(08) Master (bagian 2)

532 53 1
                                    

Cuplikan yang lalu

Leonardo langsung berjalan mendekat ke Reynald dan berlutut

"Master"

~~~~~~~~~~~~~~

Reynald menatap Leonardo yang berlutut dihadapannya. Ia tak menyangka akan bertemu dengan Leonardo, pelayan setianya yang telah membuat perjanjian darah dengannya ada dihadapannya.

"Master, apakah kau baik-baik saja?" Tanya Leonardo.

Sebelum Reynald sempat menjawab, tiba-tiba Tao memotong percakapan diantara mereka.
"Ah, Reynald lagi main raja-rajaan yaa, ahahaha"

Mendengar perkataan Tao, Leonardo dan Reynald menyadari banyak tatapan yang mengarah mereka. Apalagi posisi Leonardo yang berlutut dihadapan Reynald.

"Bangunlah Leonardo" perintah Reynald.

Setelahnya Reynald berjalan meninggalkan panti diikuti oleh Raizel dan Frankeinstein. Tao dan yang lainnya diperintahkan oleh Frankeinstein untuk tetap tinggal di panti.

*
*

"Tuan, bagaimana keadaanmu?" tanya Leonardo. Saat ini Reynald dan yang lainnya ada di atas sebuah gedung ditengah kota.

"Aku baik" jawab Reynald. "Apa kau masih menungguku?" Tanya Reynald.

"Selalu, master" Leonardo membungkuk hormat krpada Reynald.

Mendengar jawaban Leonardo Reynald merasa sedikit senang, namun tak memungkiri kalau hatinya juga merasa sedih. Ia merasa tak adil dengan apa yang dia lakukan pada Leonardo.

Flashback on

Hari dimana sebelum pertarungan Reynald dan Raizel dimulai.

Dikediaman Reynald disebuah mansion bagian dari Lukedonia.

"Perang besar akan terjadi, para penghianat telah bergerak, aku harus segera mengambil tindakan" kata Reynald menerawang jauh keluar jendela.

"Master, apa yang harus saya lakukan?" Tanya Leonardo yang berada dibelakang Reynald.

"Leonardo, kau tau kalau aku sangat menyayangi adikku. Apapun akan aku lakukan untuk melindunginya. Dan kau pun tau kalau kau juga bagian dari diriku, karena itu, aku tak ingin kau terseret dalam masalahku" Reynald memandang keluar jendela menatap jauh dengan gelisah.

"Master, apa yang anda ingin sampaikan?" Leonardo terlihat gelisah mendengar perketaan Reynald.

"Aku ingin kau pergi Leonardo" kata Reynald.

"Tidak master, saya tidak bisa meninggalkan anda" Leonardo terkejut atas permintaan Reynald.

"Ya, kau harus" tegas Reynald.

"Maafkan saya master, kali ini saya tidak dapat memenuhi permintaan anda" Leonardo berlutut menundukkan kepala.

Reynald menghela nafas berat, dia tau kalau hal ini pasti akan terjadi. Bila ia tidak melakukan sesuatu, maka Leonardo tidak akan mau memenuhi permintaannya.

"Baiklah Leonardo, kau yang membuat aku melakukan ini. Leonardo, kuperintahkan kau untuk pergi kedunia manusia, dan tunggulah kedatanganku disana, apabila aku tidak datang kehadapanmu, maka kau tidak aku perkenankan untuk kembali ke Lukedonia. Ini perintahku, Mastermu yang telah melakukan perjanjian darah denganmu"

Darah Leonardo mengalir deras, hati dan pikirannya menolak perintah masternya. Tapi, tubuhnya tidak bisa. Perjanjian darah itu membuat dirinya tidak bisa mengabaikan perintah Masternya, dengan sedih dan lirih dia menyutujui perintah masternya
"Ya master, saya akan pergi dan menunggu anda"

Reynald menghela nafas sedih, kemudian dia menghadap ke arah Leonardo dan memberikan sebuah bandul kalung yang terlihat tak sempurna, karena sebagian kesempurnaan bandul tersebut di miliki Raizel adiknya. Bandul tersebut adalah kalung keluarga yang diturunkan secara temurun kepada keluarganya.

"Jagalah kalung ini, bila kau belum bertemu denganku, namun kau bertemu dengan adikku, maka berikanlah kalung ini kepadanya. Dan katakan padanya kalau aku meminta maaf dan aku menyayanginya" kata Reynald sedih.

reynald memejamkan matanya menguatkan hatinya. ia harus melakukannya agar ia tidak kehilangan orang-orang yang disayanginya.

sedangkan Leonardo, masih berlutut, enggan beranjak dari hadapan tuannya. Hatinya sakit karena akan berpisah dengan tuannya.

walau terasa berat, setitik rasa lega akan sebuah harapan menjadi penguat hatinya, setidaknya Leonardo memiliki harapan akan bertemu kembali dengan masternya.

Flashback off

"Master, saya-" Leonardo tidak bisa melanjutkan perkataannya, wajahnya menunduk. Hatinya terlalu senang karena bertemu dengan tuannya hingga tak mampu berkata-kata lagi.

Reynald menatap Leonardo, hati kecilnya merasa senang dapat bertemu dengan pelayan setianya.

"Eheemm" deheman Frankeinstein menghentikan suasana canggung yang terjadi.

Reynald dan Leonard menatap Frankeinstein.
"Jadi, apakah orang ini yang membuat perjanjian dengan anda tuan Reynald?" Tanya Frankeinstein.

"Ya" kata Reynald.

Leonardo melihat Raizel yang melihatnya dengan tatapan datarnya.

"Salam tuan Raizel, apa kabar anda?" Tanya Leonardo.

"Baik" jawab Raizel singkat. Leonardo tersenyum mendengar jawaban Raizel, ternyata adik masternya masih sama seperti dulu.

"Master, bagai-" ucapan Leonardo langsung d potong oleh Reynald.

"Nanti Leonardo, nanti akan aku jelaskan" kata Reynald.

"Baik master" kata Leonardo.

Raizel merasa Reynald menyembunyikan sesuatu darinya. Ia pun menatap kakaknya penuh tanya.
"Kakak, apakah kau menyembunyikan sesuatu dariku?" Tanya Raizel.

Reynald menatap Raizel lama, "belum saatnya Raizel"

Raizel menatap kakaknya dalam, karena ia tak kan mendapat jawaban yang dia inginkan, akhirnya ia menghela nafas panjang.

Suasana kembali sunyi, masing-masing bergelut dalam pikirannya masing-masing.

"Master, apakah kau sekarang tinggal bersama tuan Raizel?" Tanya Leonardo penasaran.

"Ya"

"Tuan Reynald, bagaimana kalau kita pulang saja dan berbincang di rumah?" frankeinstein menawarkan rumahnya sebagai tempat untuk berbicara.

Awalnya Leonardo tidak setuju, karena bagaimanapun juga ia memiliki tempat tinggal yang dia khususkan untuk masternya. Namun, karena keinginan Raizel, akhirnya mereka berakhir di kediaman Frankeinstein.
.
.
.
.
TBC

selamat membaca,
:)

-devatiara-

I'm Sorry brother (Another Story From NOBLESSE)Where stories live. Discover now