Unexpected Life - PART 44 - EPILOG (Revisi)

Start from the beginning
                                    

   "Yeah, jangan lupa janjimu Lou," Feli tertawa. Aku ingat pernah berjanji pada kedua wanita ini, jika aku mendapatkan Shelly, maka aku akan membebaskan mereka dari iuran bulanan apartemen.

    Setelah kembali dari airport, aku sedikit gugup ingin naik ke atas. Dalam hati aku bertanya-tanya, apa dia sudah bangun dan menyadari aku tidak ada? Sedang apa dirinya saat ini? Sedihkah dia?

   Tanganku terasa dingin. Sementara Feli dan Angel menunggu di bawah, aku naik ke atas. Saat aku membuka pintu apartemen, tidak terlihat dirinya dan kulihat pintu kamarnya sudah terbuka. Aku berjalan mengendap-endap tanpa suara kearah kamarnya namun tidak ada dirinya.

    Kakiku melangkah maju lagi melihat ke dalam kamarku, ternyata ia disana sedang berjongkok mencari sesuatu. Ah, mungkin kertas ini. Ia pasti berpikir aku sudah pergi. Jadwalku memang seharusnya jam 08.00 pagi.

   Aku mengumpulkan keberanian untuk menyapanya, "apa kau mencari ini?"

   Tubuhnya menegang, mungkin karena terkejut. Setelah itu kulihat ia berdiri dan berbalik. Terlihat bekas airmata di wajahnya dan kedua matanya yang sembab. Aku tersenyum menatapnya yang masih berdiri kaku.

   Perlahan aku melangkah maju mendekati dirinya dan mengusap sisa airmatanya. Kurengkuh tubuhnya dan kupeluk dia, "I'm back," bisikku.

      Shelly berusaha melepaskan dirinya dari pelukanku, namun kutahan. Aku tahu apa yang akan dia lakukan. "Kau membohongiku? Kau tidak pergi?" ucapnya. Aku bisa merasakan sedikit kemarahan dalam nadanya.

    "Aku akan pergi, namun secarik kertas ini membuatku tak kuasa untuk pergi," aku memasukkan sedikit nada melo didalamnya. Dalam hati aku ingin sedikit tertawa, namun aku tidak ingin merusak suasana.

      "Bohong."

   Aku menjauhkan sedikit tubuhku untuk menatapnya, "tidak. Aku tidak berbohong padamu. Aku memang akan pergi tadinya, namun kau menahanku. Ingat yang kukatakan, jika kau memintaku untuk tidak pergi, maka aku akan tetap disini."

  Aku memeluknya kembali, membuat Shelly kembali mengalirkan airmatanya dan menangis lebih kencang. "Sshh, jangan menangis lagi. Maafkan aku membuatmu bersedih."

  Sambil menangis, ia bertanya, "lalu kemana kau tadi pagi?"

  "Aku pergi ke airport, untuk membatalkan tiket penerbanganku dan menggantinya dengan jadwal lain."

   Tangannya mendorong tubuhku menjauh, "jadi kau tetap akan pergi?" wajahnya terlihat terkejut.

    "Ya, aku tetap akan pergi ..." Belum selesai aku berbicara, Shelly memotongku dengan nada lebih keras, "kau tetap akan pergi???"

    "Calm down, aku akan kembali. Aku hanya mengunjungi kakekku yang sakit di London."

    Kini, Shelly semakin terkejut, "jadi dari awal kau memang tidak berniat pergi selamanya?"

    Damn! Secepat itu ia bisa menebak. Aku melupakan kondisi dimana Shelly bisa lebih pintar jika ia sedang marah. "Ber – berniat, aku memang berniat pergi jika kau menolakku," jawabku gugup. Tidak menjawab jujur untuk saat ini adalah pilihan terbaik dan kuharap ia percaya.

    Shelly masih menatapku sambil mengerutkan dahinya, aku menyadari apa yang dikatakan ayahku tentang ibuku selama ini, 'wanita yang sedang marah terlihat lebih menggemaskan sekaligus menyeramkan dari seekor singa', dan itu memang benar adanya.

      "Jam berapa kau pergi?" tiba-tiba ia menanyakan hal yang membuatku terkejut, kukira ia akan menolak jawabanku. Aku tahu ia masih tidak percaya padaku, hanya saja apa yang membuatnya berubah pikiran?

   "Jam empat sore. Kau mau ikut?"

   "Tidak. Aku tidak bisa. Kapan kau akan kembali?"

      "Minggu depan." Aku kembali mendekatinya dan mengusap kepalanya. "Kau tidak perlu takut, aku akan kembali kesini, kembali padamu." Kudekatkan keningnya pada bibirku.

      Tubuhnya sudah lebih rileks dari sebelumnya. Saat aku ingin mengecup bibirnya, ia menjauh membuatku bingung, dia menolakku?

      Kemudian wajahnya tersipu malu, "Eum, aku belum mandi." Segera ia berlari keluar dari kamarku membuatku tertawa lepas.

   Wanitaku selalu membuatku bahagia.

   Wanitaku? Ya, wanitaku.

- The End -



Hore!!!! End!!!!
cuma gitu aja? iya segitu aja deh.
yang penting kan endingnya dah tahu mereka sama-sama.
hihihi.
awalnya cuma mau buat 20 part, ga taunya bisa sampe 45 part. lumayan juga yak ngawurnya.

thanks readers baik yang silent maupun yang active. thanks bgt sudah mau baca cerita abal-abal ini. thanks buat teman-temanku yang sudah bantu buat cerita ini, bagi yang support juga.

last but not least, i love you all.

It's time to say goodbye to LouLy and friends.
see you!!!

R.V

Unexpected Life [COMPLETED]Where stories live. Discover now