Unexpected Love - Part 30 (Revisi)

2.1K 144 1
                                    

Aku memencet bel berulang kali dengan seluruh tubuh gemetar. Gara-gara Ed menarikku, aku lupa membawa kunci, dompet dan ponsel. Aku bahkan meminjam uang satpam untuk membayar taksi.

        Sialan!

       Louis sedang pergi sampai saat ini belum pulang.

      Double sialan!

        Aku kehujanan dan seluruh tubuhku basah.

        Triple sialan!

         Aku berjongkok di depan pintu. Memeluk erat kakiku mencari kehangatan dibalik pelukanku. Beberapa kali aku meniupkan udara ke kedua tanganku dan menggosokkannya.

        Jam berapa ini, kemana Louis.

        Aku tidak bisa mendapatkan kunci cadangan karena apartemen ini bukan atas namaku.

***
3RD POV.

"Siapa wanita itu?"

         Louis menajamkan penglihatannya. "Shelly?" Louis berlari mendekati Mita yang sedang berjongkok sambil gemetar. Beberapa kali Louis mengguncang tubuhnya tapi tidak mendapatkan respon. "Dia demam Lou," ucap wanita yang berdiri di samping Louis memegang kening Mita.

        "Mom, buka pintunya." Louis menyerahkan kunci pada ibunya dan ia menggendong Mita menuju kamarnya.

       "Dia pasti sudah lama menunggu, pakaiannya sudah mengering tapi rambutnya masih basah," ucap ibu Lou.

       "Apa yang terjadi?" gumam Louis dengan sedih.

       "Biar mom mengganti pakaiannya, kau siapkan kompres untuknya."

END POV.

***

Aku mencoba bangun dengan kepala berdenyut.

      Deja vu.

       Aku mengerjapkan mataku berkali-kali sampai bisa menyesuaikan dengan cahaya kamarku. "Anda siapa?" Aku menatap seorang wanita paruh baya yang sedang menatapku juga.

      "Aku ibu Louis." Ia tersenyum penuh keibuan. Aku hanya diam menatapnya. Ibu Louis? Sejak kapan? Aku memegang keningku, dingin. Tiba-tiba aku teringat.

        "Kau ingat sesuatu? Kau kehujanan tadi. Louis mencemaskanmu," jelasnya.

        "Terima kasih," hanya itu yang bisa kuucapkan.

         "Mom, apa ...." Louis membuka pintu kamarku. "Shelly, kau sudah sadar?" Lalu berjalan mendekat dan ibunya melangkah keluar. "Ia harus minum obat lagi untuk malam ini. Aku akan menyiapkan bubur."

         "Hey, kau masih merasa pusing?" aku merasakan tangan hangatnya menyentuh keningku. "Apa yang terjadi? Apa yang kalian bicarakan?"tanyanya lagi.

        Bagaimana ia bisa tahu?

       "Dia meneleponku menanyakan apakah kau sudah tiba atau belum." Louis menjawab seolah bisa menebak apa yang kupikirkan.

        Aku memejamkan mataku untuk menghilangkan rasa berdenyut di kepalaku. Berapa lama aku menunggu kemarin? Tubuhku masih merasa kedinginan. Gigiku gemeletuk. Aku bisa merasakan bibirku kering dan pecah-pecah.

       "Kau harus meminum obatmu sekarang. Ibuku sudah memeriksamu kemarin. Kau tidak tahu betapa cemasnya aku melihat kau kemarin di depan pintu." Aku membuka mataku melihat matanya. Sebuah kecemasan tersirat di wajahnya.

          Kau sudah tahu bahwa Lou menyukaimu kan? Kau pasti mengetahuinya sejak lama. Aku tidak akan bisa menaruh kepercayaanku sepenuhnya padamu kalau kau masih tinggal satu atap dengan seseorang yang menyimpan perasaan padamu! Kata-kata Edward terngiang di otakku.

         "Apa? Kau membutuhkan sesuatu?" Louis semakin menatapku cemas. Aku menggelengkan kepalaku.

***

Aku berjalan keluar kamar dan menemukan Ibu Louis sedang sibuk di dapur. "Morning Mrs.Carter. Ada yang bisa kubantu?" dia menoleh dan tersenyum padaku.

       "Morning Mita. Kau sudah lebih baik? Panggil aku Ellie."

      Aku mengangguk. "Terima kasih atas bantuannya juga buburnya." Ellie memutuskan untuk bermalam beberapa hari setelah melihat keadaanku. Aku tersentuh dengan sikapnya yang ramah dan tenang.

          Kuarahkan pandangan ke sekitar, mencari dimana keberadaan Louis sekaligus mengucapkan terima kasih padanya.  "Lou belum bangun, semalaman ia tertidur di sofa menunggu siapa tahu kau membutuhkan bantuan," sahut Ellie mengetahui aku mencari putranya.

           Menungguku? Untuk apa? Kata-kata Ed kembali hadir di kepalaku. "Eum... dia tidak seharusnya melakukan itu," gumamku.

        "Duduk dan sarapanlah." Aku menurutinya. "Semalam kau bermimpi buruk, aku tidak tahu apa yang kau mimpikan. Kau berteriak kepanasan seolah-olah kau terbakar," Aku bisa melihat wajah khawatir Ellie saat menceritakan bagian yang tak kuingat.

          Aku mengerutkan dahiku, benarkah? Aku tidak pernah bermimpi seperti itu sebelumnya.

         "Mungkin pengaruh demammu. Tidak perlu khawatir."

***

Berbicara dengan Ellie bukan hal buruk, ia orang menyenangkan mungkin karena profesinya seorang dokter. Kami membicarakan banyak hal terutama tentang Louis. "Aku tidak bisa mempunyai anak lagi setelah melahirkan Lou, padahal aku menginginkan anak perempuan. Jadi pada saat ia masih kecil aku sering sekali merubahnya menjadi anak perempuan," Ellie terkekeh geli menceritakannya.

           Aku tersedak membayangkan Louis berubah menjadi seorang perempuan. Sejujurnya aku ingin tertawa lepas, tapi mengingat siapa orang yang sedang berada di depanku, aku lebih baik menahan diri. "Kau harus melihatnya kalau kau berkunjung ke rumah kami. Banyak foto-fotonya. Dia sangat lucu sekali. Oh aku punya satu disini," Ellie mengeluarkan ponselnya dan mencari foto itu.

          Kali ini aku tertawa. Melihat sikap lain dari Ellie, justru membuatku merindukan ibuku.

         "Apa yang sedang kalian bicarakan?" Louis keluar dari kamarnya sambil menguap lebar.

         Aku menoleh ke Ellie dan dia sedang sibuk. "Kau," ucapku.

         "Aku?" ia terlihat bingung sekarang.

        Aku terlihat ragu untuk menjelaskan, namun kulihat Ellie sedang sibuk mencari foto tersebut. "Ibumu bilang --," ucapanku terpotong oleh Ellie. "Ini dia!"

         Kemudian aku mengabaikan Louis dan melihat kearah ponsel ibunya. "Hai Louie. Kau sudah bangun?" Ibunya menyapa Louis yang masih terlihat bingung.

         "Apa yang kalian lakukan?"

        "Ah... aku menunjukkan fotomu pada Mita. Foto waktu kau kecil,"Ellie tersenyum tanpa berdosa. Aku bisa melihat wajah Louis berubah merah. "Mom!" Ia bergerak maju ingin mengambil ponsel ibunya, tapi dengan sigap ibunya memberikan padaku.

Aku melihatnya! Aku melihatnya! Aku melihatnya!



don't forget the vote button ^^

R.V

Unexpected Life [COMPLETED]Where stories live. Discover now