEVIN!" Panggil pak Mulyadi dengan nada kesal.

"Kamu ini ya! Sudah dari tadi melamun terus! Di suruh baca malah berantem sama Farhan. Cepet baca! Farhan kasih tau!"

Farhan mengangguk kemudian tersenyum prihatin kepada Levin.

"Maaf pak" ucapnya yang kemudian mendapat bisikan dari Farhan mengenai halaman yang harus di baca Levin.

***

Levin berjalan dengan yakin tujuan utamanya yaitu kelas Shila, Ia berharap dapat menemukan perempuan itu di sana dan mencoba menjelaskan kesalah pahaman mereka. Namun baru saja Levin nyaris sampai di dekat pintu kelas Shila,langkahnya terhenti ketika melihat dua orang yang membuat jantungnya terasa meledak. Adam dan Shila, namun bukan itu masalahnya, bukan karena mereka sedang berdua, melainkan sebuah tindakan kecil Adam yang mampu membuat Levin ingin menarik sosok perempuan yang rambutnya di acak lalu di rapikan lagi oleh pelakunya. Iya tentu saja Adam, Adam yang mengacak rambut Shila dan merapikan rambut perempuan itu dengan kedua tangannya.

***

Jam istirahat baru di mulai dan Shila dengan sigap segera meraih paper bag yang sedari tadi ia letakkan di samping kursinya dan kini beranjak untuk menemui si empunya barang yang ada di dalam paper bag tersebut.

Baru saja ia melangkahkan kaki sampai depan pintu kelas, ternyata Adam sudah berada tepat di ambang pintu dan dengan sigap sebelum menghalangi jalan teman-teman kelas Shila mereka akhirnya bergeser ke samping.

"Baru aja aku mau anterin ini ke kelas kakak"

"Ah nggak usah lah, gue ambil aja, kan gue juga udah bilang tadi di Line" jawab Adam seraya menyambut tali paper bag yang berisikan jaket miliknya.

"Haha, iya deh, tapi makasih loh kak"

"Sip.. eh Shil ini apaan?" Adam mengacak rambut Shila yang di jatuhi beberapa potongan kertas kecil.

"Kenapa kak?" Tanya Shila ketika Adam sedang mengacak rambutnya.

"Ada kertas kecil-kecil gitu, bulet-bulet" jawab Adam yang saat ini berganti sedang merapikan rambut Shila setelah semua kertas hilang.

"Ohhh itu tadi kertas buat tugas prakarya kak, tuh di dalem masih pada di bersihin hehe" cengir Shila seraya menengok ke dalam kelas yang saat ini sedang di sapu oleh teman-temannya.

"Ohhh, yaudah deh kalo gitu gue balik dulu ya, thanks jaketnya udah di cuciin, dikeringn lagi.... Cepet juga cuma semalem" Adam mengangkat paper bag di tangannya.

TURNS LOVEWhere stories live. Discover now