(09) Keakraban

862 68 4
                                    

Kediaman Frankeinstein cukup ramai. Setelah Reynald, Raizel, Frankeinstein dan Leonardo tiba di rumah Frankeinstein. Tao dan yang lainnya sudah ada dirumah. Mereka semua menanti kedatangan Reynald, Raizel, Frankeinstein dan Leonardo.

"kalian sudah disini rupanya" sapa Frankeinstein.

"Kami ingin tau siapa laki-laki itu tuan Frankeinstein" kata Regis penasaran.

"Wah, aku tidak menyangka akan bertemu para bangsawan lagi" kata Leonardo dengan menampilkan nada sinisnya.

Semua yang mendengar nada sinis Leonardo menatapnya aneh dan penasaran.

"Em, maaf tuan Leonardo. apakah tuan juga bagian dari keluarga bangsawan?" Tanya Tao penasaran.

"Cih, aku tidak akan mau di samakan dengan para bangsawan seperti yang kalian maksudkan" kata Leonardo masih dengan nada tidak suka.

Rael dan Regis merasa tersinggung dengan ucapan Leonardo.
"Hei, Apa maksudmu?" Teriak Rael marah.

"Siapa kau sebenarnya? Bahkan kau tidak ada apa-apanya dengan kaum kami" Regis menambahi perkataan Rael seakan ingin menyerang Leonardo.

Leonardo menyeringai. Tiba-tiba tekanan udara disekeliling mereka meningkat, aura yang mencekam memenuhi ruangan.
"Jadi, kalian ingin menantangku? Akan aku terima dan akan kuhancurkan kalian" Leonardo berkata dengan seringaian jahatnya.

"Leonardo, tenanglah" Kata Reynald yang duduk di kursi tamu tanpa terganggu akan aura yang dikeluarkan Leonardo.

setelah perkataan Reynald meminta Leonardo untuk tenang, suasana yang mencekam tadi secara cepat kembali seperti semula.
"Ya, master" kata Leonardo seraya membungkuk.

Ruangan kembali sunyi, masing-masing dari mereka berkutat dengan pikiran mereka masing-masing. mereka tidak menyangka kalau akan bertemu dengan orang seperti Frankeinstein.

"Sepertinya kau sangat membenci para bangsawan" kata Frankeinstein.

"Ya, sangat membencinya. Kalau bukan karena master, aku sudah menghancurkan mereka" kata Leonard berapi-api.

Kenapa semua pelayan para Noblesse berambisi untuk menghancurkan kaum bangsawan? Batin mereka.
Semua yang berada d ruangan, (kecuali Frankeinstein dan Leonard) menatap Reynald dan Raizel bergantian.

"Kenapa?" Tanya Frankeinstein penasaran.

"selain karena mereka memiliki urusan pribadi denganku, mereka juga berani ingin menghancurkan master" Leonardo menahan amarahnya, mengingat perbuatan kaum bangsawan terdahulu terhadap master tersayangnya.

Semuanya tersentak kaget mendengar perkataan Leonardo, tak terkecuali dengan Raizel. Mereka menatap Reynald dengan penuh tanya.

Reynald masih dengan tenang meminum teh yang dihidangkan oleh Frankeinstein.

"Apa maksud ucapanmu Leonardo?" Tanya Raizel sambil melirik kakaknya, raut wajahnya yang penuh tanya tersirat perasaan cemas.

"saya tidak berhak untuk menjelaskannya tuan Raizel, maafkan saya" kata Leonardo seraya membungkuk.

"Kakak" Raizel menatap kakaknya menuntut penjelasan.

Reynald meletakkan cangkir tehnya dan menghela nafas berat. Ia belum bisa menceritakan kisah masa lalunya, mereka belum siap, ia sendiri juga belum siap.
Reynald menatap Raizel, "maafkan aku, tapi belum saatnya Raizel" kata Reynald sendu.

Raizel kecewa, ia semakin penasaran dan keingintahuannya kian besar. Ia berpikir, apakah ini ada kaitan dengan pertarungan mereka dulu?
"Haahh, baiklah" ucap Raizel.

I'm Sorry brother (Another Story From NOBLESSE)Where stories live. Discover now