Unexpected Life - Part 29 (Revisi)

2.1K 144 2
                                    

Dedication :

Enjoy Reading ~

~~~~~~

"Shelly? Kau baik-baik saja?" Louis mengetuk pintu kamarku berkali-kali. "Aku harus keluar sebentar, tidak apa aku tinggal?"

       "Ya. Aku baik-baik saja. Pergilah." Tidak! Aku tidak baik. Aku tidak pernah di curangi sebelumnya. Walaupun aku tidak memendam perasaan pada Ed, tapi rasanya tetap berdenyut sakit saat kita sudah percaya pada seseorang, namun seseorang tersebut menyalahgunakan kepercayaan itu.

       Aku terkejut dengan bunyi yang sangat keras berasal dari pintu luar, seperti seseorang berusaha mendobrak.

         Aku membuka pintu dan kulihat Ed disana. "We need to talk!" Geramnya.

          "About what? Wanita itu? Hubungan kita? Atau kebohonganmu?" Aku menatapnya tajam.

              Edward mengacak rambutnya kesal, lalu menarikku. Aku ingin menarik kembali tanganku tapi tidak bisa. Ternyata Edward langsung membawaku kerumahnya. "Untuk apa kau membawaku ke rumahmu?" tanyaku saat sudah tiba dirumahnya.

           "Aku tidak ingin teman-temanmu ikut campur urusanku," desisnya. Aku menatapnya bingung, mengapa dia begitu marah seolah aku yang mencuranginya? Seharusnya aku yang marah padanya. 

           "Teman yang mana? Coba kau sebutkan," tantangku.

         "Jangan bersikap bodoh! Tentu saja teman serumahmu."

         "Louis? Dia pergi," jawabku sambil memberikan senyum mengejek kebiasaannya yang tidak pernah bertanya terlebih dahulu. "Yang mana ingin kau jelaskan lebih dahulu?" sambungku tanpa basa basi. Aku tidak ingin menghabiskan banyak waktu disini.

          "Apa yang kau lakukan bersamanya di restoran itu?"

         Aku mengerjap. "Aku bertanya apa yang ingin kau jelaskan, bukan memberiku pertanyaan. Seharusnya aku yang bertanya seperti itu!" bentakku.

           "Apa yang kau lakukan bersama dia?!" bentaknya balas.

         Egoku memaksaku tidak perlu menjawab, namun otakku memilih sebaliknya. Semakin aku bersikeras padanya, masalah ini tidak akan selesai. "Makan," jawabku seadanya.

           "Haruskah bersamanya!?"

          Aku tertawa. "Lalu bersama siapa? Kau? Bukankah kau sedang meeting?" Aku menekankan kata meeting padanya. Darahku mendidih melihat sikapnya. Darahku sudah berkumpul di kepalaku dan aku tidak bisa lagi menahan kemarahanku.

           "Wanita itu adalah pilihan ibuku. Persetan dengan dia! Aku hanya mencintaimu!" teriaknya frustasi.

         Ia benar-benar berharap aku luluh dengan kata cintanya, terutama setelah mendengar dia bertemu dengan wanita pilihan ibunya. "Benarkah? Lalu kemana kau beberapa hari ini? Bersamanya?"aku tidak bermaksud memancing kemarahannya lagi, tapi aku butuh penjelasan.

          "Kau tidak sadar apa yang kau lakukan saat pesta keluargaku bukan?"

         Aku mengerutkan dahiku. "Bahkan kau saja tidak ingat bukan???" ucapnya lagi. "Kau berjalan kesana kemari, mengatakan hal-hal yang memalukan! Kau membuat kacau pestanya! Kau tidak sadar seluruh orang menatapmu!"

Unexpected Life [COMPLETED]Where stories live. Discover now